Kerja Sama Pertahanan Indonesia-Inggris, Diam-diam Mesra?

Selasa, 14 November 2023 - 05:05 WIB
Sebelumnya, Indonesia juga membeli radar Hughes untuk pengamatan permukaan (ground surveyland radar system (GSRS))- radar generasi baru yang dapat mendeteksi pesawat tanpa awak atau drone; serta mengakuisisi rudal jarak pendek (short range air defense/shorad) Starstreak yang dilakukan sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Selain alutsista, Indonesia-Inggris ternyata juga terlibat latihan militer bersama. Di antara latihan dimaksud adalah Latihan Gabungan Bersama (Latgabma) Talisman Sabre yang melibatkan tiga matra, dan Latma Pitch Black yang digelar untuk menggembleng kapasitas militer udara negara, termasuk Indonesia dan Inggris.

Pertanyaan selanjutnya yang perlu dikemukakan, apakah dukungan Inggris kepada Indonesia menggenjot pembangunan dan kemandirian alutsista dan intensitas latihan militer bersama tidak mengusik negara-negara ‘binaannya’ yang tergabung dalam persekutuan Five Power Defense Arrangement (FPDA)? Atau, apakah motif lain mendorong langkah Inggris meningkatkan kerja sama pertahanan dengan Indonesia?

Kepentingan Nasional

Belum lekang dari ingatan sejarah, relasi yang terbangun antara Indonesia dan Inggris lekat dari sisi buram. Bagaimana tidak, negeri ini pernah terlibat langsung dalam kolonialisme di Nusantara dengan Thomas Stamford Raffles ditunjuk sebagai letnan gubernur di Jawa, menjadi musuh pasca-Proklamasi Kemerdekaan 1945, dan terlibat perseteruan dengan Indonesia di era Orde Lama.

Di era mempertahankan kemerdekaan, Inggris tercatat bersama Belanda dan sekutu terlibat dalam perang besar dengan pejuang Indonesia seperti di Surabaya, Magelang dan Bojong Kokosan. Di Surabaya yang kemudian dijadikan tonggak Hari Pahlawan, dua jenderal negara pemenang Perang Dunia II itu - Aubertin Walter Sothern Mallaby dan Robert Guy Loder Symonds- harus menjadi korban.

baca juga: Indonesia-Inggris Raya Kerja Sama Bidang Keamanan Siber

Saat pemerintahan Orde Lama, Soekarno melihat Inggris menjalankan strategi neo-kolonialisme dengan membentuk negara boneka seperti Malaysia. Bahkan, kebijakan Ganyang Malaysia memicu perang parsial di wilayah perbatasan Indonesia Malaysia, termasuk di dalamnya melibatkan tentara Inggris. Konflik berlanjut hingga pembentukan Five Power Defense Arrangement (FPDA) yang beranggotakan Inggris, Malaysia, Singapura, Australia dan Selandia Baru.

Pergantian kepemimpinan ke tangan Soeharto mengubah orientasi politik luar negeri, hingga membuat Indonesia lebih mendekat ke negara-negara Barat, termasuk Inggris. Selama era Soeharto, Indonesia bahkan memborong beberapa seri pesawat Hawk dari British Aerospace, tepatnya sejak 1977, dan mendatangkan 90 tank FV101 Scorpion dari BAE System & Land System Inggris.

Walaupun begitu, kemesraan yang terjalin tak begitu terlihat karena tertutup bayang-bayang masa lalu yang seolah memasang barikade Indonesia dan Inggris tidak bisa menjalin kedekatan hubungan, serta dampak embargo yang pernah diberlakukan Amerika Serikat dan berpengaruh pada operasional pesawat Hawk.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More