Di Ambang Resesi, Misbakhun Usul Listrik hingga Cicilan Mobil Dibayar Negara
Kamis, 06 Agustus 2020 - 17:23 WIB
Akibatnya, take home pay mereka tergerus. Sementara usaha korporasi atau tempat mereka bekerja juga mengalami permasalahan sehingga tidak bisa membayar bonus, tidak bisa melakukan penjualan karena sektor otomotif terdampak, termasuk produksi terdampak.
"Inilah kalau menurut saya program ini harus dibangun, karena apa? Pemberian PKH (Bantuan Program Keluarga Harapan) untuk kelompok masyarakat miskin, sembako murah, kemudian bantuan tunai yang terbatas itu, menurut saya masih belum bisa menjadi penyelamat dan bantalan turunnya ekonomi itu," tuturnya.
Dikatakan Misbakhun, saat ini hanya pemerintah yang bisa menyelamatkan kondisi krisis karena memiliki kemampuan dengan berbagai perangkat yang dimiliki. Dia mencontohkan untuk sumber pendanaan bagi berbagai program yang dia usulkan tersebut, misalnya pemerintah menerbitkan surat utang yang kemudian dibeli oleh Bank Indonesia.
Menurutnya, saat ini pemerintah harus mulai mendetailkan bahwa program yang dibuat harus mulai terarah, fokus dan menjadi alat navigasi mengatasi masalah. "Saya melihat ada kesenjangan bahwa antara program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) dengan realitas permasalahan ini kan sering tidak nyambung," tuturnya.
(Baca: RI Diramal Terjun ke Jurang Resesi Kuartal III/2020, Ekonomi China Malah Juara)
Dia mencontohkan, program untuk korporasi sebesar Rp53 triliun, sepenuhnya untuk BUMN. Sementara penyelamatan korporasi swasta yang selama ini menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi justru tidak ada.
Menurut Misbakhun, secara teknik saat ini Indonesia sudah memasuki resesi. Sebab, pertumbuhan ekonomi per kuartal sejak Kuartal VI/2020 sudah dalam posisi yang negatif. Berikutnya Kuartal I dan II/2020, juga menunjukkan pertumbuhan yang negatif. "Jadi secara teknikal, quarter to quarter (QTQ) itu kita sudah dalam posisi negatif," katanya.
"Inilah kalau menurut saya program ini harus dibangun, karena apa? Pemberian PKH (Bantuan Program Keluarga Harapan) untuk kelompok masyarakat miskin, sembako murah, kemudian bantuan tunai yang terbatas itu, menurut saya masih belum bisa menjadi penyelamat dan bantalan turunnya ekonomi itu," tuturnya.
Dikatakan Misbakhun, saat ini hanya pemerintah yang bisa menyelamatkan kondisi krisis karena memiliki kemampuan dengan berbagai perangkat yang dimiliki. Dia mencontohkan untuk sumber pendanaan bagi berbagai program yang dia usulkan tersebut, misalnya pemerintah menerbitkan surat utang yang kemudian dibeli oleh Bank Indonesia.
Menurutnya, saat ini pemerintah harus mulai mendetailkan bahwa program yang dibuat harus mulai terarah, fokus dan menjadi alat navigasi mengatasi masalah. "Saya melihat ada kesenjangan bahwa antara program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) dengan realitas permasalahan ini kan sering tidak nyambung," tuturnya.
(Baca: RI Diramal Terjun ke Jurang Resesi Kuartal III/2020, Ekonomi China Malah Juara)
Dia mencontohkan, program untuk korporasi sebesar Rp53 triliun, sepenuhnya untuk BUMN. Sementara penyelamatan korporasi swasta yang selama ini menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi justru tidak ada.
Menurut Misbakhun, secara teknik saat ini Indonesia sudah memasuki resesi. Sebab, pertumbuhan ekonomi per kuartal sejak Kuartal VI/2020 sudah dalam posisi yang negatif. Berikutnya Kuartal I dan II/2020, juga menunjukkan pertumbuhan yang negatif. "Jadi secara teknikal, quarter to quarter (QTQ) itu kita sudah dalam posisi negatif," katanya.
(muh)
Lihat Juga :
tulis komentar anda