Prabowo dan Masa Depan ASEAN
Selasa, 24 September 2024 - 05:15 WIB
Visi dan misi yang disampaikan Prabowo setelah dua pekan dilantik sebagai menteri pertahanan (23/10/2019) itu, mengindikasikan pemahaman mendalam latar pendirian ASEAN, dinamika perkembangan memperkuat kerja sama pertahanan, dan tantangan yang harus dihadapi, terutama di kawasan Indo-Pasifik, termasuk Laut China Selatan di dalamnya.
Tujuan ASEAN menciptakan perdamaian dan kestabilan --termasuk untuk mendukung terwujudnya kesejahteraan—akan terwujud jika negara anggota bersatu dan berkomiten melakukan kerja sama pertahanan tangguh, membangun kemandirian, dengan ASEAN sebagai sentralitas. Di sisi lain, Prabowo menekankan pentingnya ASEAN menjadi katalisator stabilitas di kawasan Indo-Pasifik dengan menjembatani pihak-pihak berkonflik dan mengajak negara-negara di kawasan ini untuk bersama-sama memikul tanggung jawab.
Terbaru, kebijakan Prabowo secara marathon mengunjungi Brunei Darussalam, Laos, Kamboja, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina bisa dianggap menunjukkan komitmen sebagai calon pemimpin Indonesia untuk memperkuat kerja sama bilateral sekaligus membangun kemandirian, dengan mengajak negara sahabat bekerja sama mengembangkan sistem dan peralatan pertahanan, mengundang personel militer negara sahabat untuk mengikuti pendidikan di Indonesia, latihan militer bersama, pelatihan penanggulangan dan bantuan bencana, dan dan bentuk-bentuk kerja sama lainnya.
Melalui berbagai kerja sama ini, Prabowo ingin semua negara ASEAN bisa memiliki kemampuan dan kemandirian sehingga bisa menjaga keamanan dan pertahanan negaranya dan kawasan. Langkah Prabowo juga bisa dipahami menunjukkan visinya sebagai sosok calon pemimpin yang negara terbesar di Asia Tenggara untuk memperkuat posisi dan peran ASEAN.
Tujuannya, jangan sampai negara-negara di ASEAN membuka ruang intervensi bagi kekuatan dunia, dengan agenda dan kepentingan masing-masing, yang berdampak pada perpecahan dan terjadinya adu domba di antara sesama negara anggota ASEAN. Kekhawatiran adanya intervensi dan perpecahan ASEAN bisa dipahami karena beberapa negara memiliki kedekatan dengan negara besar yang berkonflik di Laut China Selatan (LCS) dan berebut pengaruh di Indo-Pasifik, dalam hal ini China vis a vis Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.
baca juga: Hubungan Makin Mesra, Kerja Sama Investasi China-ASEAN Tembus Rp4,4 Kuadriliun
Negara-negara anggota ASEAN yang sangat dekat dengan China dan bahkan bergantung pada Negeri Tirai Bambu itu antara lain Laos, Kamboja, dan Myanmar. Di sisi lain, negara seperti Filipina, Singapura dikenal sangat dekat dengan Paman Sam. Pun Malaysia, Singapura, dan Brunei juga merupakan bagian anggota Persemakmuran Inggris.
Selama bertemu dengan pemimpin Brunei Darussalam, Laos, Kamboja, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, Prabowo secara eksplisit tidak menyinggung pertarungan negara besar di Indo-Pasifik. Namun Prabowo pasti sangat memahami bahwa harapannya menjadikan ASEAN sebagai penyeimbang dan penghubung negara-negara di kawasan Indo-Pasifik sehingga tidak ada dominasi kekuasaan akan sulit terwujud jika negara-negara ASEAN tidak stabil, tidak memiliki kemandirian, mudah diintervensi, dan bisa dipecah belah.
Sebaliknya, jika semua prasyarat terpenuhi, Prabowo akan dengan mudah mengajak negara-negara ASEAN untuk bersama-sama mewujudkan netralitas dan sentralitas ASEAN hingga memiliki kapasitas dan kapabilitas mengajak negara-negara di Indo-Pasifik menjadikan kawasan ini sebagai kawasan bebas, terbuka, damai, makmur dan mendatangkan manfaatkkan jangka panjang. (*)
Tujuan ASEAN menciptakan perdamaian dan kestabilan --termasuk untuk mendukung terwujudnya kesejahteraan—akan terwujud jika negara anggota bersatu dan berkomiten melakukan kerja sama pertahanan tangguh, membangun kemandirian, dengan ASEAN sebagai sentralitas. Di sisi lain, Prabowo menekankan pentingnya ASEAN menjadi katalisator stabilitas di kawasan Indo-Pasifik dengan menjembatani pihak-pihak berkonflik dan mengajak negara-negara di kawasan ini untuk bersama-sama memikul tanggung jawab.
Terbaru, kebijakan Prabowo secara marathon mengunjungi Brunei Darussalam, Laos, Kamboja, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina bisa dianggap menunjukkan komitmen sebagai calon pemimpin Indonesia untuk memperkuat kerja sama bilateral sekaligus membangun kemandirian, dengan mengajak negara sahabat bekerja sama mengembangkan sistem dan peralatan pertahanan, mengundang personel militer negara sahabat untuk mengikuti pendidikan di Indonesia, latihan militer bersama, pelatihan penanggulangan dan bantuan bencana, dan dan bentuk-bentuk kerja sama lainnya.
Melalui berbagai kerja sama ini, Prabowo ingin semua negara ASEAN bisa memiliki kemampuan dan kemandirian sehingga bisa menjaga keamanan dan pertahanan negaranya dan kawasan. Langkah Prabowo juga bisa dipahami menunjukkan visinya sebagai sosok calon pemimpin yang negara terbesar di Asia Tenggara untuk memperkuat posisi dan peran ASEAN.
Tujuannya, jangan sampai negara-negara di ASEAN membuka ruang intervensi bagi kekuatan dunia, dengan agenda dan kepentingan masing-masing, yang berdampak pada perpecahan dan terjadinya adu domba di antara sesama negara anggota ASEAN. Kekhawatiran adanya intervensi dan perpecahan ASEAN bisa dipahami karena beberapa negara memiliki kedekatan dengan negara besar yang berkonflik di Laut China Selatan (LCS) dan berebut pengaruh di Indo-Pasifik, dalam hal ini China vis a vis Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.
baca juga: Hubungan Makin Mesra, Kerja Sama Investasi China-ASEAN Tembus Rp4,4 Kuadriliun
Negara-negara anggota ASEAN yang sangat dekat dengan China dan bahkan bergantung pada Negeri Tirai Bambu itu antara lain Laos, Kamboja, dan Myanmar. Di sisi lain, negara seperti Filipina, Singapura dikenal sangat dekat dengan Paman Sam. Pun Malaysia, Singapura, dan Brunei juga merupakan bagian anggota Persemakmuran Inggris.
Selama bertemu dengan pemimpin Brunei Darussalam, Laos, Kamboja, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, Prabowo secara eksplisit tidak menyinggung pertarungan negara besar di Indo-Pasifik. Namun Prabowo pasti sangat memahami bahwa harapannya menjadikan ASEAN sebagai penyeimbang dan penghubung negara-negara di kawasan Indo-Pasifik sehingga tidak ada dominasi kekuasaan akan sulit terwujud jika negara-negara ASEAN tidak stabil, tidak memiliki kemandirian, mudah diintervensi, dan bisa dipecah belah.
Sebaliknya, jika semua prasyarat terpenuhi, Prabowo akan dengan mudah mengajak negara-negara ASEAN untuk bersama-sama mewujudkan netralitas dan sentralitas ASEAN hingga memiliki kapasitas dan kapabilitas mengajak negara-negara di Indo-Pasifik menjadikan kawasan ini sebagai kawasan bebas, terbuka, damai, makmur dan mendatangkan manfaatkkan jangka panjang. (*)
(hdr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda