Membaca Mendayung Dunia
loading...
A
A
A
Candra Fajri Ananda
Staf Khusus Menteri Keuangan RI
MEMBACA adalah kegiatan yang sangat penting kemajuan suatu bangsa. Secara umum, tujuan membaca adalah untuk mencari dan memperoleh informasi sehingga seseorang dapat mengetahui berbagai hal yang sebelumnya tidak diketahui.
Maka, perlu disadari bahwa kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat karena membaca dapat mengantarkan pembaca untuk menemukan berbagai informasi baru sehingga dapat memperluas wawasan dan pengetahuan.
Membaca juga dipandang sebagai suatu kegiatan yang sangat strategis dan mendasar dalam perkembangan kepribadian pada setiap diri manusia. Kenyataan ini dapat dilihat dari kebiasaan seseorang, bahwa literatur yang kerap dibaca akan berpengaruh terhadap pola pikir dan perilakunya di kehidupan sehari-hari.
Implementasi dari penyerapan proses membaca, dapat dilihat hasilnya pada kecerdasan melakukan proses analisa dan pelaksanaannya pada olah ketrampilan yang dimiliki. Setiap orang yang kerap membaca niscaya memiliki logika dan proses analisa yang lebih besar di bandingkan individu yang jarang membaca.
Hal inilah yang menjadikan budaya membaca sangat penting, terlebih bagi generasi muda yang menjadi ujung tombak kehidupan bangsa dan negara.
Perihal budaya membaca, Indonesia dapat menengok budaya membaca di Jepang. Sejarah mencatat bahwa Jepang pernah menjadi negara yang hancur karena kekalahannya dalam Perang Dunia II dan mampu bangkit kembali dari keterpurukannya.
Salah satu yang digalakkan Jepang tatkala berada dalam proses kebangkitannya dari peristiwa kelam tersebut ialah budaya membaca. Alhasil, seiring sifat dasar orang Jepang yang memang tekun, pekerja keras, serta rata-rata dari mereka mempunyai keinginan untuk selalu belajar, maka Jepang berhasil kembali dalam membangun negaranya. Keinginan untuk selalu belajar tersebut tercermin pada tingginya budaya baca dan tulis masyarakat Jepang yang terus mengakar hingga kini.
Sejatinya minat baca bukanlah suatu yang alamiah. Minat baca dapat lahir dari proses belajar, proses pembiasaan, pengalaman, serta dukungan dari lingkungan sekitar. Pun kebiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara berulang serta dapat menjadi kegiatan yang terstruktur disertai dengan target yang jelas.
Artinya, kebiasaan membaca merupakan ketrampilan yang diperoleh setelah seseorang dilahirkan, bukan ketrampilan bawaan. Oleh sebab itu, kebiasaan membaca dapat dipupuk, dibina dan dikembangkan.
Tolak ukur kemajuan serta peradaban suatu bangsa adalah budaya membaca yang telah mengakar pada masyarakatnya. UNESCO menyatakan dari 1000 orang penduduk Indonesia, ternyata hanya satu orang yang memiliki minat baca. Indeksi minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Masyarakat Indonesia rata-rata membaca 0-1 buku setiap tahun.
Angka tersebut berbeda jauh dengan warga negara Amerika Serikat yang terbiasa membaca 10-20 buku setahun, sedangkan warga Jepang 10-15 buku setahun. Ini merupakan sebuah tragedi yang perlu mendapat perhatian bersama demi mendorong kemajuan bangsa di masa depan.
Indeks Literasi Relatif Masih Rendah
Membaca tidak semata-mata tentang merangkai kalimat. Meski merangkai kalimat merupakan salah satu aspek penting dalam membaca, namun ada lebih banyak hal lain yang terlibat dalam proses membaca yang efektif dan bermakna.
Konsep dalam memahami suatu ilmu, baik secara visual maupun buku teks, dibutuhkan tingkat literasi yang baik. Literasi merupakan kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi ketika melakukan proses membaca dan menulis. Literasi merupakan dasar dalam membangun Sumber Daya Manusia di suatu negara untuk menjadi lebih kompetitif hingga produktif melalui adopsi ilmu serta teknologi terkini.
Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia faktanya selaras dengan tingkat literasi bangsa ini yang masih menempati peringkat 98 di Dunia, dengan tingkat literasi berada pada level 95,44%. Menindaklanjuti fenomena tersebut, perlu untuk dilakukan perbaikan yang lebih agresif dalam meningkatkan kondisi literasi di Indonesia yang mana masih tertinggal melalui intervensi di berbagai lini baik melalui peningkatan kualitas pendidik, fasilitas sekolah, kurikulum dengan standarisasi yang seragam dan sesuai best practice di negara terdepan/maju, hingga akses terhadap materi/buku yang berkualitas baik secara fisik maupun digital.
Tak hanya itu, Indonesia juga menghadapi permasalahan dimana sebaran tingkat literasi kurang merata, dimana Jawa dan Sumatera menjadi Pulau tingkat literasi yang paling tinggi, yaitu masing-masing sebesar 99,2% (Jawa), 99,5% (Sumatera). Kalimantan berada di peringkat selanjutnya (98,9%), disusul oleh Sulawesi (98,2%). Sementara, Papua merupakan pulau dengan tingkat literasi terendah (89,9%).
Selain itu, di tingkat dunia, hasil asesmen Score Programme for International Student Assessment (PISA) yang dikeluarkan OECD untuk Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia masih berada di bawah rata-rata Dunia pada kemampuan membaca, matematika serta sains. Apabila dibandingkan dengan negara ASEAN, Score PISA Indonesia masih jauh tertinggal.
Berdasarkan dari 5 sampel negara yang diambil survei oleh OECD, Indonesia menempati peringkat 4 (di bawah Thailand, Brunei Darusalam, Malaysia dan Singpura) dari kemampuan membaca, matematika serta pemahaman sains.
Membangun Budaya Literasi Sejak Dini
Pasang surut problematika literasi masih dialami Indonesia. Meski demikian, semangat untuk membudayakan baca perlu terus digaungkan.
Pada perkembangannya, apabila dibandingkan dengan negara lain, selama tahun 2016 – 2022, minat baca di Indonesia terus mengalami tren peningkatan (141%) yang dapat menjadi indikasi awal perbaikan literasi yang lebih baik. Oleh sebab itu, meskipun indeks literasi Indonesia masih tergolong rendah di kancah internasional, namun jalan menuju arah perbaikan perlu terus diupayakan.
Membangun literasi bangsa Indonesia memang bukanlah hal yang mudah dan membutuhkan waktu yang tak singkat. Membangun budaya literasi sejak dini adalah jalan terbaik yang dapat diupayakan untuk meningkatkan minat membaca dan menumbuhkan pemahaman yang baik pada anak-anak.
Pada sisi internal, budaya membaca dan manulis dapat dimulai sedini mungkin di lingkungan keluarga, karena akan lebih mudah menanamkan sesuatu yang baik sejak kecil agar dapat menjadi suatu kebiasaan. Dalam hal ini peranan orang tua sangatlah diperlukan bagi perkembangan minat baca anak sejak dini dalam meningkatkan disiplin belajar di rumah.
Pada sisi eksternal, perlu adanya intervensi langsung terhadap peningkatan kualitas PAUD serta akses Pendidikan PAUD yang merata di seluruh Indonesia. Hasil studi menunjukkan bahwa Pendidikan sebelum Sekolah Dasar memberikan return yang tertinggi, baik dalam penghasilan saat memasuki masa kerja maupun perbaikan score PISA yang di dapat suatu negara.
Lebih lanjut, demi mendorong peningkatan kualitas kinerja PAUD di Indonesia, maka anggaran untuk PAUD yang selama ini masih belum memadai (hanya 0,2% dari total anggaran fungsi pendidikan K/L) perlu ditingkatkan.
Selain itu, berkaca pada kondisi yang ada, Indonesia juga dituntut untuk segera mampu membenahi sistem pendidikan nasionalnya.
Peningkatan kompetensi melalui pendekatan kurikulum yang lebih mengadopsi pemahaman dibandingkan metode menghafal serta peningkatan struktur kurikulum yang memiliki standard global perlu dilakukan pada setiap lembaga pendidikan. Selain itu, pemerataan kompetensi guru antar wilayah juga perlu dilakukan, baik melalui pemberlakuan mutasi nasional guru secara nasional maupun rekrutmen putra daerah yang telah melalui Pendidikan formal yang memadai.
Budaya literasi adalah permasalahan serius. Hal ini karena membaca adalah jendela dunia. Hanya melalui membaca, ilmu pengetahuan akan didapatkan. Kegiatan membaca akan menambah wawasan sekaligus mempengaruhi mental dan perilaku seseorang, dan bahkan memiliki pengaruh besar bagi masyarakat.
Pada gilirannya, kegemaran membaca ini akan membentuk budaya literasi yang berperan penting dalam menciptakan bangsa yang berkualitas. Semoga.
Staf Khusus Menteri Keuangan RI
MEMBACA adalah kegiatan yang sangat penting kemajuan suatu bangsa. Secara umum, tujuan membaca adalah untuk mencari dan memperoleh informasi sehingga seseorang dapat mengetahui berbagai hal yang sebelumnya tidak diketahui.
Maka, perlu disadari bahwa kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat karena membaca dapat mengantarkan pembaca untuk menemukan berbagai informasi baru sehingga dapat memperluas wawasan dan pengetahuan.
Membaca juga dipandang sebagai suatu kegiatan yang sangat strategis dan mendasar dalam perkembangan kepribadian pada setiap diri manusia. Kenyataan ini dapat dilihat dari kebiasaan seseorang, bahwa literatur yang kerap dibaca akan berpengaruh terhadap pola pikir dan perilakunya di kehidupan sehari-hari.
Implementasi dari penyerapan proses membaca, dapat dilihat hasilnya pada kecerdasan melakukan proses analisa dan pelaksanaannya pada olah ketrampilan yang dimiliki. Setiap orang yang kerap membaca niscaya memiliki logika dan proses analisa yang lebih besar di bandingkan individu yang jarang membaca.
Hal inilah yang menjadikan budaya membaca sangat penting, terlebih bagi generasi muda yang menjadi ujung tombak kehidupan bangsa dan negara.
Perihal budaya membaca, Indonesia dapat menengok budaya membaca di Jepang. Sejarah mencatat bahwa Jepang pernah menjadi negara yang hancur karena kekalahannya dalam Perang Dunia II dan mampu bangkit kembali dari keterpurukannya.
Salah satu yang digalakkan Jepang tatkala berada dalam proses kebangkitannya dari peristiwa kelam tersebut ialah budaya membaca. Alhasil, seiring sifat dasar orang Jepang yang memang tekun, pekerja keras, serta rata-rata dari mereka mempunyai keinginan untuk selalu belajar, maka Jepang berhasil kembali dalam membangun negaranya. Keinginan untuk selalu belajar tersebut tercermin pada tingginya budaya baca dan tulis masyarakat Jepang yang terus mengakar hingga kini.
Sejatinya minat baca bukanlah suatu yang alamiah. Minat baca dapat lahir dari proses belajar, proses pembiasaan, pengalaman, serta dukungan dari lingkungan sekitar. Pun kebiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara berulang serta dapat menjadi kegiatan yang terstruktur disertai dengan target yang jelas.
Artinya, kebiasaan membaca merupakan ketrampilan yang diperoleh setelah seseorang dilahirkan, bukan ketrampilan bawaan. Oleh sebab itu, kebiasaan membaca dapat dipupuk, dibina dan dikembangkan.
Tolak ukur kemajuan serta peradaban suatu bangsa adalah budaya membaca yang telah mengakar pada masyarakatnya. UNESCO menyatakan dari 1000 orang penduduk Indonesia, ternyata hanya satu orang yang memiliki minat baca. Indeksi minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Masyarakat Indonesia rata-rata membaca 0-1 buku setiap tahun.
Angka tersebut berbeda jauh dengan warga negara Amerika Serikat yang terbiasa membaca 10-20 buku setahun, sedangkan warga Jepang 10-15 buku setahun. Ini merupakan sebuah tragedi yang perlu mendapat perhatian bersama demi mendorong kemajuan bangsa di masa depan.
Indeks Literasi Relatif Masih Rendah
Membaca tidak semata-mata tentang merangkai kalimat. Meski merangkai kalimat merupakan salah satu aspek penting dalam membaca, namun ada lebih banyak hal lain yang terlibat dalam proses membaca yang efektif dan bermakna.
Konsep dalam memahami suatu ilmu, baik secara visual maupun buku teks, dibutuhkan tingkat literasi yang baik. Literasi merupakan kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi ketika melakukan proses membaca dan menulis. Literasi merupakan dasar dalam membangun Sumber Daya Manusia di suatu negara untuk menjadi lebih kompetitif hingga produktif melalui adopsi ilmu serta teknologi terkini.
Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia faktanya selaras dengan tingkat literasi bangsa ini yang masih menempati peringkat 98 di Dunia, dengan tingkat literasi berada pada level 95,44%. Menindaklanjuti fenomena tersebut, perlu untuk dilakukan perbaikan yang lebih agresif dalam meningkatkan kondisi literasi di Indonesia yang mana masih tertinggal melalui intervensi di berbagai lini baik melalui peningkatan kualitas pendidik, fasilitas sekolah, kurikulum dengan standarisasi yang seragam dan sesuai best practice di negara terdepan/maju, hingga akses terhadap materi/buku yang berkualitas baik secara fisik maupun digital.
Tak hanya itu, Indonesia juga menghadapi permasalahan dimana sebaran tingkat literasi kurang merata, dimana Jawa dan Sumatera menjadi Pulau tingkat literasi yang paling tinggi, yaitu masing-masing sebesar 99,2% (Jawa), 99,5% (Sumatera). Kalimantan berada di peringkat selanjutnya (98,9%), disusul oleh Sulawesi (98,2%). Sementara, Papua merupakan pulau dengan tingkat literasi terendah (89,9%).
Selain itu, di tingkat dunia, hasil asesmen Score Programme for International Student Assessment (PISA) yang dikeluarkan OECD untuk Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia masih berada di bawah rata-rata Dunia pada kemampuan membaca, matematika serta sains. Apabila dibandingkan dengan negara ASEAN, Score PISA Indonesia masih jauh tertinggal.
Berdasarkan dari 5 sampel negara yang diambil survei oleh OECD, Indonesia menempati peringkat 4 (di bawah Thailand, Brunei Darusalam, Malaysia dan Singpura) dari kemampuan membaca, matematika serta pemahaman sains.
Membangun Budaya Literasi Sejak Dini
Pasang surut problematika literasi masih dialami Indonesia. Meski demikian, semangat untuk membudayakan baca perlu terus digaungkan.
Pada perkembangannya, apabila dibandingkan dengan negara lain, selama tahun 2016 – 2022, minat baca di Indonesia terus mengalami tren peningkatan (141%) yang dapat menjadi indikasi awal perbaikan literasi yang lebih baik. Oleh sebab itu, meskipun indeks literasi Indonesia masih tergolong rendah di kancah internasional, namun jalan menuju arah perbaikan perlu terus diupayakan.
Membangun literasi bangsa Indonesia memang bukanlah hal yang mudah dan membutuhkan waktu yang tak singkat. Membangun budaya literasi sejak dini adalah jalan terbaik yang dapat diupayakan untuk meningkatkan minat membaca dan menumbuhkan pemahaman yang baik pada anak-anak.
Pada sisi internal, budaya membaca dan manulis dapat dimulai sedini mungkin di lingkungan keluarga, karena akan lebih mudah menanamkan sesuatu yang baik sejak kecil agar dapat menjadi suatu kebiasaan. Dalam hal ini peranan orang tua sangatlah diperlukan bagi perkembangan minat baca anak sejak dini dalam meningkatkan disiplin belajar di rumah.
Pada sisi eksternal, perlu adanya intervensi langsung terhadap peningkatan kualitas PAUD serta akses Pendidikan PAUD yang merata di seluruh Indonesia. Hasil studi menunjukkan bahwa Pendidikan sebelum Sekolah Dasar memberikan return yang tertinggi, baik dalam penghasilan saat memasuki masa kerja maupun perbaikan score PISA yang di dapat suatu negara.
Lebih lanjut, demi mendorong peningkatan kualitas kinerja PAUD di Indonesia, maka anggaran untuk PAUD yang selama ini masih belum memadai (hanya 0,2% dari total anggaran fungsi pendidikan K/L) perlu ditingkatkan.
Selain itu, berkaca pada kondisi yang ada, Indonesia juga dituntut untuk segera mampu membenahi sistem pendidikan nasionalnya.
Peningkatan kompetensi melalui pendekatan kurikulum yang lebih mengadopsi pemahaman dibandingkan metode menghafal serta peningkatan struktur kurikulum yang memiliki standard global perlu dilakukan pada setiap lembaga pendidikan. Selain itu, pemerataan kompetensi guru antar wilayah juga perlu dilakukan, baik melalui pemberlakuan mutasi nasional guru secara nasional maupun rekrutmen putra daerah yang telah melalui Pendidikan formal yang memadai.
Budaya literasi adalah permasalahan serius. Hal ini karena membaca adalah jendela dunia. Hanya melalui membaca, ilmu pengetahuan akan didapatkan. Kegiatan membaca akan menambah wawasan sekaligus mempengaruhi mental dan perilaku seseorang, dan bahkan memiliki pengaruh besar bagi masyarakat.
Pada gilirannya, kegemaran membaca ini akan membentuk budaya literasi yang berperan penting dalam menciptakan bangsa yang berkualitas. Semoga.
(poe)