Putin, Kampanye Multipolar, dan Indonesia
Senin, 23 Oktober 2023 - 05:03 WIB
Positioning Indonesia
Masih menurut Standar Chartered, pada 2030 Indonesia juga akan merengsek menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia. Diprediksi PDB negeri ini akan mencapai USD10,1 triliun atau naik 3 kali lipat dibanding tahun 2017 yang hanya sebesar USD3,2 triliun. Dengan besaran PDB tersebut, Indonesia akan menempati peringkat ke-4 perekonomian terbesar dunia.
Modalitas ini tentu bisa dimanfaatkan untuk menjadi aktor hubungan internasional dan berpeluang memformat sistem global. Tapi pertanyaannya, arsitektur dunia seperti apa yang akan Indonesia bangun? Arahnya tentu tidak boleh keluar amanat konstitusi dan prinsip politik luar negeri yang dianut.
Karena itu, bila Indonesia benar menjadi salah satu kekuatan multipolar dunia, maka muaranya bukan pada pihak pro-kontra dalam pertarungan kekuatan internasional dengan melulu mengemukakan national interest-nya sendiri dan di sisi lain menegasikan nasib negara lain. Peran yang ideal yang perlu dimainkan adalah mewujudkan perdamaian yang abadi dan berkeadilan, sejalan dengan cita-cita kemerdekaan negara.
Positioning politik luar negeri yang dibangun para founding fatherdan berlangsung hingga kini sudah on the right track,yakni negara non blok dan bebas aktif. Karena itu, nantinya Indonesia tidak perlu bergabung dengan kekuatan-kekuatan baru yang muncul dan bertarung zero sum game, tapi berkontribusi menata dunia lebih harmonis.
Karena itu, yang diperlukan Indonesia adalah memperkuat keberadaan Gerakan Non-Blok, ASEAN, dan organisasi di luar blok-blok koalisi yang berorientasi persukutuan. Begitu pun langkah Indonesia mendorong south-south collaboration dan Archiplegic and Island States (AIS) Forum juga perlu diperkuat. Inisiatif-inisiatif alternatif kolaborasi global tersebut bukan hanya memberi pilihan negara-negara agar tidak terjebak polarisasi, tapi bisa bisa bersama-sama mewujudkan perdamaian, keadilan, dan kesejahteraan.(*)
Masih menurut Standar Chartered, pada 2030 Indonesia juga akan merengsek menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia. Diprediksi PDB negeri ini akan mencapai USD10,1 triliun atau naik 3 kali lipat dibanding tahun 2017 yang hanya sebesar USD3,2 triliun. Dengan besaran PDB tersebut, Indonesia akan menempati peringkat ke-4 perekonomian terbesar dunia.
Modalitas ini tentu bisa dimanfaatkan untuk menjadi aktor hubungan internasional dan berpeluang memformat sistem global. Tapi pertanyaannya, arsitektur dunia seperti apa yang akan Indonesia bangun? Arahnya tentu tidak boleh keluar amanat konstitusi dan prinsip politik luar negeri yang dianut.
Karena itu, bila Indonesia benar menjadi salah satu kekuatan multipolar dunia, maka muaranya bukan pada pihak pro-kontra dalam pertarungan kekuatan internasional dengan melulu mengemukakan national interest-nya sendiri dan di sisi lain menegasikan nasib negara lain. Peran yang ideal yang perlu dimainkan adalah mewujudkan perdamaian yang abadi dan berkeadilan, sejalan dengan cita-cita kemerdekaan negara.
Positioning politik luar negeri yang dibangun para founding fatherdan berlangsung hingga kini sudah on the right track,yakni negara non blok dan bebas aktif. Karena itu, nantinya Indonesia tidak perlu bergabung dengan kekuatan-kekuatan baru yang muncul dan bertarung zero sum game, tapi berkontribusi menata dunia lebih harmonis.
Karena itu, yang diperlukan Indonesia adalah memperkuat keberadaan Gerakan Non-Blok, ASEAN, dan organisasi di luar blok-blok koalisi yang berorientasi persukutuan. Begitu pun langkah Indonesia mendorong south-south collaboration dan Archiplegic and Island States (AIS) Forum juga perlu diperkuat. Inisiatif-inisiatif alternatif kolaborasi global tersebut bukan hanya memberi pilihan negara-negara agar tidak terjebak polarisasi, tapi bisa bisa bersama-sama mewujudkan perdamaian, keadilan, dan kesejahteraan.(*)
(hdr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda