Strategi Perang Asimetris ala Hamas Menggempur Israel

Selasa, 17 Oktober 2023 - 05:10 WIB
Adapun untuk alutsista, seperti pernah dilaporkan TRT Word berdasar pengamatan intelijen Israel, Hamas memiliki 5.000-6.000 roket yang hanya bisa menjangkau Gaza dengan jarak tembak 45-55 km.Namun Hamas juga memiliki puluhan roket berdaya tembak 100-160 km, dan ratusan roket berdaya tembak sejauh 70-80 km yang bisa mencapai Tel Aviv.

Sedangkan Israel tak perlu dipertanyakan lagi. Pada 2023 ini menempati posisi 18 dari kekuatan militer dunia veri Global Fire Power dengan skor PwrIndx 0,2757 (skor pada 0,0000 dan dianggap sempurna). Berbagai senjata yang dimiliki merupakan state of the art, sehingga seringkali dijadikan banch marktentang alutsista ideal yang harus dimiliki militer suatu negara.

2.Serangan Mendadak

Israel benar-benar tidak pernah menduga sehari setelah peringatan 50 tahun Perang 1973 atau Perang Yon Kippur, Hamas melakukan serangan besar-besaran. Serangan yang dimulai sekitar pukul 06.30 waktu setempat dengan menembakkan 3000 roket, yang diikuti infiltrasi mendadak Hamas ke wilayah yang dikuasai Israel.

Suksesnya operasi Badai Al-Aqsa pun menandai kegagalan besar intelijen Israel yang dianggap memiliki jaringan terluas dan tercanggih di kawasan Timur Tengah. Jurnalis BBC, Frank Gardner, mengilustrasikan di pengujung hari raya Yahudi itu mereka (intelijen Israel) tengah tertidur di belakang kemudi.

baca juga: 7 Fakta Pendiri Hamas Sheikh Ahmed Yassin

Mereka tidak menduga Hamas yang beberapa tahun ini diam dan terlihat lemah ternyata telah mengonsolidasikan kekuatan yang dahsyat dan mampu membuat kejutan.Dengan demikian, Hamas mampu merahasiakan konsolidasi kekuatan dan rencana serangan dengan sempurna.

Selain mampu menyembunyikan informasi, Hamas juga memanfaatkan penggunaan terowongan dan fasilitas bawah tanah untuk membantu penyembunyian persiapan dari intelijen Israel hingga persiapan serangan mampu disembunyikan, yang oleh badan intelijen sebagai background noise.

3.Teknologi-Metode Kreatif dan Tidak Lazim

Secara teoritis mustahil Hamas bisa mendobrak sistem pertahanan Iron Dome yang sangat canggih dan sempurna melindungi wilayah Israel sejak 2006 dengan nilai investasi miliaran US dolar. Namun faktanya, Hamas menemukan celah dan menaklukkannya dengan teknologi sangat murah.

baca juga: Bentrok dengan Hamas, 123 Tentara Israel Tewas

Sejumlah laporan menyebut Hamas menembakkan roket jarak pendek Qassam-diambil dari nama Brigade Al Qassam- yang harganya hanya di kisaran Rp4,2 juta-Rp11,2 juta. Dengan penembakan 5.000 roket yang dilakukan hampir bersamaan dan masif, kemampuan Iron Dome pun tereksploitasi hingga kewalahan.

Rudal Tamir seharga Rp2,1 miliar per biji diobral sampai habis, hingga rudal Patriot seharga Rp62,9 miliar juga harus ditembakkan. Karena itu, ratusan roket murah meriah milik Hamas pun ada yang berhasil menembus Iron Dome dan menghantam wilayah Israel.

Mengacu pada serangan roket pada perang 2021, seperti dilaporkan Jerusalem Pos, bisa jadi Hamas menembakkan roket pada lintasan rendah, sehingga bisa lolos dari jaring iron dome.Pada saat hampir bersamaaan, Hamas meluncurkan drone kamikaze secara ekstensif.

Analisis badan intelijen drone swasta DroneSec menunjukkan ada dua jenis drone yang digunakan, yakni drone FPV murah dilengkapi bahan peledak dan drone sayap tetap baru yang juga bermuatan amunisi. Armada drone sederhana membantu membuka jalan bagi serangan besar-besaran.

Hebatnya, sasaran terarah pada menara penjaga, menara keamanan, pos perbatasan, menara komunikasi, dan kamera CCTV – yang memiliki pengenalan wajah. Drone, di antaranya dinamai Zouari -diambil dari nama Mohamed Zouari, inisiator drone yang terbunuh pada 2016- bahkan berhasil menghanguskan Tank Merkava-4 yang konon dianggap tercanggih di dunia.

baca juga: Hamas Nyatakan Perang Habis-habisan Melawan Israel

Analisis menyebut, penggunaan drone sangat efektif karena sistem pertahanan Israel dirancang untuk menargetkan rudal, bukan serangan drone.Robeknya payung udara dan melemahnya konsentrasi penangkisan udara yang dilakukan IDF membuka jalan Hamas menginfiltrasi pasukannya ke wilayah Israel, dengan operasi multi-domainyang dilakukan lewat semua matra.

Caranya pun sungguh tidak biasa. Pasukan Hamas menggunakan paralayang bermotor yang diluncurkan dari darat dan laut untuk menembus tembok dan melewati perbukitan secara cepat dan efektif menuju sasaran,seperti festival musik yang menjadi tempat terbanyak jatuhnya korban jiwa dari Israel dan beberapa titik strategis di Gaza, yang kemudian dianggap sebagai sergapan Al-Aqsa.

Serangan lewat paralayang yang tidak lazim membuat Israel gagal menganggap sebagai ancaman serius.Israel tidak menyadari Hamas menggunakan taktik yang pernah digunakan Sekutu dan Jerman pada perang dunia II untuk menyusup ke garis belakang musuh. Pada saat bersamaan, pasukan elit berkekuatan 400 orang meledakkan dan membuldozer benteng Gaza, serta memotong kawat berduri untuk memasuki wilayah Israel.

Beberapa pasukan masuk menggunakan kendaraan dua dan roda empat langsung menyerang garis pertahanan pertama Israel, menyerbu tempat tidur tentara dan merebut pangkalan serta markas besar operasi militer Israel di Gaza selatan.Di sisi lain, Hamas juga belajar dari taktik pejuang Jenin selama Pertempuran Jenin pada tahun 2002 yang menggunakan kombinasi taktik pemberontakan, penggunaan alat peledak rakitan atau IED, dan strategi perang kota melawan militer Israel.

Penggunaan IED sangat efektif mengganggu operasi militer Israel. IED berbiaya rendah dan mudah disembunyikan, menjadikannya alat yang berharga untuk peperangan asimetris. Dengan IED Hamas menargetkan kendaraan, patroli, dan instalasi militer Israel.

baca juga: Hacker Rusia Klaim Membantu Hamas Serang Israel

Dalam menyiapkan serangan, Hamas juga menggunakan strategi yang cerdik. Dilansir dari Reuters, strategi dimaksud adalah membangun permukiman tiruan Israel di Gaza sebagai sarana latihan pendaratan militer dan penyerbuan. Hamas pun membuat video persiapan tersebut.

Tapi Israel sudah terlalu percaya diri dan tidak menggubris serta meyakini Hamas tidak akan sampai melakukan konfrontasi. Respons Israel yang demikian terjadi karena di sisi lain Hamas membangun kesan pihaknya lebih fokus memperjuangkan nasib masyarakat Gaza agar mendapat lapangan pekerjaan dan tidak tertarik memulai serangan baru.

4.Melibatkan Spektrum Astagatra dan Pancagatra

Pengalaman bertempur dengan Israel, khususnya selama perang di Gaza tahun 2014, mengajarkan Hamas pentingnya implementasi perang perkotaan dan penggunaan infrastruktur sipil sebagai perisai. Pada Operasi Badai Al-Aqsa, Hamas menggunakan daerah padat penduduk sebagai lokasi peluncuran roket dan menyembunyikan senjata serta pusat komando dan kendali di bangunan sipil. Strategi ini tentu menyulitkan Israel, karena serangan terhadap masyarakat sipil merupakan pelanggaran hukum internasional.

baca juga: Madonna Mengutuk Serangan Hamas, Tegas Dukung Israel

Sejak pertempuran Jenin 2002,Hamas telah banyak berinvestasi membangun infrastruktur terowongan, membangun jaringan jalur bawah tanah yang luas yang memungkinkan mereka melewati pos pemeriksaan Israel dan melancarkan serangan dari lokasi yang tidak terduga. Serangan ini telah membawa kejutan ke tingkat yang baru. Melalui jaringan terowongan itulah Hamas memindahkan pejuang dan perbekalan, menghindari pasukan Israel, dan melancarkan serangan mendadak.

Pada 2014, The Washington Post melaporkan bahwa pasukan IDF menemukan terowongan sepanjang panjang 2,4 kilometer. Di dalam terowongan sedalam 66 kaki itu terdapat fasilitas listrik dan perbekalan untuk bertahan selama beberapa bulan. Diperkirakan telah dibangun dengan biaya US$10 juta menggunakan 800 ton beton.

Karena itulah, pada perang Mei 2021, Israel menargetkan jaringan terowongan dan mengklaim 160 pesawat Israel menyerang lebih dari 150 target bawah tanah di Gaza utara sekitar Beit Lahiya. Bahkan untuk operasi terowongan, IDF secara khusus membentuk unit perang bawah tanah yang dibekali teknologi militer untuk mendeteksi terowongan.

Pada serangan Sabtu tersebut, Hamas tampaknya juga mempelajari aspek pancagatra, termasuk di dalamnya aspek sosial dan ideologi. Seperti diketahui, pada tanggal 7 Oktober tersebut tepat hari raya Sabat. Perayaan itu banyak dimanfaatkan warga Israel untuk menghabiskan waktu bersama di rumah atau di sinagog. Sebagian lainnya bertemu dengan kawan-kawan mereka.

Di sisi lain banyak juga warga Israel yang memanfaatkan untuk hiburan, seperti hadir di festival musk dekat Re’im, yang kemudian menjadi sasaran empuk serangan. Beberapa laporan menyebut,serangan yang dilakukan di pagi hari itu juga membawa keuntungan karena tentara IDF masih tertidur lelap.

Akan Terapkan Strategi Sama

Bila Israel tetap melampiaskan balan dendam dengan menyerang Hamas lewat Operasi Pedang Besi, meski dibekali berbagai alutsista canggih dan kendaraan lapis baja,IDF dipastikan tidak akan bisa dengan mudah melumpuhkan Hamas. Melihat positioning kekuatan Hamas versus IDF, maka strategi perang asimetris tetap akan jadi pedoman.

baca juga: Profil Hamas, Gerakan Perlawanan Islam Bermakna Semangat

Bila ditelusuri, strategi perang asimetris sudah menjadi nature strategic yang diterapkan Hamas maupun pejuang Palestina, karena itulah pilihan tepat dan paling memungkinkan. Hanya saja, semakin kuat alutsista yang dimiliki, penerapan strategi ini kian dinamis dan kompleks sesuai dengan kebutuhan.

Misalnya, bila intifadah yang sebelumnya menggunakan ketapel dan batu, maka dengan kuatnya dukungan kekuatan –terutama bantuan teknis dan pendanaan jutaandolar Iran- maka militan akan menggunakan bahan peledak, mortir, berbagai jenis roket, drone kamikaze dan lainnya.

Dan,bila serangan darat dilakukan Israel dengan medan perang di wilayah Palestina yang tentu saja menjadi wilayah kekuasaan Hamas dengan medan yang sangat dipahami, maka aspek astagatra dan pancagatra akan menjadi titik tekan. Di Indonesia, implementasi konsep demikian mengarah pada perang semesta, yang melibatkan semua spektrum kekuatan yang dimiliki rakyat Palestina.

Pertanyaannya, walaupun dibekali lengkap dan tercanggih, siapkah fisik dan mental IDF melakukan perang di medan yang tidak dikuasainya vis a vis Hamas dan beragam unsur kekuatan militan yang didukung rakyat Palestina dengan skala lebih luas dan tempo panjang? Pengalaman sebelumnya, dalam empat putaran pertempuran Israel-Hamas sepanjang 2008-2021, Israel tidak pernah meraih hasil maksimal karena Hamas masih memegang kendali atas wilayah dimaksud.

Operasi Pedang Besi belum juga dilaksanakan termasuk karena alasan cuaca burukkarena IDF memang menanti cuaca membaik sehingga terlebih dulu mematangkan persiapan, atau kembali berpikir seribu kali tentang risiko yang akan mereka hadapi. (*)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More