Politik Memanas, Ekonomi Harus Tetap Bergerak
Senin, 05 Februari 2024 - 06:35 WIB
Proyeksi serupa juga dikeluarkan oleh beberapa lembaga dunia. Bank Dunia memproyeksikan ekonomi Indonesia pada 2024 tumbuh sebesar 4,9%, IMF sebesar 5,0%, dan Asian Development Bank (ADB) sebesar 5,0%. Hal tersbeut menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 diramal bakal masih berada di level positif.
Tantangan ekonomi di tingkat domestik memainkan peran krusial dalam menggambarkan prospek pertumbuhan Indonesia di tahun 2024 di tengah ketidakpastian ekonomi global. Alhasil, pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini kian mengandalkan faktor domestik sebagai fokus utama. Momentum pertumbuhan ekonomi di Indonesia diproyeksikan akan lebih tergantung pada faktor-faktor internal karena adanya estimasi perlambatan permintaan global di tahun 2024.
Konsumsi diperkirakan masih menjadi sumber utama dalam pertumbuhan ekonomi di tahun 2024. Pemilihan umum biasanya berdampak positif bagi perekonomian melalui peningkatan konsumsi masyarakat dan lembaga nonprofit rumah tangga. Pada peningkatan ekonomi pemilu, dampak hajatan politik ini terhadap pertumbuhan ekonomi terbagi dua, yakni dampak langsung berupa meningkatnya konsumsi pemerintah, sedangkan dampak tidak langsung berupa konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) dan konsumsi rumah tangga.
Lebih lanjut, sejumlah sektor ekonomi pun punya potensi tumbuh di bawah pengaruh tahun politik. Perdagangan ritel, sektor industri pengolahan, dan sektor transportasi termasuk dalam kategori yang akan mendapat dorongan kegiatan politik yang meningkat.
Kombinasi konsumsi masyarakat dan pemerintah tersebut cukup menjelaskan bahwa ekonomi domestik dan tahun politik saling berkaitan. Potensi peningkatan nilai tambah atas dorongan penyelenggaraan pemilu menjadi bekal untuk memupuk harapan bahwa ekonomi triwulan berikutnya bisa tumbuh lebih baik. Potensi ini perlu dijaga dan dilanjutkan trennya mengingat beberapa tahun terakhir ekonomi dunia masih bergejolak dan penuh ketidakpastian.
Di sisi lain, meski sisi konsumsi berpotensi cenderung meningkat, hajatan lima tahunan tersebut juga cenderung mengakibatkan penurunan investasi. Pasalnya, semakin tinggi ketidakpastian (politik), semakin besar koreksi investasi, dan semakin dalam pula risiko perlambatan ekonomi.
Perusahaan akan cenderung wait and see dalam merencanakan investasi atau ekspansi sehingga berakibat keengganan untuk mengajukan permintaan kredit kepada perbankan. Dampaknya, penggunaan plafon kredit menjadi tidak dimaksimalkan oleh pengusaha.
Pada dasarnya, pesta demokrasi melalui kegiatan Pemilu, selain memiliki implikasi pada siklus ekonomi jangka pendek (cyclical effect), pemilu juga punya potensi memengaruhi situasi struktural jangka panjang (structural effect). Oleh sebab itu, diperlukan evaluasi kebijakan pembangunan selama ini serta identifikasi perbaikan kebijakan secara berkelanjutan untuk jangka panjang.
APBN Tetap Fokus Membangun Indonesia
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tetap menjadi pilar utama dalam menjaga stabilitas ekonomi Indonesia, tidak terpengaruh oleh berbagai kondisi yang mungkin muncul. Fokus utama APBN adalah memastikan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi di tengah berbagai tantangan seperti fluktuasi pasar global, perubahan iklim, dan krisis kesehatan.
Tantangan ekonomi di tingkat domestik memainkan peran krusial dalam menggambarkan prospek pertumbuhan Indonesia di tahun 2024 di tengah ketidakpastian ekonomi global. Alhasil, pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini kian mengandalkan faktor domestik sebagai fokus utama. Momentum pertumbuhan ekonomi di Indonesia diproyeksikan akan lebih tergantung pada faktor-faktor internal karena adanya estimasi perlambatan permintaan global di tahun 2024.
Konsumsi diperkirakan masih menjadi sumber utama dalam pertumbuhan ekonomi di tahun 2024. Pemilihan umum biasanya berdampak positif bagi perekonomian melalui peningkatan konsumsi masyarakat dan lembaga nonprofit rumah tangga. Pada peningkatan ekonomi pemilu, dampak hajatan politik ini terhadap pertumbuhan ekonomi terbagi dua, yakni dampak langsung berupa meningkatnya konsumsi pemerintah, sedangkan dampak tidak langsung berupa konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) dan konsumsi rumah tangga.
Lebih lanjut, sejumlah sektor ekonomi pun punya potensi tumbuh di bawah pengaruh tahun politik. Perdagangan ritel, sektor industri pengolahan, dan sektor transportasi termasuk dalam kategori yang akan mendapat dorongan kegiatan politik yang meningkat.
Kombinasi konsumsi masyarakat dan pemerintah tersebut cukup menjelaskan bahwa ekonomi domestik dan tahun politik saling berkaitan. Potensi peningkatan nilai tambah atas dorongan penyelenggaraan pemilu menjadi bekal untuk memupuk harapan bahwa ekonomi triwulan berikutnya bisa tumbuh lebih baik. Potensi ini perlu dijaga dan dilanjutkan trennya mengingat beberapa tahun terakhir ekonomi dunia masih bergejolak dan penuh ketidakpastian.
Di sisi lain, meski sisi konsumsi berpotensi cenderung meningkat, hajatan lima tahunan tersebut juga cenderung mengakibatkan penurunan investasi. Pasalnya, semakin tinggi ketidakpastian (politik), semakin besar koreksi investasi, dan semakin dalam pula risiko perlambatan ekonomi.
Perusahaan akan cenderung wait and see dalam merencanakan investasi atau ekspansi sehingga berakibat keengganan untuk mengajukan permintaan kredit kepada perbankan. Dampaknya, penggunaan plafon kredit menjadi tidak dimaksimalkan oleh pengusaha.
Pada dasarnya, pesta demokrasi melalui kegiatan Pemilu, selain memiliki implikasi pada siklus ekonomi jangka pendek (cyclical effect), pemilu juga punya potensi memengaruhi situasi struktural jangka panjang (structural effect). Oleh sebab itu, diperlukan evaluasi kebijakan pembangunan selama ini serta identifikasi perbaikan kebijakan secara berkelanjutan untuk jangka panjang.
APBN Tetap Fokus Membangun Indonesia
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tetap menjadi pilar utama dalam menjaga stabilitas ekonomi Indonesia, tidak terpengaruh oleh berbagai kondisi yang mungkin muncul. Fokus utama APBN adalah memastikan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi di tengah berbagai tantangan seperti fluktuasi pasar global, perubahan iklim, dan krisis kesehatan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda