Serangan Nine Eleven yang Menggoncang Dunia (Bagian 2)

Sabtu, 12 September 2020 - 09:55 WIB
Saya pun memasuki gedung gereja itu melalui deteksi metal. Pengamanan begitu sangat ketat. Walau petugas keamanan itu nampaknya memaksakan keramahan. Tapi semua tanpa diingkari dalam keadaan tegang....

Di dalam sebuah aula besar yang indah di gereja itu ternyata sudah berkumpul sekitar 25 tokoh-tokoh agama dari Yahudi, Kristen, dan Islam. Rupanya perwakilan agama-agama lain tidak diundang. Dari kalangan Islam hanya ada dua orang. Imam E. Pasha dari Malcom X dan saya sendiri yang saat itu lebih dikenal sebagai imam masjid Indonesia.

Sejujurnya di awal saya masuk di ruangan itu ada sedikit rasa minder atau kurang percaya diri. Selain memang tidak mempersiapkan diri ketemu Presiden USA, juga pakaian saya sangat sederhana. Sementara tokoh-tokoh agama lain semuanya memakai pakaian kebesarannya.

Saya bertanya ke Imam Pasha tentang pertemuan itu. Ternyata Beliau juga mengalami hal yang sama. Tidak diberitahu kalau pertemuan itu dengan Presiden. Undangannya adalah pertemuan dengan Wali Kota New York.

Kami kemudian diminta mengambil tempat duduk masing-masing yang telah disediakan. Saya sendiri duduk di sebuah sudut dihimpit oleh Imam Pasha, seorang Afro yang besar, dan Rabbi Joe Potasnik, Presiden Rabbi Council NY yang juga tinggi besar. Sehingga hampir saja saya tidak kelihatan di tengah orang-orang besar itu.

Tidak berselang lama setelah itu, tiba-tiba ada seseorang yang masuk dan meminta agar semua hadirin berdiri. Di saat itulah President Amerika Serikat yang ke 43 itu masuk ke dalam ruangan tersebut.

Semua hadirin bertepuk tangan. Berusaha tersenyum dan ceria sebisa mungkin. Presiden Bush sendiri melambaikan tangan ke semua tokoh-tokoh agama itu sambil menyapa: "hello. How is every one?" (Apa kabar semuanya?).

Lalu mulai berjalan menyapa satu persatu ambil berdialog singkat. Masing-masing diberi 1 menit untuk berbicara dengan sang presiden.

Ketika Presiden akan sampai ke tempat kami berdiri, rupanya Presiden Amerika itu cukup humoris. Dia melihat ke saya sambil tertawa dan mengatakan: "whose kid is this?" (Ini anak siapa?).

Semua hadirin tertawa menanggapi candaan sang Presiden. Lalu Beliau melangkah ke depan saya. Saya sedikit kaku dan kikuk sejujurnya. Tapi sekali lagi saya melawan semua itu dan membangun percaya (self confidence).
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More