Belanja Negara dalam Konvergensi Wilayah: Efektifkah?

Selasa, 17 September 2024 - 06:54 WIB

Percepatan Konvergensi di Indonesia

Konvergensi adalah proses di mana wilayah dengan pendapatan rendah cenderung mengejar wilayah dengan pendapatan tinggi. Menurut Barro dan Sala-i-Martin (1992), konvergensi dapat dilihat sebagai proses, di mana daerah yang tertinggal mencoba untuk mengejar daerah yang kaya.

Teori konvergensi ini didasarkan pada model pertumbuhan ekonomi neoklasik yang menganggap bahwa wilayah berpendapatan rendah pada akhirnya akan mencapai titik kesetimbangan (steady state) dengan wilayah berpendapatan tinggi.

Konvergensi dibagi menjadi tiga jenis yakni konvergensi sigma, konvergensi beta absolut, dan konvergensi beta kondisional. Konvergensi sigma mengukur tingkat kesenjangan antarwilayah pada periode tertentu. Sementara itu, konvergensi beta absolut menunjukkan seberapa cepat wilayah berpendapatan rendah dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan wilayah berpendapatan tinggi. Di sisi lain, konvergensi beta kondisional mempertimbangkan variabel lain selain pendapatan awal yang dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan.

Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pembangunan di Indonesia sudah mengarah pada konvergensi walaupun masih relatif lambat. Hal tersebut didasarkan bahwa pendapatan per kapita memiliki dampak negatif signifikan terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita di Indonesia. Artinya, pada tahun dan daerah observasi yang memiliki pendapatan per kapita rendah cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi lebih tinggi daripada daerah berpendapatan tinggi dengan variabel lain dianggap konstan.

Terbukti, melalui pertumbuhan PDRB riil per kapita dari tahun 2010 sampai 2022, provinsi yang berpendapatan rendah tumbuh lebih besar yaitu 51,7% dibandingkan dengan provinsi yang berpendapatan tinggi tumbuh lebih lambat hanya 19,17%. Pertumbuhan provinsi yang berpendapatan rendah juga memiliki nilai yang lebih besar daripada pertumbuhan Indonesia sebesar 42,91%.

Selain itu, pertumbuhan riil per kapita dari tahun 2010 sampai 2018 daerah berpendapatan rendah selalu lebih besar daripada daerah berpendapatan tinggi dan Indonesia.

Hal yang menarik, bahwa pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan, kesehatan, dan pembangunan tidak berpengaruh signifikan terhadap percepatan konvergensi di Indonesia. Nilai koefisien yang diperoleh menunjukkan bahwa peran pemerintah melalui pengeluaran di ketiga bidang tersebut tidak efektif dalam mempercepat konvergensi.

Artinya, selama ini pengeluaran di bidang pendidikan tidak memberikan efek signifikan terhadap perekonomian. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adalah rendahnya kualitas pendidikan, ketidaksesuaian antara pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja, dan kurangnya infrastruktur pendidikan. Padahal, alokasi anggaran pendidikan terus menunjukkan tren peningkatan setiap tahunnya.

Begitu juga pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan faktanya tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap percepatan konvergensi. Artinya, kualitas layanan yang disediakan masih rendah serta distribusi layanan kesehatan pun masih tidak merata di berbagai daerah.

Padahal, realisasi belanja kesehatan terus meningkat setiap tahunnya. Di samping itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa selama ini fokus pengeluaran pemerintah terhadap kesehatan lebih besar pada penanganan penyakit (kuratif) dibandingkan dengan pencegahan (preventif) sehingga mengakibatkan dampak yang kurang optimal terhadap produktivitas tenaga kerja.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More