Tolak Politik Uang untuk Pilkada yang Bermartabat
Kamis, 19 November 2020 - 10:29 WIB
M. Shamsi Ali
Putra Bulukumba di kota New York, Amerika Serikat
PILKADA serentak di Indonesia semakin dekat dan tentunya semakin memanas. Kampanye para kandidat juga menjadi kampanye yang tertantang. Selain karena persaingan di antara kandidat, juga suasana pandemi Covid-19 menjadi beban tersendiri dalam kampanye kali ini.
Pada sisi lain dengan tragedi Covid-19 dan segala permasalahan yang ditimbulkan. Termasuk permasalahan ekonomi dan lapangan kerja, kampanye kali ini juga membuka ruang untuk terjadinya “pelecehan” demokrasi dan Pilkada yang bermartabat. (Baca juga: Tren Pelanggaran Protokol Kesehatan Meningkat Saat Kampanye Pilkada)
Betapa tidak, di masa normal saja kerap politik uang begitu ganas. Suara rakyat begitu mudah dibeli. Apalagi memang di masa pandemi ini. Pastinya banyak di antara warga yang memang membutuhkan, bahkan terdesak oleh kebutuhan sehari-hari.
Di sinilah masyarakat akan teruji. Teruji karakter moralitasnya, sekaligus wawasan politik dan kebangsaannya. Artinya dengan godaan uang dan ekonomi di tengah tuntutan akibat pandemi ini, rakyat teruji apakah mampu mempertahankan karakter moral itu? Atau justru tersungkur ke dalam pelukan money politics ( politik uang ) yang dilancarkan oleh kandidat-kandidat tertentu.
Atau apakah masyarakat (pemilih) akan kehilangan akal sehat dan wawasan politik yang sehat dalam memilih karena jebakan uang politik itu? Atau akankah warga tetap barakal sehat dan berwawasan politik yang rasional dalam menentukan pilihannya?
Sebagai putra bangsa yang telah lama di luar negeri, tentu saya sangat ingin melihat bangsa dan negara kita semakin dewasa dan sehat dalam berdemokrasi dan berpolitik. Di negara mana saja ketika uang menjadi “maha kuasa” maka akan terjadi berbagai pelecehan Demokrasi dan politik itu sendiri. (Baca juga: Pilkada: Vaksin ataukah Virus Pandemi Korupsi?)
Masyarakat kerapkali tanpa sadar ternina bobokan oleh hiburan sesaat politik uang yang justru merusak masa depan daerah dan generasi. Karena ketika politik uang telah merasuki cara pandang warga dalam berdemokrasi dan berpolitik maka akan terjadi mata rantai setan perpolitikan itu sendiri.
Putra Bulukumba di kota New York, Amerika Serikat
PILKADA serentak di Indonesia semakin dekat dan tentunya semakin memanas. Kampanye para kandidat juga menjadi kampanye yang tertantang. Selain karena persaingan di antara kandidat, juga suasana pandemi Covid-19 menjadi beban tersendiri dalam kampanye kali ini.
Pada sisi lain dengan tragedi Covid-19 dan segala permasalahan yang ditimbulkan. Termasuk permasalahan ekonomi dan lapangan kerja, kampanye kali ini juga membuka ruang untuk terjadinya “pelecehan” demokrasi dan Pilkada yang bermartabat. (Baca juga: Tren Pelanggaran Protokol Kesehatan Meningkat Saat Kampanye Pilkada)
Betapa tidak, di masa normal saja kerap politik uang begitu ganas. Suara rakyat begitu mudah dibeli. Apalagi memang di masa pandemi ini. Pastinya banyak di antara warga yang memang membutuhkan, bahkan terdesak oleh kebutuhan sehari-hari.
Di sinilah masyarakat akan teruji. Teruji karakter moralitasnya, sekaligus wawasan politik dan kebangsaannya. Artinya dengan godaan uang dan ekonomi di tengah tuntutan akibat pandemi ini, rakyat teruji apakah mampu mempertahankan karakter moral itu? Atau justru tersungkur ke dalam pelukan money politics ( politik uang ) yang dilancarkan oleh kandidat-kandidat tertentu.
Atau apakah masyarakat (pemilih) akan kehilangan akal sehat dan wawasan politik yang sehat dalam memilih karena jebakan uang politik itu? Atau akankah warga tetap barakal sehat dan berwawasan politik yang rasional dalam menentukan pilihannya?
Sebagai putra bangsa yang telah lama di luar negeri, tentu saya sangat ingin melihat bangsa dan negara kita semakin dewasa dan sehat dalam berdemokrasi dan berpolitik. Di negara mana saja ketika uang menjadi “maha kuasa” maka akan terjadi berbagai pelecehan Demokrasi dan politik itu sendiri. (Baca juga: Pilkada: Vaksin ataukah Virus Pandemi Korupsi?)
Masyarakat kerapkali tanpa sadar ternina bobokan oleh hiburan sesaat politik uang yang justru merusak masa depan daerah dan generasi. Karena ketika politik uang telah merasuki cara pandang warga dalam berdemokrasi dan berpolitik maka akan terjadi mata rantai setan perpolitikan itu sendiri.
Lihat Juga :
tulis komentar anda