Pola Belanja Milenial
Senin, 11 Desember 2023 - 08:55 WIB
Bisnis-bisnis yang digerakkan oleh milenial mencakup sektor kreatif seperti desain grafis, pengembangan perangkat lunak, konten digital, dan banyak lagi. Keunikan dari ekonomi kreatif adalah kemampuannya untuk menciptakan peluang bisnis baru dengan cepat, memungkinkan generasi ini untuk mengalami kenaikan pendapatan yang signifikan dalam waktu yang relatif singkat.
Tak hanya itu, banyak aktivitas ekonomi milenial juga terlibat dalam kegiatan keuangan yang bergerak cepat, seperti investasi saham dan reksadana. Berawal dari kemudahan akses informasi keuangan melalui platform digital, menjadikan para milenial cenderung aktif dalam mengelola portofolio investasi mereka sendiri.
Hal tersebut cukup berhasil memberikan peluang keuntungan finansial yang substansial bagi para milenial. Alhasil, tak heran bila milenial, dengan sifat kreatif dan ketertarikan dalam keuangan, telah menciptakan model pendapatan yang berbeda dari generasi sebelumnya.
Kendati potensi kesuksesan besar ada di tangan mereka, namun tantangan besar juga muncul dari sifat dinamis dan risiko yang melekat dalam dunia ekonomi kreatif dan investasi keuangan yang banyak digeluti para milenial. Perubahan tren konsumen, evolusi teknologi, dan persaingan yang ketat dapat menjadikan kenaikan pendapatan yang cepat tersebut dapat mengalami penurunan drastis dalam waktu singkat.
Terlebih, aspek keuangan seperti investasi juga sangat rentan terhadap berbagai tantangan eksternal. Fluktuasi pasar saham, perubahan regulasi, atau bahkan krisis ekonomi dapat memberikan dampak serius pada portofolio investasi, mempengaruhi secara langsung pendapatan dan kekayaan milenial.
Begitu juga keberlangsungan usaha yang dibangun oleh generasi milenial pun masih menghadapi berbagai hambatan yang signifikan, terutama terkait dengan keterbatasan dalam melakukan riset pasar dan permodalan yang terbatas. Salah satu faktor krusial yang berdampak pada keberlangsungan usaha mereka adalah kurangnya fokus pada market research atau riset pasar yang memadai.
Riset pasar yang lemah menjadikan para pengusaha muda kesulitan memahami kebutuhan dan preferensi pelanggan potensial mereka. Alhasil, tak sedikit produk atau layanan yang ditawarkan mungkin tidak sesuai dengan permintaan pasar sehingga menyebabkan penurunan minat konsumen dan kesulitan dalam mempertahankan pangsa pasar.
Selain itu, keterbatasan permodalan juga menjadi hambatan serius bagi keberlangsungan usaha milenial. Sebagian besar pengusaha muda memiliki ide yang inovatif namun terbentur kendala permodalan yang dapat menghambat pertumbuhan dan pengembangan usaha mereka. Keterbatasan akses ke sumber daya keuangan dapat membatasi investasi dalam pemasaran, pengembangan produk, dan pengembangan pasar, sehingga menghambat potensi pertumbuhan yang lebih besar.
Berdasarkan pada berbagai tantangan yang kerap dihadapi para milenial dalam kegiatan usahanya, maka bukan hal mustahil bila dalam konteks Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dikelola oleh generasi milenial seringkali terlihat bahwa nilai transaksi yang dihasilkan masih berada pada tingkat yang relatif rendah.
Berkaca pada Data Supplier Pekerjaan Kontraktual & Non-Kontraktual TA 2020-2022 menunjukkan bahwa meskipun kategori UMKM memiliki proporsi relatif besar terhadap jumlah supplier (25%) dan jumlah transaksi (14%), namun memiliki proporsi nilai transaksi yang masih sangat kecil (1%). Hal tersebut memperlihatkan bahwa terdapat kemungkinan supplier dengan kategori UMKM tersebut masih memiliki keterbatasan kapasitas sehingga akhirnya membatasi nilai transaksi mereka.
Tak hanya itu, banyak aktivitas ekonomi milenial juga terlibat dalam kegiatan keuangan yang bergerak cepat, seperti investasi saham dan reksadana. Berawal dari kemudahan akses informasi keuangan melalui platform digital, menjadikan para milenial cenderung aktif dalam mengelola portofolio investasi mereka sendiri.
Hal tersebut cukup berhasil memberikan peluang keuntungan finansial yang substansial bagi para milenial. Alhasil, tak heran bila milenial, dengan sifat kreatif dan ketertarikan dalam keuangan, telah menciptakan model pendapatan yang berbeda dari generasi sebelumnya.
Kendati potensi kesuksesan besar ada di tangan mereka, namun tantangan besar juga muncul dari sifat dinamis dan risiko yang melekat dalam dunia ekonomi kreatif dan investasi keuangan yang banyak digeluti para milenial. Perubahan tren konsumen, evolusi teknologi, dan persaingan yang ketat dapat menjadikan kenaikan pendapatan yang cepat tersebut dapat mengalami penurunan drastis dalam waktu singkat.
Terlebih, aspek keuangan seperti investasi juga sangat rentan terhadap berbagai tantangan eksternal. Fluktuasi pasar saham, perubahan regulasi, atau bahkan krisis ekonomi dapat memberikan dampak serius pada portofolio investasi, mempengaruhi secara langsung pendapatan dan kekayaan milenial.
Begitu juga keberlangsungan usaha yang dibangun oleh generasi milenial pun masih menghadapi berbagai hambatan yang signifikan, terutama terkait dengan keterbatasan dalam melakukan riset pasar dan permodalan yang terbatas. Salah satu faktor krusial yang berdampak pada keberlangsungan usaha mereka adalah kurangnya fokus pada market research atau riset pasar yang memadai.
Riset pasar yang lemah menjadikan para pengusaha muda kesulitan memahami kebutuhan dan preferensi pelanggan potensial mereka. Alhasil, tak sedikit produk atau layanan yang ditawarkan mungkin tidak sesuai dengan permintaan pasar sehingga menyebabkan penurunan minat konsumen dan kesulitan dalam mempertahankan pangsa pasar.
Selain itu, keterbatasan permodalan juga menjadi hambatan serius bagi keberlangsungan usaha milenial. Sebagian besar pengusaha muda memiliki ide yang inovatif namun terbentur kendala permodalan yang dapat menghambat pertumbuhan dan pengembangan usaha mereka. Keterbatasan akses ke sumber daya keuangan dapat membatasi investasi dalam pemasaran, pengembangan produk, dan pengembangan pasar, sehingga menghambat potensi pertumbuhan yang lebih besar.
Berdasarkan pada berbagai tantangan yang kerap dihadapi para milenial dalam kegiatan usahanya, maka bukan hal mustahil bila dalam konteks Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dikelola oleh generasi milenial seringkali terlihat bahwa nilai transaksi yang dihasilkan masih berada pada tingkat yang relatif rendah.
Berkaca pada Data Supplier Pekerjaan Kontraktual & Non-Kontraktual TA 2020-2022 menunjukkan bahwa meskipun kategori UMKM memiliki proporsi relatif besar terhadap jumlah supplier (25%) dan jumlah transaksi (14%), namun memiliki proporsi nilai transaksi yang masih sangat kecil (1%). Hal tersebut memperlihatkan bahwa terdapat kemungkinan supplier dengan kategori UMKM tersebut masih memiliki keterbatasan kapasitas sehingga akhirnya membatasi nilai transaksi mereka.
tulis komentar anda