Pelajaran Berarti dari Kertajati
Jum'at, 17 November 2023 - 07:02 WIB
Pada 28 Mei 2023 lalu, penulis kebetuan berkesempatan melihat langsung dampak mangkraknya Bandara Kertajati akibat operasional yang tertunda ini bertepatan dengan pemberangkatan jemaah haji kloter pertama. Bangunan megah dan luas bandara tampak kusam di sana sini.
Bahkan tak sedikit rumput liar dan lumut yang tumbuh dari bagian bangunan. Di bagian dalam, beberapa plafon juga sudah jebol. Minimnya penerbangan juga membuat pendingin ruangan tak dioperasikan penuh, sehingga hawa gerah sangat terasa di dalam. Demikian juga pengamanan di sekitar bandara juga tampak masih sangat longgar.
baca juga: Kemenag Berangkatkan 20 Kloter Jemaah Haji dari Bandara Kertajati
Rasanya prihatin melihat infrastruktur yang dibangun dengan anggaran puluhan triliun rupiah itu seolah terbengkalai begitu saja. Apalagi BIJB ini bukanlah bandara biasa-biasa saja. Selain arsitekturnya ala burung merak yang begitu indah, bandara yang tak jauh dari Tol Cipali memiliki fasilitas begitu lengkap, seperti empat parking stand untuk pesawat berbadan lebar (wide body) dan 18 untuk berbadan sedang (narrow body).
Belum lagi lahan 2.240 meter persegi yang disediakan untuk gudang kargo domestik. Namun perencanaan infrastruktur yang tak matang dan cenderung mengejar status warisan politik (political legacy) ketimbang kebutuhan masyarakat yang mendesak (urgent public needs) membuat bandara ini terseok-seok.
Ada pelajaran berharga dan berarti dari Kertajati ini, yakni perlunya studi kelayakan yang sangat rinci jangan asal mengedepankan kecepatan semata. Lebih-lebih, saat ini masih ada sederet proyek bandara dan infrastruktur lain yang dalam proses penuntasan. Demikian juga di bidang lain seperti energi, program kendaraan listrik lewat iming-iming subsidi saatnya dikaji agar lebih membumi.
Dalam perspektif luas luas, cara pandang dan visi pembangunan ke depan saatnya harus diubah agar jangan sampai uang-uang rakyat dikorbankan untuk sebuah kepentingan yang jauh dari nilai kemanfataan. (*)
Bahkan tak sedikit rumput liar dan lumut yang tumbuh dari bagian bangunan. Di bagian dalam, beberapa plafon juga sudah jebol. Minimnya penerbangan juga membuat pendingin ruangan tak dioperasikan penuh, sehingga hawa gerah sangat terasa di dalam. Demikian juga pengamanan di sekitar bandara juga tampak masih sangat longgar.
baca juga: Kemenag Berangkatkan 20 Kloter Jemaah Haji dari Bandara Kertajati
Rasanya prihatin melihat infrastruktur yang dibangun dengan anggaran puluhan triliun rupiah itu seolah terbengkalai begitu saja. Apalagi BIJB ini bukanlah bandara biasa-biasa saja. Selain arsitekturnya ala burung merak yang begitu indah, bandara yang tak jauh dari Tol Cipali memiliki fasilitas begitu lengkap, seperti empat parking stand untuk pesawat berbadan lebar (wide body) dan 18 untuk berbadan sedang (narrow body).
Belum lagi lahan 2.240 meter persegi yang disediakan untuk gudang kargo domestik. Namun perencanaan infrastruktur yang tak matang dan cenderung mengejar status warisan politik (political legacy) ketimbang kebutuhan masyarakat yang mendesak (urgent public needs) membuat bandara ini terseok-seok.
Ada pelajaran berharga dan berarti dari Kertajati ini, yakni perlunya studi kelayakan yang sangat rinci jangan asal mengedepankan kecepatan semata. Lebih-lebih, saat ini masih ada sederet proyek bandara dan infrastruktur lain yang dalam proses penuntasan. Demikian juga di bidang lain seperti energi, program kendaraan listrik lewat iming-iming subsidi saatnya dikaji agar lebih membumi.
Dalam perspektif luas luas, cara pandang dan visi pembangunan ke depan saatnya harus diubah agar jangan sampai uang-uang rakyat dikorbankan untuk sebuah kepentingan yang jauh dari nilai kemanfataan. (*)
(hdr)
tulis komentar anda