Bonus Demografi, Peluang atau Tantangan Menuju Indonesia Emas 2045
Senin, 07 September 2020 - 18:26 WIB
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga meningkat sebesar 0,12% menjadi 69,32%. Nilai TPAK ini merupakan indikator adanya potensi ekonomi dari sisi pasokan (supply) tenaga kerja yang meningkat.
Selain itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2019 turun menjadi 5,01 % pada Februari 2020. Nilai TPT merupakan indikator untuk mengukur tingkat penawaran kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar kerja. Dilihat dari tingkat pendidikannya, penawaran kerja tidak terserap paling banyak pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) (sumber:bps.go.id)
Indonesia menghadapi tantangan terkait ketenagakerjaan tersebut. Pertama, masih tingginya tenaga kerja dengan pendidikan menengah ke bawah yang berpengaruh terhadap produktivitas dan daya saing tenaga kerja yang relatif rendah. Kedua, pendidikan dan keterampilan yang dimiliki tenaga kerja tidak sesuai dengan kebutuhan pekerja sehingga menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja berkualitas.
Jika ditinjau dari bidang pendidikan, BPS merilis angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2018 sebesar 71,39 meningkat 0,58 poin dibandingkan 2017. Salah satu dimensi pembentuk IPM adalah Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). HLS 2018 mencapai 12,91 tahun, artinya bahwa anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk menamatkan pendidikan hingga lulus SMA atau D1.
Sementara itu, RLS 2018 sebesar 8,17 tahun. Artinya rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas mencapai 8,17 tahun meningkat 0,07 tahun dibandingkan tahun 2017.
Meningkatkan HLS dan RLS memberi indikasi baik bahwa semakin banyak dan semakin lama anak-anak yang bersekolah. Pertumbuhan yang positif ini merupakan modal penting dalam membangun kualitas manusia Indonesia yang lebih baik.
Para millenials dan pasca-millenials menjadi istimewa karena generasi ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Aapalagi dalam hal yang berkaitan dengan konsep diri, konsep hidup dan tata cara mereka membentuk, menentukan ukuran (jumlah) serta mengelola keluarga agar menjadi keluarga yang berkualitas. Mereka adalah generasi yang mau menerima sesuatu jika hal tersebut relevan dengan mereka dan dianggap mempunyai manfaat serta menguntungkan untuk hidup mereka.
Oleh karena itu diperlukan pendekatan yang berbeda dalam memberikan pemahaman program karena pendekatan untuk era Baby Boomer (lahir di era 1946-1955), generasi pasca Revolusi Kemerdekaan yang masih kental dengan nuansa komunikasi satu arah, informasi dan teknologi yang belum melimpah, serta pemerintah adalah pemain tunggal dan utama dari keseluruhan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Yang apabila kita bandingkan dengan perubahan sosial yang terjadi dewasa ini menjadi kurang relevan lagi. Dengan demikian dibutuhkan cara yang lebih tepat untuk memperkenalkan program-program yang tepat di kelompok usia tersebut.
Tahun 2045, Indonesia akan berumur 100 tahun dimana saat itu diharapkan dapat memanfaatkan celah peluang atau jendela demografi (window of demography). Kondisi ini dapat berdampak pada dua kemungkinan, yaitu apakah bonus demografi akan menjadi peluang atau bencana bagi Indonesia.
Bonus demografi dapat tercapai jika kualitas sumber daya manusia di Indonesia memiliki kualitas yang mumpuni sehingga akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi negara. Sebaliknya, bencana demografi akan terjadi jika jumlah penduduk yang berada pada usia produktif ini justru tidak memiliki kualitas yang baik sehingga menghasilkan pengangguran massal dan menjadi beban negara.
Selain itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2019 turun menjadi 5,01 % pada Februari 2020. Nilai TPT merupakan indikator untuk mengukur tingkat penawaran kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar kerja. Dilihat dari tingkat pendidikannya, penawaran kerja tidak terserap paling banyak pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) (sumber:bps.go.id)
Indonesia menghadapi tantangan terkait ketenagakerjaan tersebut. Pertama, masih tingginya tenaga kerja dengan pendidikan menengah ke bawah yang berpengaruh terhadap produktivitas dan daya saing tenaga kerja yang relatif rendah. Kedua, pendidikan dan keterampilan yang dimiliki tenaga kerja tidak sesuai dengan kebutuhan pekerja sehingga menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja berkualitas.
Jika ditinjau dari bidang pendidikan, BPS merilis angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2018 sebesar 71,39 meningkat 0,58 poin dibandingkan 2017. Salah satu dimensi pembentuk IPM adalah Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). HLS 2018 mencapai 12,91 tahun, artinya bahwa anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk menamatkan pendidikan hingga lulus SMA atau D1.
Sementara itu, RLS 2018 sebesar 8,17 tahun. Artinya rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas mencapai 8,17 tahun meningkat 0,07 tahun dibandingkan tahun 2017.
Meningkatkan HLS dan RLS memberi indikasi baik bahwa semakin banyak dan semakin lama anak-anak yang bersekolah. Pertumbuhan yang positif ini merupakan modal penting dalam membangun kualitas manusia Indonesia yang lebih baik.
Para millenials dan pasca-millenials menjadi istimewa karena generasi ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Aapalagi dalam hal yang berkaitan dengan konsep diri, konsep hidup dan tata cara mereka membentuk, menentukan ukuran (jumlah) serta mengelola keluarga agar menjadi keluarga yang berkualitas. Mereka adalah generasi yang mau menerima sesuatu jika hal tersebut relevan dengan mereka dan dianggap mempunyai manfaat serta menguntungkan untuk hidup mereka.
Oleh karena itu diperlukan pendekatan yang berbeda dalam memberikan pemahaman program karena pendekatan untuk era Baby Boomer (lahir di era 1946-1955), generasi pasca Revolusi Kemerdekaan yang masih kental dengan nuansa komunikasi satu arah, informasi dan teknologi yang belum melimpah, serta pemerintah adalah pemain tunggal dan utama dari keseluruhan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Yang apabila kita bandingkan dengan perubahan sosial yang terjadi dewasa ini menjadi kurang relevan lagi. Dengan demikian dibutuhkan cara yang lebih tepat untuk memperkenalkan program-program yang tepat di kelompok usia tersebut.
Tahun 2045, Indonesia akan berumur 100 tahun dimana saat itu diharapkan dapat memanfaatkan celah peluang atau jendela demografi (window of demography). Kondisi ini dapat berdampak pada dua kemungkinan, yaitu apakah bonus demografi akan menjadi peluang atau bencana bagi Indonesia.
Bonus demografi dapat tercapai jika kualitas sumber daya manusia di Indonesia memiliki kualitas yang mumpuni sehingga akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi negara. Sebaliknya, bencana demografi akan terjadi jika jumlah penduduk yang berada pada usia produktif ini justru tidak memiliki kualitas yang baik sehingga menghasilkan pengangguran massal dan menjadi beban negara.
tulis komentar anda