Urgensi Indonesia Melawan UE Menjegal Nikel
Senin, 10 Juli 2023 - 05:20 WIB
UE ingin tetap menjadi negara center, sedangkan di luarmereka, termasuk Indonesia, harus tetap sebagai negara pheriphery atau pinggiran yang terbelakang dan pas-pasan.
On The Right Track
”Digugat di WTO, terus. Kalah, tetap terus, karena inilah yang akan melompatkan negara berkembang menjadi negara maju, bagi negara kita. Jangan berpikir negara kita akan jadi negara maju kalau kita takut menghilirkan bahan-bahan mentah yang ada di negara kita.” Demikianlah sikap tegas Presiden Jokowi dalam menghadapi penjegalan yang dilakukan UE terhadap kebijakan hilirisasi nikel Indonesia.
baca juga: Tak Hanya Nikel, Jokowi Minta Stop Ekspor Bauksit Tahun Depan
Apapun rintangannya,Jokowi bersikukuh meneruskanhilirisasi nikel karena kebijakan inilahkunci negeri membawa Indonesia sebagainegara maju dan sejahtera. Konsistensi hilirisasi akan mendorong Indonesiapada 2045 menjadi negara dengan pendapatan domestik bruto berkisar USD9 triliun-11 triliun dan pendapatan per kapita USD21.000-29.000.
Pernyataan Jokowi bahwa hilirisasi nikel akan menjadi pengungkit kekayaan negara bukanlah isapan jempol. Pada 2022, berdasarlaporan Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor nikel dan produk olahannya di Indonesia tercatat senilai USD5,97 miliar dengan volume 777.411,8 ton pada 2022.
Nilai tersebut melonjak hingga 369,37% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar USD1,27 miliar dengan volume 166.331,7 ton. Bagaimana lonjakan pendapatan itu terjadi? Dalam konteks penerimaan negara,sejak kebijakan larangan ekspor diterapkan,pajak ekspor komoditas memang mengalami pengurangan.
baca juga: Larangan Ekspor Nikel Mentah Membuahkan Hasil, Jokowi: Selanjutnya Bauksit hingga Timah
Namun, penerapan hilirisasi membuat pemerintah mengantongi penambahan pendapatan dari sisi pajak penghasilan (PPh) badan, pajak pertambahan nilai (PPN), serta PPh pasal 21 dari tenaga kerja. Tak kalah pentingnya adalahmeningkatnya lapangan pekerjaan.
Bagi Indonesia, nikel memang bisa menjadi andalan utama. Betapa tidak, Indonesia dikarunia bahan tambang ini dengan jumlah sangat besar. Berdasar laporan Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), produksi nikel di dunia diperkirakan mencapai 3,3 juta metrik ton pada 2022. Jumlah itu meningkat 20,88% dibandingkan pada 2021 yang sebanyak 2,73 juta metrik ton.
On The Right Track
”Digugat di WTO, terus. Kalah, tetap terus, karena inilah yang akan melompatkan negara berkembang menjadi negara maju, bagi negara kita. Jangan berpikir negara kita akan jadi negara maju kalau kita takut menghilirkan bahan-bahan mentah yang ada di negara kita.” Demikianlah sikap tegas Presiden Jokowi dalam menghadapi penjegalan yang dilakukan UE terhadap kebijakan hilirisasi nikel Indonesia.
baca juga: Tak Hanya Nikel, Jokowi Minta Stop Ekspor Bauksit Tahun Depan
Apapun rintangannya,Jokowi bersikukuh meneruskanhilirisasi nikel karena kebijakan inilahkunci negeri membawa Indonesia sebagainegara maju dan sejahtera. Konsistensi hilirisasi akan mendorong Indonesiapada 2045 menjadi negara dengan pendapatan domestik bruto berkisar USD9 triliun-11 triliun dan pendapatan per kapita USD21.000-29.000.
Pernyataan Jokowi bahwa hilirisasi nikel akan menjadi pengungkit kekayaan negara bukanlah isapan jempol. Pada 2022, berdasarlaporan Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor nikel dan produk olahannya di Indonesia tercatat senilai USD5,97 miliar dengan volume 777.411,8 ton pada 2022.
Nilai tersebut melonjak hingga 369,37% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar USD1,27 miliar dengan volume 166.331,7 ton. Bagaimana lonjakan pendapatan itu terjadi? Dalam konteks penerimaan negara,sejak kebijakan larangan ekspor diterapkan,pajak ekspor komoditas memang mengalami pengurangan.
baca juga: Larangan Ekspor Nikel Mentah Membuahkan Hasil, Jokowi: Selanjutnya Bauksit hingga Timah
Namun, penerapan hilirisasi membuat pemerintah mengantongi penambahan pendapatan dari sisi pajak penghasilan (PPh) badan, pajak pertambahan nilai (PPN), serta PPh pasal 21 dari tenaga kerja. Tak kalah pentingnya adalahmeningkatnya lapangan pekerjaan.
Bagi Indonesia, nikel memang bisa menjadi andalan utama. Betapa tidak, Indonesia dikarunia bahan tambang ini dengan jumlah sangat besar. Berdasar laporan Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), produksi nikel di dunia diperkirakan mencapai 3,3 juta metrik ton pada 2022. Jumlah itu meningkat 20,88% dibandingkan pada 2021 yang sebanyak 2,73 juta metrik ton.
Lihat Juga :
tulis komentar anda