Nasib Kesenian Tradisi di Tengah Pandemi
Selasa, 24 November 2020 - 05:00 WIB
Sarana yang digunakan juga menjadi kelemahan ketika pertunjukan seni tidak didukung dengan event organizer yang memadai. Dampaknya adalah tersendatnya pertunjukan, kualitas audio yang jelek, dan tata panggung atau lampu yang tidak semegah pertunjukan offline. Seniman dipaksa berpikir tentang proses dan pemasaran yang serbadigital untuk tetap bisa mengekspresikan ide dan karyanya. Mereka rela berproses tanpa sponsor dan tiket penonton. Asalkan karyanya diapresiasi (ditonton), hal itu sudah menjadi kebanggaan tersendiri.
Pemberitaan tentang pandemi lebih menekankan aspek ekonomi dan politik semata, padahal banyak bidang yang patut untuk diperhatikan agar tetap lestari. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk memperjuangkan kesenian tradisi. Jika tidak berminat menjadi pelaku kesenian tradisi, minimal bisa melecut semangat seniman di tengah Covid-19.
Salah satu kekayaan bangsa Indonesia adalah seni dan budayanya. Setiap suku dan daerah memiliki kesenian masing-masing. Sayangnya apresiasi terhadap seni tradisi tergusur oleh kemajuan teknologi. Generasi muda sudah tidak lagi mengenal kesenian tradisi dan lebih menggemari kesenian asing yang masif menjadi tren remaja masa kini.
Merawat kesenian tradisi bukan hanya dengan kucuran dana yang melimpah, bukan pula dengan narasi-narasi lantang tentang pelestarian budaya. Kesenian tradisi bisa hidup kembali jika ada ruang berekspresi dan mendapatkan apresiasi. Mencoba mengenalkan dan menarik minat generasi muda untuk menekuni kesenian tradisi sebagai jalan hidup. Dengan demikian tidak ada lagi citra seniman tradisi yang mati dalam kemiskinan dan kesengsaraan.
Lihat Juga: Kisah Pascal, Diaspora Lulusan University of Notre Dame yang Geluti Dunia Teater di New York
Pemberitaan tentang pandemi lebih menekankan aspek ekonomi dan politik semata, padahal banyak bidang yang patut untuk diperhatikan agar tetap lestari. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk memperjuangkan kesenian tradisi. Jika tidak berminat menjadi pelaku kesenian tradisi, minimal bisa melecut semangat seniman di tengah Covid-19.
Salah satu kekayaan bangsa Indonesia adalah seni dan budayanya. Setiap suku dan daerah memiliki kesenian masing-masing. Sayangnya apresiasi terhadap seni tradisi tergusur oleh kemajuan teknologi. Generasi muda sudah tidak lagi mengenal kesenian tradisi dan lebih menggemari kesenian asing yang masif menjadi tren remaja masa kini.
Merawat kesenian tradisi bukan hanya dengan kucuran dana yang melimpah, bukan pula dengan narasi-narasi lantang tentang pelestarian budaya. Kesenian tradisi bisa hidup kembali jika ada ruang berekspresi dan mendapatkan apresiasi. Mencoba mengenalkan dan menarik minat generasi muda untuk menekuni kesenian tradisi sebagai jalan hidup. Dengan demikian tidak ada lagi citra seniman tradisi yang mati dalam kemiskinan dan kesengsaraan.
Lihat Juga: Kisah Pascal, Diaspora Lulusan University of Notre Dame yang Geluti Dunia Teater di New York
(bmm)
tulis komentar anda