Sains, Corona, dan Agama

Rabu, 29 April 2020 - 12:31 WIB
Saat pandemi Wabah Hitam menyerang Eropa di abad ke-14, mikroskop belum ditemukan. Louis Pasteur dan Robert Koch baru berteori tentang kuman pada 1870. Dmitri Iwanosk baru mengidentifikasi virus sebagai agen penyakit pada 1892. Antibiotik pertama baru ditemukan Alexander Fleming pada 1928. Dan, virus baru sungguh-sungguh terlihat oleh mata pada 1930.

Sekalipun demikian, otoritas Venesia, Itali, dan kota-kota pesisir lain saat itu menerapkan kebijakan karantina bagi kapal-kapal yang datang. Kapal-kapal itu harus dikarantina selama empat puluh hari sebelum berlabuh. Istilah “karantina” saat ini sebetulnya mengacu pada istilah ‘Quarantina” yang diterapkan otoritas Venesia saat itu, yang secara harfiyah berarti “empat puluh”.

Tak perlu tengadah ke langit bagi mereka untuk menyadari bahwa penyakit terjadi saat kapal-kapal dari daerah lain, terutama Timur Tengah, memasuki pelabuhan. Bahkan para dokter saat itu pun salah membuat diagnosis terhadap wabah yang membuat mayat-mayat hanya digeletakkan di jalan-jalan itu.

Saat itu, masyarakat awam meyakini wabah sebagai kecamuk roh jahat. Penggemar ilmu perbintangan berspekulasi bahwa bumi sedang mengeluarkan uap mematikan karena planet sedang dalam susunan tidak normal.

Agamawan mengkhotbahkan kemurkaan Tuhan karena kesombongan manusia. Namun mereka semuanya diam-diam menyadari bahwa penyakit itu datang karena sebab-sebab yang bisa dikenali oleh nalarnya. Mengakui atau tak mengakui, itu urusan lain.

Sekali lagi, tidak ada yang salah dengan ketaatan dalam beragama. Namun, tak perlu menanggalkan rasio, karena rasio adalah perangkat yang dikaruniakan Tuhan kepada manusia untuk menyelesaikan masalah-masalah di dunia.

Melalui rasio, manusia bisa menemukan mikroskop, antibiotik, vaksin, dan menemukan virus serta jalur-jalur mutasinya. Dengan itu pula, manusia bisa mempersiapkan diri dan memberi jalan keselamatan pada manusia dari kepunahan di dunia. Dan, orang-orang yang taat beragama bisa nyaman melanjutkan beribadah kepada Tuhannya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(poe)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More