Kepemimpinan Minus Etik
Minggu, 14 Januari 2024 - 10:07 WIB
Pun demikian agenda pembangunan kesehatan, dirancang untuk mewujudkan Indonesia Sehat Adil dan Makmur yang diridhoi Allah Swt. Semua itu membutuhkan agenda-agenda perubahan.
Di bidang kesehatan misalnya. Bila sebelumnya pemerintah membangun dengan berpradigma sakit/hilir maka saatnya berubah kepada paradigma sehat dengan memulai membenahi bagian hulu. Bila sebelumnya sering membeli alat kesehatan tanpa mengetahui masalah dan kebutuhan daerah serta tanpa tenaga terlatih untuk mengoperikan maka berubahlah, agar alat yang dibeli tidak mubazir dan menjadi “pasien” Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Bila selama ini orientasinya ingin membangun sebanyak mungkin rumah sakit besar Tipe A (mewah dan berteknologi) di setiap daerah maka berubahkan dengan membangun rumah sakit sesuai masalah dan kebuhan kesehatan daerah. Bila sebelumnya sering membeli obat dan alat kesehatan dari luar negeri maka mulailah memperbanyak penelitian obat dan alat kesehatan untuk kemudian memproduksi sendiri.
Terakhir, bila sebelumnya sistem kesehatan nasional (SKN) tidak terkoneksi dengan sistem kesehatan daerah (SKD) mulailah menyusun sistem kesehatan nasional berdasarkan input dari sistem kesehatan masing-masing daerah. Dan seterusnya. Itulah sekelumit perubahan yang perlu dilakukan bila ingin mewujudkan Indonesia Sehat Adil dan Makmur.
Memang terkadang sulit mengambil keputusan untuk berubah. Alasan yang sering kemukakan antara lain: Pertama, comfort zone, sudah merasa senang atau nyaman dengan apa yang dilakukan atau diperoleh selama ini. Kenyamanan itu dapat berupa kekuasaan, kekayaan, ataupun kesenangan lainnya.
Kedua, ada perasaan takut. Takut salah, takut gagal, takut dikeritk, takut malu, takut menanggung risiko, takut dibicarakan orang, takut mati, dan lain-lain. Kata Aristoteles, “Ketakutan adalah perasaan yang timbul karena ingin mengantisipasi kesalahan.”
Ketiga, berpaling pada kesuksesan masa lalu. Selalu bangga dengan keberhasilan masa lalu dan lupa bahwa dunia ini terus berubah, di mana keberhasilan masa lalu bukan keberhasilan masa kini.
Keempat, masa depan tidak atau belum jelas, suram. Orang melihat masa depan tidak jelas atau suram, karena tidak memiliki visi yang cukup untuk melihat masa depan.
Karena itu, setidaknya ada lima hal yang dapat memberi kekuatan bagi setiap orang atau setiap pemimpin organisasi atau pemimpin bangsa untuk mengambil keputusan, yakni: Pertama, waktu adalah komoditi berharga. Waktu adalah komoditi yang paling mahal di dunia, bahkan dibandingkan dengan uang sekali pun.
Kedua, kompetisi. Persaingan masa depan adalah ilmu melawan ilmu, bukan uang melawan uang. Dalam memenangkan kompetisi masa kini, kuncinya, “Haw to make our people learn better and faster than our competitor”.
Di bidang kesehatan misalnya. Bila sebelumnya pemerintah membangun dengan berpradigma sakit/hilir maka saatnya berubah kepada paradigma sehat dengan memulai membenahi bagian hulu. Bila sebelumnya sering membeli alat kesehatan tanpa mengetahui masalah dan kebutuhan daerah serta tanpa tenaga terlatih untuk mengoperikan maka berubahlah, agar alat yang dibeli tidak mubazir dan menjadi “pasien” Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Bila selama ini orientasinya ingin membangun sebanyak mungkin rumah sakit besar Tipe A (mewah dan berteknologi) di setiap daerah maka berubahkan dengan membangun rumah sakit sesuai masalah dan kebuhan kesehatan daerah. Bila sebelumnya sering membeli obat dan alat kesehatan dari luar negeri maka mulailah memperbanyak penelitian obat dan alat kesehatan untuk kemudian memproduksi sendiri.
Terakhir, bila sebelumnya sistem kesehatan nasional (SKN) tidak terkoneksi dengan sistem kesehatan daerah (SKD) mulailah menyusun sistem kesehatan nasional berdasarkan input dari sistem kesehatan masing-masing daerah. Dan seterusnya. Itulah sekelumit perubahan yang perlu dilakukan bila ingin mewujudkan Indonesia Sehat Adil dan Makmur.
Memang terkadang sulit mengambil keputusan untuk berubah. Alasan yang sering kemukakan antara lain: Pertama, comfort zone, sudah merasa senang atau nyaman dengan apa yang dilakukan atau diperoleh selama ini. Kenyamanan itu dapat berupa kekuasaan, kekayaan, ataupun kesenangan lainnya.
Kedua, ada perasaan takut. Takut salah, takut gagal, takut dikeritk, takut malu, takut menanggung risiko, takut dibicarakan orang, takut mati, dan lain-lain. Kata Aristoteles, “Ketakutan adalah perasaan yang timbul karena ingin mengantisipasi kesalahan.”
Ketiga, berpaling pada kesuksesan masa lalu. Selalu bangga dengan keberhasilan masa lalu dan lupa bahwa dunia ini terus berubah, di mana keberhasilan masa lalu bukan keberhasilan masa kini.
Keempat, masa depan tidak atau belum jelas, suram. Orang melihat masa depan tidak jelas atau suram, karena tidak memiliki visi yang cukup untuk melihat masa depan.
Karena itu, setidaknya ada lima hal yang dapat memberi kekuatan bagi setiap orang atau setiap pemimpin organisasi atau pemimpin bangsa untuk mengambil keputusan, yakni: Pertama, waktu adalah komoditi berharga. Waktu adalah komoditi yang paling mahal di dunia, bahkan dibandingkan dengan uang sekali pun.
Kedua, kompetisi. Persaingan masa depan adalah ilmu melawan ilmu, bukan uang melawan uang. Dalam memenangkan kompetisi masa kini, kuncinya, “Haw to make our people learn better and faster than our competitor”.
tulis komentar anda