Soal Muhammadiyah Terima Konsensi Tambang, Hening: Semoga Ada Keajaiban untuk Menolak
loading...
A
A
A
JAKARTA - Organisasi masyarakat (ormas) Islam Muhammadiyah dikabarkan telah menerima izin tambang dari pemerintah Indonesia. Adapun keputusan resmi akan disampaikan seusai konsolidasi nasional yang diselenggarakan di Universitas Aisyiyah Jogjakarta, 27-28 Juli 2024 besok.
Ketua Divisi Lingkungan Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah, Hening Parlan berharap ada keajaiban untuk menolak konsesi tambang dari pemerintah.
"Mari berharap semoga masih ada keajaiban bahwa besok atau lusa itu para pimpinan tidak menerima tambang untuk Muhammadiyah," kata Hening dalam diskusi di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Jumat (26/7/2024).
Hening menjelaskan tidak mungkin untuk melakukan pengelolaan tambang hijau karena hal itu dibutuhkan sekitar 50-60 tahun yang akan datang.
"Itu ternyata di tahun 2040 Indonesia sudah berkomitmen untuk mengurangi energi-energi fosil. Jadi baru mau bagus sudah habis kesempatan untuk melakukan perubahan,"katanya.
Kemudian terkait dengan letak profesionalitas di mana dalam internal tambang sendiri itu stepnya banyak, mulai dari sebelum menambang, sebelum eksplorasi ada proses assessment, ada masa eksplorasi. Kemudian mulai dari sisi pengaturan dan sebagainya sampai nanti dijual dan pascatambang.
"Apakah orang-orang kampus ini pernah mendapatkan pengetahuan atau skill tentang tambang? Kita belum, hal yang satu. Kemudian hal yang lain menyampaikan bagus juga kalau Muhammadiyah punya model tambang yang lebih baik dibandingkan dengan yang lain. Itu adalah jawaban yang tidak bisa ditakar, karena orang akan ngotot dengan jawaban itu,"katanya.
Hening berharap agar pemerintah dapat mendukung Muhammadiyah untuk mendorong tujuh kampus tambang agar lebih profesional dan diberi kesempatan bekerja dengan pihak tambang. "Sehingga, kalau nanti kita akan terima pada suatu hari entah kapan misalnya, benar-benar Muhammadiyah sudah punya ilmunya,"katanya.
Yang kedua terkait dengan dampak lingkungan yakni dapat mengembalikan kepada fungsi semula terhadap alam. "Saya enggak bisa bayangkan, saya sudah lama sekali bekerja di isu lingkungan dan saya tau persis di Kaltim, ada di Sumsel, ada Kalsel, ada Papua, dari semua itu tidak mudah teman-teman untuk melakukan kegiatan yang mengembalikan kepada fungsi semula terhadap alam,"tuturnya.
Ketua Divisi Lingkungan Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah, Hening Parlan berharap ada keajaiban untuk menolak konsesi tambang dari pemerintah.
"Mari berharap semoga masih ada keajaiban bahwa besok atau lusa itu para pimpinan tidak menerima tambang untuk Muhammadiyah," kata Hening dalam diskusi di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Jumat (26/7/2024).
Hening menjelaskan tidak mungkin untuk melakukan pengelolaan tambang hijau karena hal itu dibutuhkan sekitar 50-60 tahun yang akan datang.
"Itu ternyata di tahun 2040 Indonesia sudah berkomitmen untuk mengurangi energi-energi fosil. Jadi baru mau bagus sudah habis kesempatan untuk melakukan perubahan,"katanya.
Kemudian terkait dengan letak profesionalitas di mana dalam internal tambang sendiri itu stepnya banyak, mulai dari sebelum menambang, sebelum eksplorasi ada proses assessment, ada masa eksplorasi. Kemudian mulai dari sisi pengaturan dan sebagainya sampai nanti dijual dan pascatambang.
"Apakah orang-orang kampus ini pernah mendapatkan pengetahuan atau skill tentang tambang? Kita belum, hal yang satu. Kemudian hal yang lain menyampaikan bagus juga kalau Muhammadiyah punya model tambang yang lebih baik dibandingkan dengan yang lain. Itu adalah jawaban yang tidak bisa ditakar, karena orang akan ngotot dengan jawaban itu,"katanya.
Hening berharap agar pemerintah dapat mendukung Muhammadiyah untuk mendorong tujuh kampus tambang agar lebih profesional dan diberi kesempatan bekerja dengan pihak tambang. "Sehingga, kalau nanti kita akan terima pada suatu hari entah kapan misalnya, benar-benar Muhammadiyah sudah punya ilmunya,"katanya.
Yang kedua terkait dengan dampak lingkungan yakni dapat mengembalikan kepada fungsi semula terhadap alam. "Saya enggak bisa bayangkan, saya sudah lama sekali bekerja di isu lingkungan dan saya tau persis di Kaltim, ada di Sumsel, ada Kalsel, ada Papua, dari semua itu tidak mudah teman-teman untuk melakukan kegiatan yang mengembalikan kepada fungsi semula terhadap alam,"tuturnya.
(cip)