Membaca Mendayung Dunia

Senin, 24 Juli 2023 - 08:35 WIB
Sejatinya minat baca bukanlah suatu yang alamiah. Minat baca dapat lahir dari proses belajar, proses pembiasaan, pengalaman, serta dukungan dari lingkungan sekitar. Pun kebiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara berulang serta dapat menjadi kegiatan yang terstruktur disertai dengan target yang jelas.

Artinya, kebiasaan membaca merupakan ketrampilan yang diperoleh setelah seseorang dilahirkan, bukan ketrampilan bawaan. Oleh sebab itu, kebiasaan membaca dapat dipupuk, dibina dan dikembangkan.

Tolak ukur kemajuan serta peradaban suatu bangsa adalah budaya membaca yang telah mengakar pada masyarakatnya. UNESCO menyatakan dari 1000 orang penduduk Indonesia, ternyata hanya satu orang yang memiliki minat baca. Indeksi minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Masyarakat Indonesia rata-rata membaca 0-1 buku setiap tahun.

Angka tersebut berbeda jauh dengan warga negara Amerika Serikat yang terbiasa membaca 10-20 buku setahun, sedangkan warga Jepang 10-15 buku setahun. Ini merupakan sebuah tragedi yang perlu mendapat perhatian bersama demi mendorong kemajuan bangsa di masa depan.

Indeks Literasi Relatif Masih Rendah

Membaca tidak semata-mata tentang merangkai kalimat. Meski merangkai kalimat merupakan salah satu aspek penting dalam membaca, namun ada lebih banyak hal lain yang terlibat dalam proses membaca yang efektif dan bermakna.

Konsep dalam memahami suatu ilmu, baik secara visual maupun buku teks, dibutuhkan tingkat literasi yang baik. Literasi merupakan kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi ketika melakukan proses membaca dan menulis. Literasi merupakan dasar dalam membangun Sumber Daya Manusia di suatu negara untuk menjadi lebih kompetitif hingga produktif melalui adopsi ilmu serta teknologi terkini.

Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia faktanya selaras dengan tingkat literasi bangsa ini yang masih menempati peringkat 98 di Dunia, dengan tingkat literasi berada pada level 95,44%. Menindaklanjuti fenomena tersebut, perlu untuk dilakukan perbaikan yang lebih agresif dalam meningkatkan kondisi literasi di Indonesia yang mana masih tertinggal melalui intervensi di berbagai lini baik melalui peningkatan kualitas pendidik, fasilitas sekolah, kurikulum dengan standarisasi yang seragam dan sesuai best practice di negara terdepan/maju, hingga akses terhadap materi/buku yang berkualitas baik secara fisik maupun digital.

Tak hanya itu, Indonesia juga menghadapi permasalahan dimana sebaran tingkat literasi kurang merata, dimana Jawa dan Sumatera menjadi Pulau tingkat literasi yang paling tinggi, yaitu masing-masing sebesar 99,2% (Jawa), 99,5% (Sumatera). Kalimantan berada di peringkat selanjutnya (98,9%), disusul oleh Sulawesi (98,2%). Sementara, Papua merupakan pulau dengan tingkat literasi terendah (89,9%).

Selain itu, di tingkat dunia, hasil asesmen Score Programme for International Student Assessment (PISA) yang dikeluarkan OECD untuk Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia masih berada di bawah rata-rata Dunia pada kemampuan membaca, matematika serta sains. Apabila dibandingkan dengan negara ASEAN, Score PISA Indonesia masih jauh tertinggal.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More