Ini Kata Pakar Keamanan Nasional dan Internasional tentang Geopolitik Akibat Covid-19
Selasa, 27 Oktober 2020 - 16:09 WIB
Ia juga mengatakan ada beberapa poin yang harus digarisbawahi yang sangat penting, karena sekarang dunia berada pada masa yang biasa disebut new normal atau normal baru. Satu hal yang sifatnya strategis dalam hal ini adalah dari sudut pandang militer adalah militerisasi di laut China Selatan yang dimana terdapat dua faktor di dalamnya.
Pertama manisfestasi dari sudut pandang dunia Tiongkok bahwa Tiongkok ingin menjadi super power Dunia dan pamain global. Dan tentu saja ini mereka tunjukkan melalui blue water navy mereka dan juga peningkatan proyeksi kemaritiman Amerika di Laut China Selatan sekutu globalnya dimana hal tersebut juga dapat meningkatkan potensi keunculan konflik.
Faktor kedua yang ia paparkan adalah tentang sumber daya yang ada di laut China Selatan, meskipun hal ini selalu menjadi unsur pertama di dalam starategi regional dan nasional, krisis global di bidang ekonomi saat ini membuat banyak negara secara bersama melindungi sumber dayanya masing-masing.
Mark Wilson, Janes Threat Intelligence Consultant mengungkapkan banyak kelompok kelompok militan memanipulasi keadaan pandemi, dengan memanfaatkan satu peluang untuk melakukan kegiatan aksi mereka di masa pandemi Covid-19 ini.
“Kelompok militan mungkin menggunakan situasi seperti saat ini untuk menguji pemerintah melakukan respon dalam menanggulangi pandemi ini. Jadi mereka melihat situasi ini sebagai peluang serangan dan mencoba menciptakan narasi narasi untuk memengaruhi masyarakat,” jelas Mark.
Mark memaparkan saat situasi pandemi ini kelompok militan di Asia Tenggara memanfaatkan daring atau online untuk melakukan serangkaian aksi terkait tiga hal yang dapat memengaruhi keamanan dan ketahanan suatu negara.
“Pertama, kelompok militan mencoba menggambarkan kelompok militer, sebagai pihak yang melanggar genjatan senjata apabila disaat para militer melakukan operasi penumpasan pemberotakan aksi mereka,’’ terangnya.
Lebih lanjut Mark mengatakan yang kedua, kelompok militan mencoba menggambarkan penanganan pemerintah terhadap Covid-19 sebagai penanganan yang tidak memadai sehingga meningkatkan rasa tidak percaya masyarakat terhadap pemerintah terkait penanganan Covid-19.
“Mereka membuat narasi seolah olah pemerintah menggunakan dana umum dari masyarakat tak sepatutnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan seolah hanya peduli untuk lebih meningkatkan perangkat militer negara tersebut dibandingkan permasalahan pandemi,” tambahnya.
Ketiga, ia menjelaskan kelompok militan menggambarkan diri mereka sendiri sebagai organisasi yang bertanggung jawab dan pemimpin yang baik di mata dunia internasional.
Pertama manisfestasi dari sudut pandang dunia Tiongkok bahwa Tiongkok ingin menjadi super power Dunia dan pamain global. Dan tentu saja ini mereka tunjukkan melalui blue water navy mereka dan juga peningkatan proyeksi kemaritiman Amerika di Laut China Selatan sekutu globalnya dimana hal tersebut juga dapat meningkatkan potensi keunculan konflik.
Faktor kedua yang ia paparkan adalah tentang sumber daya yang ada di laut China Selatan, meskipun hal ini selalu menjadi unsur pertama di dalam starategi regional dan nasional, krisis global di bidang ekonomi saat ini membuat banyak negara secara bersama melindungi sumber dayanya masing-masing.
Mark Wilson, Janes Threat Intelligence Consultant mengungkapkan banyak kelompok kelompok militan memanipulasi keadaan pandemi, dengan memanfaatkan satu peluang untuk melakukan kegiatan aksi mereka di masa pandemi Covid-19 ini.
“Kelompok militan mungkin menggunakan situasi seperti saat ini untuk menguji pemerintah melakukan respon dalam menanggulangi pandemi ini. Jadi mereka melihat situasi ini sebagai peluang serangan dan mencoba menciptakan narasi narasi untuk memengaruhi masyarakat,” jelas Mark.
Mark memaparkan saat situasi pandemi ini kelompok militan di Asia Tenggara memanfaatkan daring atau online untuk melakukan serangkaian aksi terkait tiga hal yang dapat memengaruhi keamanan dan ketahanan suatu negara.
“Pertama, kelompok militan mencoba menggambarkan kelompok militer, sebagai pihak yang melanggar genjatan senjata apabila disaat para militer melakukan operasi penumpasan pemberotakan aksi mereka,’’ terangnya.
Lebih lanjut Mark mengatakan yang kedua, kelompok militan mencoba menggambarkan penanganan pemerintah terhadap Covid-19 sebagai penanganan yang tidak memadai sehingga meningkatkan rasa tidak percaya masyarakat terhadap pemerintah terkait penanganan Covid-19.
“Mereka membuat narasi seolah olah pemerintah menggunakan dana umum dari masyarakat tak sepatutnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan seolah hanya peduli untuk lebih meningkatkan perangkat militer negara tersebut dibandingkan permasalahan pandemi,” tambahnya.
Ketiga, ia menjelaskan kelompok militan menggambarkan diri mereka sendiri sebagai organisasi yang bertanggung jawab dan pemimpin yang baik di mata dunia internasional.
Lihat Juga :
tulis komentar anda