Pola Belanja Milenial
loading...
A
A
A
Candra Fajri Ananda
Staf Khusus Menkeu RI
PERTUMBUHAN ekonomi Indonesia terus menunjukkan kestabilan dan keberlanjutan, dan salah satu pilar utama di balik prestasi ini adalah kontribusi signifikan dari konsumsi masyarakat dan konsumsi pemerintah. Dua unsur ini bersinergi membentuk mesin pertumbuhan yang kuat, menciptakan dampak positif yang meluas ke berbagai sektor ekonomi.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa lebih dari 50% PDB kita disokong oleh konsumsi rumah tangga. Di sisi lain, belanja pemerintah melalui proyek infrastruktur, program bantuan sosial, dan pengeluaran pemerintah lainnya, juga memiliki kontribusi besar dalam menciptakan permintaan agregat, memberikan dorongan pada sektor-sektor yang berkaitan.
Pengaruh besar konsumsi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia mutlak terlihat pada melambatnya pertumbuhan ekonomi di kuartal III - 2023 yang tak lain salah satunya akibat terjadinya kontraksi laju belanja pemerintah. Pada periode tersebut, konsumsi pemerintah mengalami kontraksi 3,76% akibat penurunan belanja pegawai, belanja barang, dan belanja bantun sosial.
Pasalnya kondisi tersebut belum juga menunjukkan perbaikan yang berarti hingga kini. Berdasarkan Data Kemenkeu RI, realisasi belanja negara sampai tanggal 8 Desember 2023 pun hanya sebesar Rp2.571,2 triliun atau 84,4% terhadap pagu APBN 2023, tercatat kontraksi 4,0% (yoy). Kontraksi tersebut dipengaruhi oleh belanja non-K/L yang mengalami kontraksi terutama di belanja lainnya.
Di sisi lain, pada konsumsi rumah tangga, dalam beberapa tahun terakhir tingkat konsumsi masyarakat tersebut terpantau terus meningkat. Data BPS mencatat bahwa meskipun mengalami perlambatan di kuartal III – 2023, konsumsi rumah tangga masih menjadi sumber pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 2,63% (yoy) di periode tersebut.
Hal itu terjadi tak lain karena didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang stabil, peningkatan daya beli, dan perubahan gaya hidup. Masyarakat yang semakin urban dan modern cenderung memiliki kebutuhan dan preferensi yang lebih beragam, mendorong pertumbuhan sektor perdagangan, ritel, dan jasa.
Selain itu, kebijakan pemerintah yang mendukung sektor konsumsi, seperti program bantuan sosial dan stimulus ekonomi, juga memberikan dampak positif terhadap daya beli masyarakat.
Meskipun tantangan seperti fluktuasi harga komoditas dan dampak pandemi global kerap melanda, konsumsi tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penciptaan lapangan kerja dan peningkatan produktivitas sektor-sektor terkait.
Oleh sebab itu, peran konsumsi dalam mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terus menonjol dan diharapkan akan terus berkembang seiring dengan kemajuan ekonomi Indonesia.
Fenomenanya kini, konsumsi didominasi oleh kelompok generasi milenial atau yang saat ini berusia sekitar 40 tahun. Data Bank Indonesia mencatat bahwa konsumsi rumah tangga, khususnya para milenial, untuk sektor jasa semakin meningkat.
Hasil Survei Konsumen BI pada Agustus 2023 menyebutkan bahwa keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Lebih lanjut, berdasarkan kelompok usianya, seluruh kategori usia responden yang terpantau optimistis tersebut ditunjukkan oleh kelompok usia 20-30 tahun (127,2 poin) dan kelompok usia 31-40 tahun (125 poin).
Anak muda milenial di Indonesia memiliki peran yang signifikan dalam dinamika ekonomi negara. Kontribusi mereka tidak hanya tercermin dalam perkembangan sektor pekerjaan dan teknologi, tetapi juga dalam pola konsumsi dan belanja yang unik.
Hal tersebut erat kaitannya dengan kebutuhan generasi milenial saat ini, seperti perjalanan (travelling), akomodasi, makanan dan minuman, serta wisata. Selain itu, digitalisasi pun turut mempengaruhi tingkat konsumsi milenial lantaran semakin memudahkan akses, seperti berbelanja melalui lokapasar dan media sosial.
Struktur konsumsi milenial mencerminkan perubahan gaya hidup, nilai-nilai, dan preferensi yang berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Salah satu aspek utama kontribusi anak muda milenial terletak pada pengaruhnya terhadap industri kreatif dan teknologi.
Milenial aktif menggunakan media sosial dan teknologi digital untuk berbelanja, menciptakan permintaan tinggi terhadap produk dan layanan online. Konsep belanja online, promo diskon, dan kenyamanan bertransaksi secara digital menjadi kunci utama dalam struktur konsumsi para milenial.
Milenial, sebagai generasi yang tumbuh dalam era teknologi dan informasi, telah mengubah lanskap ekonomi. Pendapatan kelompok milenial seringkali berasal dari aktivitas ekonomi kreatif, yang mencakup segala bentuk inovasi dan produksi ide-ide baru.
Bisnis-bisnis yang digerakkan oleh milenial mencakup sektor kreatif seperti desain grafis, pengembangan perangkat lunak, konten digital, dan banyak lagi. Keunikan dari ekonomi kreatif adalah kemampuannya untuk menciptakan peluang bisnis baru dengan cepat, memungkinkan generasi ini untuk mengalami kenaikan pendapatan yang signifikan dalam waktu yang relatif singkat.
Tak hanya itu, banyak aktivitas ekonomi milenial juga terlibat dalam kegiatan keuangan yang bergerak cepat, seperti investasi saham dan reksadana. Berawal dari kemudahan akses informasi keuangan melalui platform digital, menjadikan para milenial cenderung aktif dalam mengelola portofolio investasi mereka sendiri.
Hal tersebut cukup berhasil memberikan peluang keuntungan finansial yang substansial bagi para milenial. Alhasil, tak heran bila milenial, dengan sifat kreatif dan ketertarikan dalam keuangan, telah menciptakan model pendapatan yang berbeda dari generasi sebelumnya.
Kendati potensi kesuksesan besar ada di tangan mereka, namun tantangan besar juga muncul dari sifat dinamis dan risiko yang melekat dalam dunia ekonomi kreatif dan investasi keuangan yang banyak digeluti para milenial. Perubahan tren konsumen, evolusi teknologi, dan persaingan yang ketat dapat menjadikan kenaikan pendapatan yang cepat tersebut dapat mengalami penurunan drastis dalam waktu singkat.
Terlebih, aspek keuangan seperti investasi juga sangat rentan terhadap berbagai tantangan eksternal. Fluktuasi pasar saham, perubahan regulasi, atau bahkan krisis ekonomi dapat memberikan dampak serius pada portofolio investasi, mempengaruhi secara langsung pendapatan dan kekayaan milenial.
Begitu juga keberlangsungan usaha yang dibangun oleh generasi milenial pun masih menghadapi berbagai hambatan yang signifikan, terutama terkait dengan keterbatasan dalam melakukan riset pasar dan permodalan yang terbatas. Salah satu faktor krusial yang berdampak pada keberlangsungan usaha mereka adalah kurangnya fokus pada market research atau riset pasar yang memadai.
Riset pasar yang lemah menjadikan para pengusaha muda kesulitan memahami kebutuhan dan preferensi pelanggan potensial mereka. Alhasil, tak sedikit produk atau layanan yang ditawarkan mungkin tidak sesuai dengan permintaan pasar sehingga menyebabkan penurunan minat konsumen dan kesulitan dalam mempertahankan pangsa pasar.
Selain itu, keterbatasan permodalan juga menjadi hambatan serius bagi keberlangsungan usaha milenial. Sebagian besar pengusaha muda memiliki ide yang inovatif namun terbentur kendala permodalan yang dapat menghambat pertumbuhan dan pengembangan usaha mereka. Keterbatasan akses ke sumber daya keuangan dapat membatasi investasi dalam pemasaran, pengembangan produk, dan pengembangan pasar, sehingga menghambat potensi pertumbuhan yang lebih besar.
Berdasarkan pada berbagai tantangan yang kerap dihadapi para milenial dalam kegiatan usahanya, maka bukan hal mustahil bila dalam konteks Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dikelola oleh generasi milenial seringkali terlihat bahwa nilai transaksi yang dihasilkan masih berada pada tingkat yang relatif rendah.
Berkaca pada Data Supplier Pekerjaan Kontraktual & Non-Kontraktual TA 2020-2022 menunjukkan bahwa meskipun kategori UMKM memiliki proporsi relatif besar terhadap jumlah supplier (25%) dan jumlah transaksi (14%), namun memiliki proporsi nilai transaksi yang masih sangat kecil (1%). Hal tersebut memperlihatkan bahwa terdapat kemungkinan supplier dengan kategori UMKM tersebut masih memiliki keterbatasan kapasitas sehingga akhirnya membatasi nilai transaksi mereka.
Kerja sama dan kolaborasi antara pengusaha muda dapat menjadi kunci sukses dalam menavigasi tantangan yang dihadapi oleh usaha para milenial. Keberhasilan di era bisnis modern tidak lagi hanya bergantung pada persaingan, tetapi juga pada kemampuan untuk berkolaborasi dan saling mendukung.
Kolaborasi tersebut bukan hanya dapat menurunkan risiko usaha, tetapi juga membuka pintu bagi peningkatan perbaikan jaringan pasar dan input produksi. Selain itu, kolaborasi juga memungkinkan adanya pertukaran ide dan sumber daya.
Pengusaha muda dapat saling belajar dari keahlian masing-masing, meningkatkan kualitas produk atau layanan yang ditawarkan. Begitu juga dalam hal input produksi, seperti permodalan dan tenaga kerja, kerjasama antar pengusaha muda dapat memberikan akses yang lebih besar dan terdiversifikasi.
Para pengusaha milenial dapat bersama-sama mencari solusi pembiayaan, berbagi modal, atau bahkan berkolaborasi dalam merekrut dan melatih tenaga kerja. Hal tersebut dapat memberikan efisiensi yang lebih tinggi dalam manajemen sumber daya, mendukung pertumbuhan dan keberlanjutan usaha masing-masing.
Secara umum, kerjasama dan kolaborasi antar pengusaha muda adalah strategi cerdas untuk mengatasi risiko, meningkatkan inovasi, dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan. Melalui sinergi tersebut, para pengusaha muda dapat membentuk fondasi yang kuat untuk mencapai kesuksesan dalam ekosistem bisnis yang penuh tantangan. Semoga.
Staf Khusus Menkeu RI
PERTUMBUHAN ekonomi Indonesia terus menunjukkan kestabilan dan keberlanjutan, dan salah satu pilar utama di balik prestasi ini adalah kontribusi signifikan dari konsumsi masyarakat dan konsumsi pemerintah. Dua unsur ini bersinergi membentuk mesin pertumbuhan yang kuat, menciptakan dampak positif yang meluas ke berbagai sektor ekonomi.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa lebih dari 50% PDB kita disokong oleh konsumsi rumah tangga. Di sisi lain, belanja pemerintah melalui proyek infrastruktur, program bantuan sosial, dan pengeluaran pemerintah lainnya, juga memiliki kontribusi besar dalam menciptakan permintaan agregat, memberikan dorongan pada sektor-sektor yang berkaitan.
Pengaruh besar konsumsi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia mutlak terlihat pada melambatnya pertumbuhan ekonomi di kuartal III - 2023 yang tak lain salah satunya akibat terjadinya kontraksi laju belanja pemerintah. Pada periode tersebut, konsumsi pemerintah mengalami kontraksi 3,76% akibat penurunan belanja pegawai, belanja barang, dan belanja bantun sosial.
Pasalnya kondisi tersebut belum juga menunjukkan perbaikan yang berarti hingga kini. Berdasarkan Data Kemenkeu RI, realisasi belanja negara sampai tanggal 8 Desember 2023 pun hanya sebesar Rp2.571,2 triliun atau 84,4% terhadap pagu APBN 2023, tercatat kontraksi 4,0% (yoy). Kontraksi tersebut dipengaruhi oleh belanja non-K/L yang mengalami kontraksi terutama di belanja lainnya.
Di sisi lain, pada konsumsi rumah tangga, dalam beberapa tahun terakhir tingkat konsumsi masyarakat tersebut terpantau terus meningkat. Data BPS mencatat bahwa meskipun mengalami perlambatan di kuartal III – 2023, konsumsi rumah tangga masih menjadi sumber pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 2,63% (yoy) di periode tersebut.
Hal itu terjadi tak lain karena didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang stabil, peningkatan daya beli, dan perubahan gaya hidup. Masyarakat yang semakin urban dan modern cenderung memiliki kebutuhan dan preferensi yang lebih beragam, mendorong pertumbuhan sektor perdagangan, ritel, dan jasa.
Selain itu, kebijakan pemerintah yang mendukung sektor konsumsi, seperti program bantuan sosial dan stimulus ekonomi, juga memberikan dampak positif terhadap daya beli masyarakat.
Meskipun tantangan seperti fluktuasi harga komoditas dan dampak pandemi global kerap melanda, konsumsi tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penciptaan lapangan kerja dan peningkatan produktivitas sektor-sektor terkait.
Oleh sebab itu, peran konsumsi dalam mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terus menonjol dan diharapkan akan terus berkembang seiring dengan kemajuan ekonomi Indonesia.
Realita Ekonomi Milenial
Fenomenanya kini, konsumsi didominasi oleh kelompok generasi milenial atau yang saat ini berusia sekitar 40 tahun. Data Bank Indonesia mencatat bahwa konsumsi rumah tangga, khususnya para milenial, untuk sektor jasa semakin meningkat.
Hasil Survei Konsumen BI pada Agustus 2023 menyebutkan bahwa keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Lebih lanjut, berdasarkan kelompok usianya, seluruh kategori usia responden yang terpantau optimistis tersebut ditunjukkan oleh kelompok usia 20-30 tahun (127,2 poin) dan kelompok usia 31-40 tahun (125 poin).
Anak muda milenial di Indonesia memiliki peran yang signifikan dalam dinamika ekonomi negara. Kontribusi mereka tidak hanya tercermin dalam perkembangan sektor pekerjaan dan teknologi, tetapi juga dalam pola konsumsi dan belanja yang unik.
Hal tersebut erat kaitannya dengan kebutuhan generasi milenial saat ini, seperti perjalanan (travelling), akomodasi, makanan dan minuman, serta wisata. Selain itu, digitalisasi pun turut mempengaruhi tingkat konsumsi milenial lantaran semakin memudahkan akses, seperti berbelanja melalui lokapasar dan media sosial.
Struktur konsumsi milenial mencerminkan perubahan gaya hidup, nilai-nilai, dan preferensi yang berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Salah satu aspek utama kontribusi anak muda milenial terletak pada pengaruhnya terhadap industri kreatif dan teknologi.
Milenial aktif menggunakan media sosial dan teknologi digital untuk berbelanja, menciptakan permintaan tinggi terhadap produk dan layanan online. Konsep belanja online, promo diskon, dan kenyamanan bertransaksi secara digital menjadi kunci utama dalam struktur konsumsi para milenial.
Milenial, sebagai generasi yang tumbuh dalam era teknologi dan informasi, telah mengubah lanskap ekonomi. Pendapatan kelompok milenial seringkali berasal dari aktivitas ekonomi kreatif, yang mencakup segala bentuk inovasi dan produksi ide-ide baru.
Bisnis-bisnis yang digerakkan oleh milenial mencakup sektor kreatif seperti desain grafis, pengembangan perangkat lunak, konten digital, dan banyak lagi. Keunikan dari ekonomi kreatif adalah kemampuannya untuk menciptakan peluang bisnis baru dengan cepat, memungkinkan generasi ini untuk mengalami kenaikan pendapatan yang signifikan dalam waktu yang relatif singkat.
Tak hanya itu, banyak aktivitas ekonomi milenial juga terlibat dalam kegiatan keuangan yang bergerak cepat, seperti investasi saham dan reksadana. Berawal dari kemudahan akses informasi keuangan melalui platform digital, menjadikan para milenial cenderung aktif dalam mengelola portofolio investasi mereka sendiri.
Hal tersebut cukup berhasil memberikan peluang keuntungan finansial yang substansial bagi para milenial. Alhasil, tak heran bila milenial, dengan sifat kreatif dan ketertarikan dalam keuangan, telah menciptakan model pendapatan yang berbeda dari generasi sebelumnya.
Kendati potensi kesuksesan besar ada di tangan mereka, namun tantangan besar juga muncul dari sifat dinamis dan risiko yang melekat dalam dunia ekonomi kreatif dan investasi keuangan yang banyak digeluti para milenial. Perubahan tren konsumen, evolusi teknologi, dan persaingan yang ketat dapat menjadikan kenaikan pendapatan yang cepat tersebut dapat mengalami penurunan drastis dalam waktu singkat.
Terlebih, aspek keuangan seperti investasi juga sangat rentan terhadap berbagai tantangan eksternal. Fluktuasi pasar saham, perubahan regulasi, atau bahkan krisis ekonomi dapat memberikan dampak serius pada portofolio investasi, mempengaruhi secara langsung pendapatan dan kekayaan milenial.
Begitu juga keberlangsungan usaha yang dibangun oleh generasi milenial pun masih menghadapi berbagai hambatan yang signifikan, terutama terkait dengan keterbatasan dalam melakukan riset pasar dan permodalan yang terbatas. Salah satu faktor krusial yang berdampak pada keberlangsungan usaha mereka adalah kurangnya fokus pada market research atau riset pasar yang memadai.
Riset pasar yang lemah menjadikan para pengusaha muda kesulitan memahami kebutuhan dan preferensi pelanggan potensial mereka. Alhasil, tak sedikit produk atau layanan yang ditawarkan mungkin tidak sesuai dengan permintaan pasar sehingga menyebabkan penurunan minat konsumen dan kesulitan dalam mempertahankan pangsa pasar.
Selain itu, keterbatasan permodalan juga menjadi hambatan serius bagi keberlangsungan usaha milenial. Sebagian besar pengusaha muda memiliki ide yang inovatif namun terbentur kendala permodalan yang dapat menghambat pertumbuhan dan pengembangan usaha mereka. Keterbatasan akses ke sumber daya keuangan dapat membatasi investasi dalam pemasaran, pengembangan produk, dan pengembangan pasar, sehingga menghambat potensi pertumbuhan yang lebih besar.
Berdasarkan pada berbagai tantangan yang kerap dihadapi para milenial dalam kegiatan usahanya, maka bukan hal mustahil bila dalam konteks Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dikelola oleh generasi milenial seringkali terlihat bahwa nilai transaksi yang dihasilkan masih berada pada tingkat yang relatif rendah.
Berkaca pada Data Supplier Pekerjaan Kontraktual & Non-Kontraktual TA 2020-2022 menunjukkan bahwa meskipun kategori UMKM memiliki proporsi relatif besar terhadap jumlah supplier (25%) dan jumlah transaksi (14%), namun memiliki proporsi nilai transaksi yang masih sangat kecil (1%). Hal tersebut memperlihatkan bahwa terdapat kemungkinan supplier dengan kategori UMKM tersebut masih memiliki keterbatasan kapasitas sehingga akhirnya membatasi nilai transaksi mereka.
Kolaborasi adalah Kunci
Kerja sama dan kolaborasi antara pengusaha muda dapat menjadi kunci sukses dalam menavigasi tantangan yang dihadapi oleh usaha para milenial. Keberhasilan di era bisnis modern tidak lagi hanya bergantung pada persaingan, tetapi juga pada kemampuan untuk berkolaborasi dan saling mendukung.
Kolaborasi tersebut bukan hanya dapat menurunkan risiko usaha, tetapi juga membuka pintu bagi peningkatan perbaikan jaringan pasar dan input produksi. Selain itu, kolaborasi juga memungkinkan adanya pertukaran ide dan sumber daya.
Pengusaha muda dapat saling belajar dari keahlian masing-masing, meningkatkan kualitas produk atau layanan yang ditawarkan. Begitu juga dalam hal input produksi, seperti permodalan dan tenaga kerja, kerjasama antar pengusaha muda dapat memberikan akses yang lebih besar dan terdiversifikasi.
Para pengusaha milenial dapat bersama-sama mencari solusi pembiayaan, berbagi modal, atau bahkan berkolaborasi dalam merekrut dan melatih tenaga kerja. Hal tersebut dapat memberikan efisiensi yang lebih tinggi dalam manajemen sumber daya, mendukung pertumbuhan dan keberlanjutan usaha masing-masing.
Secara umum, kerjasama dan kolaborasi antar pengusaha muda adalah strategi cerdas untuk mengatasi risiko, meningkatkan inovasi, dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan. Melalui sinergi tersebut, para pengusaha muda dapat membentuk fondasi yang kuat untuk mencapai kesuksesan dalam ekosistem bisnis yang penuh tantangan. Semoga.
(rca)