Ini Kata Pakar Keamanan Nasional dan Internasional tentang Geopolitik Akibat Covid-19

Selasa, 27 Oktober 2020 - 16:09 WIB
loading...
Ini Kata Pakar Keamanan Nasional dan Internasional tentang Geopolitik Akibat Covid-19
Jakarta Geopolitical Forum (JGF) IV 2020 yang diselenggarakan selama 2 hari pada 20 – 21 Oktober 2020 di MNC Conference Hall, Inews Tower.
A A A
JAKARTA - Pandemi Covid -19 adalah hal yang tak terduga bagi seluruh dunia. Dampak dari pandemi ini bisa dirasakan di semua aspek kehidupan. Pengaruhnya juga dirasakan pada aspek sosial dan aspek keamanan negara. Karena itu, Lemhannas mendukung gagasan baik apapun itu untuk melakukan konsolidasi dengan membina dan bekerja sama antara negara-negara Asia Tenggara dan negara-negara sekitar lainnya dalam menangani masalah dari dampak pandemi ini.

Lemhannas kembali menggelar event tahunan Jakarta Geopolitical Forum (JGF) IV 2020 yang diselenggarakan selama 2 hari pada Rabu dan Kamis, 20 – 21 Oktober 2020 di MNC Conference Hall, Inews Tower. Event ini juga diselenggarakan secara online melalui zoom dan YouTube official Lemhannas RI, Okezone, dan SindoNews.

Acara yang mengusung tema Geopolitical Landscape in The Covid-19 Era ini menghadirkan narasumber profesional dari dalam dan luar negeri. Penyelenggaraan acara ini didasari adanya perubahan terhadap sistem geopolitik akibat pandemi Covid-19 yang melanda hampir di seluruh belahan dunia.

Dalam sambutan yang disiarkan secara virtual, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, di tengah dinamika geopolitik kawasan dan global yang terkena imbas pandemi virus korona (covid-19). Indonesia akan terus mendorong kerjasama dengan negara-negara lainnya dalam menghadapi pandemi Covid-19. Terkait hal tersebut, Retno juga menyayangkan adanya sejumlah negara yang justru semakin memperluas pengaruhnya dan saling bersaing di tengah pandemi.

Rukmani Gupta, Janes Senior Analyst for Asia Pacific Military Capabilities menyinggung tentang pentingnya multilateralisme dalam menghadapi tantangan-tantangan yang kini tengah terjadi di banyak belahan dunia. Analis senior militer Asia Pasific ini mengatakan, jika Covid-19 ini telah membawa dampak yang besar pada biopolitik dan sebetulnya hal ini bukan hal yang baru, tapi kondisi ini diperburuk karena adanya pandemi Covid-19 yang semakin meluas.

“Salah satu di antaranya adalah hal-hal yang terkait dengan dunia yang ada. Misalnya saja tentang tata dunia baru yang merupakan tantangan demokrasi dan pluralisme yang telah mengalami penurunan selama 10 tahun terakhir," paparnya.

Hari kedua penyelenggaraan JGF 2020 melanjutkan seminar nasional Jakarta Geopolitical Forum IV sesi kedua. Gubernur Lemhannas, Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menambahkan bahwa ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan ancaman, hambatan, dan gangguan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar yang dapat membahayakan integritas kelangsungan hidup bangsa dan negara.

“Ada konsep yang diwarisi dari masa lalu dan menjadi tantangan untuk saat ini, sehingga bisa mewujudkan ketahanan nasional dengan warisan masa lalu untuk kita cari bentuk implikasinya pada 2020. Kita harus bekerja, membaca, berpikir, ini menjadi tantangan kita. Jika tidak mampu beradaptasi dan bertransformasi maka akan terlindas,” ujarnya.

Ia menambahakan, gunanya ketahanan nasional untuk mencapai dan menjaga tujuan nasional dari ancaman, hambatan, tantangan. Ketahanan nasional bisa terjadi dengan adanya ketahanan ekonomi, politik, sosial budaya, hankam, dan ideologi. Ketahanan itu ada pada disiplin ilmu masing-masing. Sehingga, para lulusan lemhannas diharapkan memiliki karakteristik itu melekat pada perilaku perseorangan masing-masing, yaitu yang didasarkan pada 4 konsensus dasar, Pancasila, UUD NRI 45, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Dimas Oky Nugroho, Ph.D, Founder dan Executive Director PT Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) mengemukakan, pandemi menyadarkan bahwa masyarakat hidup saling terkoneksi satu sama lain dimana harus ada kolaborasi, kerjasama, dan diwujudkan dalam off governance (tata kelola kerjasama yang baik).

“Di dalam zaman bergerak yang dipentingkan adalah adaptasi, sehingga saya membuat sebuah rumus Konsolidasi Inovasi Adaptasi Transformasi (KIAT) yang merupakan kunci dari sebuah bangsa,” ujarnya.

Menurutnya, akibat pandemi ini masyarakat harus bersiap dan mendisiplinkan diri, sehingga ini menjadi tugas seluruh masyarakat dan pemerintah untuk menghadapi situasi yang terjadi. Strategi politik di masa depan yang paling penting adalah kepentingan nasional.

“Kepentingan nasional kali ini menjadi penting dengan melihat sejarah politik dan geopolitik Indonesia seperti apa dan apa tujuan besar kita sebagai bangsa, apa yang mau kita menangkan, dan apa yang mau kita pertahankan,” imbuhnya.

Kemukakan Strategi Dunia Hadapi Tantangan Dampak Covid-19

Tate Nurkin, Atlantic Council, Senior Expert Scowcroft Center for Strategy and Security, Atlantic Council memaparkan tentang bagaimana suatu keamanan bisa mengatasi tantangan pada kondisi saat ini.

Ia juga mengatakan bagaimana seluruh lapisan masyarakat juga sedang mengalami ketergantungan pada teknologi dan dirasa ini menjadi penting bagi geopolitik dan keamanan dunia.

"Saat ini kita tidak bisa lagi melakukan banyak perjalanan dan kita banyak menggantungkan diri pada teknologi. Dan ini juga banyak dibahas pada forum-forum internasional lainnya," paparnya.

Sean Corbett, Royal Air Force juga merupakan pendiri dari Inside Global juga memaparkan tentang bagaimana dampak Covid-19 banyak mengubah dunia salah satunya memunculkan banyak tantangan di dunia khususnya pada keamanan suatu negara. Yang dimana hal ini juga tentu saja terkait dengan dampak ekonomi seperti guncangan geopolitik yang ada saat ini.

"Mungkin kita belum bisa merinci apa saja dampak jangka panjang dari Covid-19 ini, namun bagi saya dampak yang paling jelas adanya turunnya atensi dan tren yang saat ini terjadi," tuturnya.

Ia juga mengatakan ada beberapa poin yang harus digarisbawahi yang sangat penting, karena sekarang dunia berada pada masa yang biasa disebut new normal atau normal baru. Satu hal yang sifatnya strategis dalam hal ini adalah dari sudut pandang militer adalah militerisasi di laut China Selatan yang dimana terdapat dua faktor di dalamnya.

Pertama manisfestasi dari sudut pandang dunia Tiongkok bahwa Tiongkok ingin menjadi super power Dunia dan pamain global. Dan tentu saja ini mereka tunjukkan melalui blue water navy mereka dan juga peningkatan proyeksi kemaritiman Amerika di Laut China Selatan sekutu globalnya dimana hal tersebut juga dapat meningkatkan potensi keunculan konflik.

Faktor kedua yang ia paparkan adalah tentang sumber daya yang ada di laut China Selatan, meskipun hal ini selalu menjadi unsur pertama di dalam starategi regional dan nasional, krisis global di bidang ekonomi saat ini membuat banyak negara secara bersama melindungi sumber dayanya masing-masing.

Mark Wilson, Janes Threat Intelligence Consultant mengungkapkan banyak kelompok kelompok militan memanipulasi keadaan pandemi, dengan memanfaatkan satu peluang untuk melakukan kegiatan aksi mereka di masa pandemi Covid-19 ini.

“Kelompok militan mungkin menggunakan situasi seperti saat ini untuk menguji pemerintah melakukan respon dalam menanggulangi pandemi ini. Jadi mereka melihat situasi ini sebagai peluang serangan dan mencoba menciptakan narasi narasi untuk memengaruhi masyarakat,” jelas Mark.

Mark memaparkan saat situasi pandemi ini kelompok militan di Asia Tenggara memanfaatkan daring atau online untuk melakukan serangkaian aksi terkait tiga hal yang dapat memengaruhi keamanan dan ketahanan suatu negara.

“Pertama, kelompok militan mencoba menggambarkan kelompok militer, sebagai pihak yang melanggar genjatan senjata apabila disaat para militer melakukan operasi penumpasan pemberotakan aksi mereka,’’ terangnya.

Lebih lanjut Mark mengatakan yang kedua, kelompok militan mencoba menggambarkan penanganan pemerintah terhadap Covid-19 sebagai penanganan yang tidak memadai sehingga meningkatkan rasa tidak percaya masyarakat terhadap pemerintah terkait penanganan Covid-19.

“Mereka membuat narasi seolah olah pemerintah menggunakan dana umum dari masyarakat tak sepatutnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan seolah hanya peduli untuk lebih meningkatkan perangkat militer negara tersebut dibandingkan permasalahan pandemi,” tambahnya.

Ketiga, ia menjelaskan kelompok militan menggambarkan diri mereka sendiri sebagai organisasi yang bertanggung jawab dan pemimpin yang baik di mata dunia internasional.

“Kelompok militan memanfaatkan dengan propaganda melalui media sosial seolah-olah mencoba lebih peduli kepada masyarakat daripada pemerintah,’’ terangnya.

Selaras dengan Mark Wilson, Analis Keamanan London School of Economics, Judith Jacob juga menyampaikan bahwa para kelompok militan memanfaatkan dengan melihat peluang situasi pandemi ini dengan narasi-narasi yang mereka buat untuk melakukan serangkaian agenda dan perekrutan anggota.

“Saya sangat setuju dengan Mark bahwa para militan menciptakan narasi-narasi untuk mempengaruhi masyarakat, ada landscape geopolitik yang kemudian memberikan ruang misalnya kepada kelompok abu sayaf atau kelompok militan lainnya yang mengambil peluang keuntungan dari situasi ini,” katanya.

Judith menuturkan mungkin para kelompok militan juga mencoba melakukan kekerasan atau serangan karena mereka berfikir orang-orang yang bertugas melakukan penegakan hukum sedang disibukkan dengan hal-hal lain terkait pandemi.

Ia juga menyampaikan, kita tidak bisa mengatakan dengan adanya pandemi ini para kelompok militan tidak akan meneruskan kegiatan apa yang mereka telah lakukan, karena mereka ini adalah orang-orang opurtunis mereka akan melakukan segala cara untuk melanjutkan kegiatan mereka sehingga perketat keamanan dan ketertiban negara sangat diperlukan.

“Di situasi seperti ini bukan berarti kelompok militan tak melakukan ancaman serangan karena gerakan mereka ini bisa dikatakan gerakan yang terkotak-kotak, mereka menciptakan serangan serangan baru seperti di lingkungan warga, di kampus dan di daerah daerah yang melakukan lockdown,” tutupnya.
(atk)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1286 seconds (0.1#10.140)