Memotret Kebermanfaatan Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa di Masyarakat Pelosok Banten
Jum'at, 07 Juni 2024 - 17:01 WIB
Untuk itulah, lanjut Agus, Dompet Dhuafa hadir melalui program Tebar Hewan Kurban (THK). Ini supaya daging kurban yang menumpuk di kota-kota besar bisa terdistribusikan merata sampai pelosok daerah, dan secara luas dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
“Untuk tahun ini, hewan kurban dari program THK Dompet Dhuafa yang lolos QC dan ditebar di Kampung Benoa ada 14 ekor domba, Kampung Cinangrang 17 ekor, dan Pondok Pesantren Madinah Al-Hijrah Pandeglang 21 ekor. Namun ada kemungkinan jumlah hewan kurban di tiga tempat ini bertambah, yakni dari para pekurban lokal yang juga dihimpun Dompet Dhuafa,” tandas Agus.
Kurban 3 Pasti, Berbagi Berkah hingga Pelosok Negeri
Idul Adha selalu menjadi momentum dalam meluaskan keberkahan daging kurban, dan konsisten dihadirkan Dompet Dhuafa sejak 1994. Ya, tepat 30 tahun silam, Dompet Dhuafa melalui program Tebar Hewan Kurban (THK) senantiasa berkomitmen meratakan distribusi daging kurban hingga pelosok negeri.
Dikutip dari dompetdhuafa.org, Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS) memproyeksikan potensi ekonomi kurban Indonesia tahun 2024, sebesar Rp24,5 triliun yang berasal dari 2,08 juta pekurban (shahibul qurban). Hal tersebut disampaikan Haryo Mojopahit selaku Managing Director IDEAS.
Proses penimbangan domba di Kandang Domba Benoa, di Kampung Benoa, Desa
Sindangheula, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang, Banten. Foto: Hendri Irawan/SINDOnews
Kemudian, nilai kurbannya ditaksir sebesar Rp24,5 triliun, dengan potensi daging kurban yang akan didistribusikan kepada masyarakat Indonesia sebesar 103.000 ton. Namun, terdapat kesenjangan konsumsi daging di Indonesia. Di wilayah Jakarta sendiri, rata-rata konsumsi daging merah per orang mencapai 2,8 kg per tahun, sedangkan di daerah Jawa hanya 0,025 gram.
Beberapa daerah seperti Nias memiliki konsumsi daging sangat rendah, hanya 0,08 gram per kapita per tahun. Daerah-daerah di kepulauan 3T (Terluar, Termiskin, Terdepan) juga menunjukkan pola serupa. Bahkan ada daerah prioritas dengan konsumsi daging sangat rendah dan tingkat kemiskinan ekstrem yang tinggi. Misalnya, di Kabupaten Majene, konsumsi daging per tahunnya adalah 0,00 gram, menunjukkan bahwa penduduk di sana belum pernah makan daging.
“Untuk tahun ini, hewan kurban dari program THK Dompet Dhuafa yang lolos QC dan ditebar di Kampung Benoa ada 14 ekor domba, Kampung Cinangrang 17 ekor, dan Pondok Pesantren Madinah Al-Hijrah Pandeglang 21 ekor. Namun ada kemungkinan jumlah hewan kurban di tiga tempat ini bertambah, yakni dari para pekurban lokal yang juga dihimpun Dompet Dhuafa,” tandas Agus.
Kurban 3 Pasti, Berbagi Berkah hingga Pelosok Negeri
Idul Adha selalu menjadi momentum dalam meluaskan keberkahan daging kurban, dan konsisten dihadirkan Dompet Dhuafa sejak 1994. Ya, tepat 30 tahun silam, Dompet Dhuafa melalui program Tebar Hewan Kurban (THK) senantiasa berkomitmen meratakan distribusi daging kurban hingga pelosok negeri.
Dikutip dari dompetdhuafa.org, Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS) memproyeksikan potensi ekonomi kurban Indonesia tahun 2024, sebesar Rp24,5 triliun yang berasal dari 2,08 juta pekurban (shahibul qurban). Hal tersebut disampaikan Haryo Mojopahit selaku Managing Director IDEAS.
Proses penimbangan domba di Kandang Domba Benoa, di Kampung Benoa, Desa
Sindangheula, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang, Banten. Foto: Hendri Irawan/SINDOnews
Kemudian, nilai kurbannya ditaksir sebesar Rp24,5 triliun, dengan potensi daging kurban yang akan didistribusikan kepada masyarakat Indonesia sebesar 103.000 ton. Namun, terdapat kesenjangan konsumsi daging di Indonesia. Di wilayah Jakarta sendiri, rata-rata konsumsi daging merah per orang mencapai 2,8 kg per tahun, sedangkan di daerah Jawa hanya 0,025 gram.
Beberapa daerah seperti Nias memiliki konsumsi daging sangat rendah, hanya 0,08 gram per kapita per tahun. Daerah-daerah di kepulauan 3T (Terluar, Termiskin, Terdepan) juga menunjukkan pola serupa. Bahkan ada daerah prioritas dengan konsumsi daging sangat rendah dan tingkat kemiskinan ekstrem yang tinggi. Misalnya, di Kabupaten Majene, konsumsi daging per tahunnya adalah 0,00 gram, menunjukkan bahwa penduduk di sana belum pernah makan daging.
Lihat Juga :
tulis komentar anda