Sepakat Tingkatkan Kerja Sama, RI-AS Kian Mesra
Jum'at, 30 Oktober 2020 - 06:35 WIB
Akademisi Universitas Padjadjaran itu meyakini, Indonesia akan tetap berpegang teguh pada prinsip politik luar negeri yang bebas dan aktif. Tak bisa dimungkiri bahwa AS, China, dan negara-negara Eropa memiliki kepentingan di Indonesia, seperti sumber daya alam, investasi, dan pasar bagi produk mereka.
Kebebasan Beragama
Saat menghadiri pertemuan dengan GP Ansor Nahdlatul Ulama (NU) di Jakarta, kemarin, Menlu AS Mike Pompeo menyoroti pentingnya kebebasan beragama karena hal itu dijamin oleh konstitusi.
Pompeo juga menyebutkan, Indonesia bisa menjadi negra maju, dan Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia, tidak alasan untuk tidak bisa berdampingan dengan agama lain. (Baca juga: Cegah Resesi, Mendag Jaga Stabilitas Harga Sembako)
Dalam forum bertajuk "Nurturing The Shared Civilization Aspirations of Islam Rahmatan Lil Alamin The Republic of Indonesia and The United Stated of America itu, Pompeo mengatakan bahwa hidup harmoni secara bersama dan saling menghormati adalah hal yang sangat penting. Dia bahkan menyebut bahwa motto "Bhineka Tunggal Ika" sama dengan motto yang dimiliki AS. Dia juga menyebutkan bahwa UUD 1945 telah menyatakan bahwa semua orang bebas melaksanakan dan memilih agama yang dianutnya.
Dalam kesempatan itu, Pompeo juga memuji peran organisasi NU yang bisa memainkan peran penting untuk membina harmoni sebagai masyarakat yang bebas.
Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, GP Ansor ingin agar citra soal Islam, terutama di dunia Barat tidak melulu citra yang identik dengan kekerasan dan teror.
"Ada sisi Islam yang lain, Islam yang penuh rahmah, Islam yang penuh kasih sayang yang di sini kita kenal dengan Islam rahmatan lil alamin," tuturnya. (Lihat videonya: Libur Panjang, Kawasan Wisata Lembang Macet)
Yaqut menjelaskan, forum pertemuan yang dihadiri Pompeo, dimaksudkan untuk lebih pada menyamakan cara pandang antara Indonesia dan AS terhadap dunia Islam. (Dita Angga/Abdul Rochim/F.W Bahtiar)
Lihat Juga: Cara Mohammed bin Salman Ubah Tatanan Dunia: Jinakkan AS Pakai Minyak, Berdamai dengan Iran
Kebebasan Beragama
Saat menghadiri pertemuan dengan GP Ansor Nahdlatul Ulama (NU) di Jakarta, kemarin, Menlu AS Mike Pompeo menyoroti pentingnya kebebasan beragama karena hal itu dijamin oleh konstitusi.
Pompeo juga menyebutkan, Indonesia bisa menjadi negra maju, dan Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia, tidak alasan untuk tidak bisa berdampingan dengan agama lain. (Baca juga: Cegah Resesi, Mendag Jaga Stabilitas Harga Sembako)
Dalam forum bertajuk "Nurturing The Shared Civilization Aspirations of Islam Rahmatan Lil Alamin The Republic of Indonesia and The United Stated of America itu, Pompeo mengatakan bahwa hidup harmoni secara bersama dan saling menghormati adalah hal yang sangat penting. Dia bahkan menyebut bahwa motto "Bhineka Tunggal Ika" sama dengan motto yang dimiliki AS. Dia juga menyebutkan bahwa UUD 1945 telah menyatakan bahwa semua orang bebas melaksanakan dan memilih agama yang dianutnya.
Dalam kesempatan itu, Pompeo juga memuji peran organisasi NU yang bisa memainkan peran penting untuk membina harmoni sebagai masyarakat yang bebas.
Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, GP Ansor ingin agar citra soal Islam, terutama di dunia Barat tidak melulu citra yang identik dengan kekerasan dan teror.
"Ada sisi Islam yang lain, Islam yang penuh rahmah, Islam yang penuh kasih sayang yang di sini kita kenal dengan Islam rahmatan lil alamin," tuturnya. (Lihat videonya: Libur Panjang, Kawasan Wisata Lembang Macet)
Yaqut menjelaskan, forum pertemuan yang dihadiri Pompeo, dimaksudkan untuk lebih pada menyamakan cara pandang antara Indonesia dan AS terhadap dunia Islam. (Dita Angga/Abdul Rochim/F.W Bahtiar)
Lihat Juga: Cara Mohammed bin Salman Ubah Tatanan Dunia: Jinakkan AS Pakai Minyak, Berdamai dengan Iran
(ysw)
tulis komentar anda