Keahlian Paling Dibutuhkan dalam Pengembangan SDM Pascapandemi
Rabu, 07 Oktober 2020 - 05:48 WIB
Dalam konteks negara, pemimpin yang terpilih secara demokratis, tidak memberikan jaminan mampu memperlihatkan kepemimpinan yang kuat, justru karena mekanisme demokrasi sering kali bersifat prosedural dan memakan waktu. Para pemimpin korporasi, lebih diuntungkan untuk merespons situasi pandemi yang sekarang telah berujung resesi di banyak negara, karena korporasi dilengkapi dengan instrumen organisasi yang memiliki kinerja dan standar operasi serta prosedur yang baku dan ketat.
Tuntutan keahlian setelah kepemimpinan adalah kemampuan beradaptasi dan mengelola organisasi secara fleksibel. Kata yang terakhir harus ditempatkan dalam konteks yang tepat, karena dalam situasi krisis, pandemi, atau resesi seperti sekarang, fleksibel bisa dipahami sebagai plinplan. Bahkan, lebih jauh lagi, tida punya sikap.
Adaptif artinya menyesuaikan dengan situasi dan lingkungan yang terus berubah. Dalam konteks itu, adaptif bisa saja memunculkan keragu-raguan kepada orang-orang di bawahnya. Akan tetapi, adaptif berorientasi pada model atau pendekatan “kalau tidak berubah, saya akan mati”. Hidup dan mati menjadi taruhannya. Dan, hanya pemimpin yang memiliki kemampuan beradaptasi yang cepat yang akan bertahan. Sementara fleksibilitas adalah metode atau pendekatan yang lentur. Fleksibilitas memang mengandaikan kelenturan dan sekaligus kemampuan untuk mencari keseimbangan-keseimbangan baru yang bergeser oleh karena faktor eksternal yang sangat kuat.
Berikutnya adalah keahlian berinovasi dan berkreasi. Apabila kepemimpinan dan kemampuan adaptasi tidak diimbangi kemampuan untuk berinovasi, keduanya tidak akan berarti banyak untuk menakhodai organisasi, baik korporasi maupun birokrasi. Ada pepatah lama yang mengatakan “There are no something new under the sun.” Tidak ada yang benar-benar baru di kolong langit ini. Inovasi selalu memiliki fungsi zaman (time) dan fungsi manfaat (benefit). Dengan demikian, setiap hal
tetap dapat dipandang sebagai hal baru sesuai dengan perkembangan waktu dan manfaat yang ingin didapat.
Jika ingin dilengkapi tiga keahlian paling dasar yang harus dibangun dalam setiap pemimpin organisasi, yang terakhir adalah kemampuan berkomunikasi dan mengelola kecerdasan emosional. Kemampuan atau keahlian yang bersifat softskill ini bukanlah given, melainkan bisa dilatih dan dikembangkan. Dan, apabila pendekatan serta metodenya tepat, komunikasi dan kecerdasan emosional adalah puzzle terakhir yang akan melengkapi keahlian setiap pemimpin pada setiap
jenjang maupun bidang.
Tuntutan keahlian setelah kepemimpinan adalah kemampuan beradaptasi dan mengelola organisasi secara fleksibel. Kata yang terakhir harus ditempatkan dalam konteks yang tepat, karena dalam situasi krisis, pandemi, atau resesi seperti sekarang, fleksibel bisa dipahami sebagai plinplan. Bahkan, lebih jauh lagi, tida punya sikap.
Adaptif artinya menyesuaikan dengan situasi dan lingkungan yang terus berubah. Dalam konteks itu, adaptif bisa saja memunculkan keragu-raguan kepada orang-orang di bawahnya. Akan tetapi, adaptif berorientasi pada model atau pendekatan “kalau tidak berubah, saya akan mati”. Hidup dan mati menjadi taruhannya. Dan, hanya pemimpin yang memiliki kemampuan beradaptasi yang cepat yang akan bertahan. Sementara fleksibilitas adalah metode atau pendekatan yang lentur. Fleksibilitas memang mengandaikan kelenturan dan sekaligus kemampuan untuk mencari keseimbangan-keseimbangan baru yang bergeser oleh karena faktor eksternal yang sangat kuat.
Berikutnya adalah keahlian berinovasi dan berkreasi. Apabila kepemimpinan dan kemampuan adaptasi tidak diimbangi kemampuan untuk berinovasi, keduanya tidak akan berarti banyak untuk menakhodai organisasi, baik korporasi maupun birokrasi. Ada pepatah lama yang mengatakan “There are no something new under the sun.” Tidak ada yang benar-benar baru di kolong langit ini. Inovasi selalu memiliki fungsi zaman (time) dan fungsi manfaat (benefit). Dengan demikian, setiap hal
tetap dapat dipandang sebagai hal baru sesuai dengan perkembangan waktu dan manfaat yang ingin didapat.
Jika ingin dilengkapi tiga keahlian paling dasar yang harus dibangun dalam setiap pemimpin organisasi, yang terakhir adalah kemampuan berkomunikasi dan mengelola kecerdasan emosional. Kemampuan atau keahlian yang bersifat softskill ini bukanlah given, melainkan bisa dilatih dan dikembangkan. Dan, apabila pendekatan serta metodenya tepat, komunikasi dan kecerdasan emosional adalah puzzle terakhir yang akan melengkapi keahlian setiap pemimpin pada setiap
jenjang maupun bidang.
(bmm)
Lihat Juga :
tulis komentar anda