Elektabilitas Tak Genap 5%, Bagaimana Peluang Gatot dan Moeldoko di 2024?

Minggu, 04 Oktober 2020 - 10:56 WIB
"Bahkan di bawah AHY juniornya di TNI yang masih muda belia. Padahal salah satu untuk mendapatkan dukungan partai adalah modal popularitas dan elektabilitas. Untuk meningkatkan peluang kemenangan tidak cukup bermodalkan popularitas saja tetapi harus memiliki modal sosial, akseptabilitas dan elektabilitas yang memadai," ujar dia.

Sementara itu, kata Karyono, apa yang dilakukan Gatot dalam beberapa tahun dengan memilih jalan kontroversi tentu akan mendongkrak popularitas Gatot. Tapi yang perlu diperhatikan adalah seberapa besar sentimen positif dan negatif. Jika sentimen positif lebih besar maka berpotensi meningkatkan akseptabilitas dan elektabilitas.

"Itu pun masih harus bersaing dengan figur-figur lain yang memiliki modal sosial, popularitas, akseptabilitas dan elektabilitas yang lebih tinggi lebih dulu. Sebaliknya, jika sentimen negatifnya lebih tinggi maka potensi untuk meningkatkan akseptabilitas dan elektabilitas semakin berat," paparnya.

(Baca: Gatot Nurmantyo Surati Jokowi, Waspadai PKI Gaya Baru)

Lebih lanjut Karyono mengatakan, Gatot nampaknya menggunakan strategi "contrasting" untuk mendapatkan tiket maju di pilpres. Hal itu bisa dilihat dari manuver Gatot lebih condong mendekati kelompok politik Islam yang beroposisi dengan pemerintah dengan harapan mendapatkan dukungan politik. Tetapi nampaknya tidak mudah karena masih banyak irisan kepentingan di kelompok sayap Islam yang kontra dengan pemerintah.

Dia menganggap, ceruk pemilih kelompok Islam ini belum mengerucut. Bisa jadi kelompok ini masih berhitung yang pada akhirnya akan memilih calon yang lebih menguntungkan secara politik maupun ideologis. Situasi seperti ini tentu membuat Gatot berada pada posisi dilema di pertarungan pilpres 2024 yang akan datang.

"Menurut saya, di antara tokoh berlatar belakang miliiter yang paling memiliki peluang elektoral di pilpres 2024 adalah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Dilihat dari pelbagai aspek seperti dukungan partai, modal sosial, track record, dan modal elektoral," pungkas dia.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(muh)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More