Kepahlawanan Kakek Anies Baswedan, Jadi Inspirasi Nama Jenderal TNI Paling Disegani saat Ini

Selasa, 21 Maret 2023 - 06:32 WIB
Dikutip dari buku biografinya berjudul “Jenderal TNI Dudung Abdurachman: Pemimpin yang Berani Ambil Resiko” yang diterbitkan Dinas Sejarah Angkatan Darat (Disjarahad), diceritakan bahwa penambahan nama “Abdurachman” di belakang kata Dudung, berawal dari kekaguman ibundanya kepada sosok Abdurrahman Baswedan yang tidak lain adalah kakek dari mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

”Ibu pernah menyampaikan kepada saya, Dung, namamu terdiri dari dua kata. Kata pertama Dudung merupakan khas orang tua memberikan nama anaknya yang bernuansakan Sunda. Sedangkan Abdurrahman mengambil nama seorang pahlawan nasional yang berasal dari daerah Surabaya, Abdurrahman Baswedan,” kenang Dudung dikutip SINDOnews, Selasa (21/3/2023).

Abdurrahman Baswedan, semasa hidupnya dikenal sebagai seorang nasionalis, jurnalis, pejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat, mubaligh dan sastrawan Indonesia. Lahir di Surabaya, Jawa Timur pada 9 September 1908, Abdurrahman Baswedan pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Muda Penerangan RI pada masa kabinet Sjahrir. Termasuk anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), anggota BPUPKI, anggota Parlemen, dan anggota Dewan Konstituante.

Abdurrahman Baswedan juga merupakan diplomat pertama Indonesia yang berhasil mendapatkan pengakuan de jure dan de facto pertama bagi eksistensi Republik Indonesia dari Mesir. Selain memiliki kemampuan berbicara dan menulis dalam bahasa Indonesia, Abdurrahman Baswedan juga menguasai berbagai bahasa. Di antaranya, bahasa Arab, Inggris, dan Belanda.

Masuk TNI karena Dagangannya Pernah Ditendang Tentara

Kehidupan masa kecil Jenderal Dudung terbilang cukup sederhana. Tinggal di asrama tentara, anak ke-6 dari 8 bersaudara ini tinggal di rumah berukuran tidak besar. Meski demikian, kasih sayang kedua orang tuanya sangat besar terhadap Jenderal Dudung.

“Rumah saya itu di barak-barak. Jadi asrama itu seperti barak, itu disekat-sekat, pakai bilik-bilik. Atapnya itu tidak ada plafonnya. Jadi langsung bolong. Jadi kalau ngobrol dengan tetangga sebelah kedengaran itu. Antara keluarga dengan keluarga itu pakai bilik,” ucapnya.

Menginjak remaja, saat duduk di bangku SMP, ayah tercinta meninggalkan Dudung untuk selamannya. Kondisi ini memaksa Dudung untuk berjuang keras membantu keluarga. Sejak pagi pukul 04.00 WIB, Dudung mengambil koran di pinggiran Sungai Cikapundung untuk diantarkan ke para pelanggannya.

Setelah pulang mengantarkan koran, sekitar pukul 08.00 WIB Dudung mengantarkan kue buatan ibunya seperti kue kelepon ke kantin Kodam III/Siliwangi dan beberapa warung lainnya. “Setelah bapak enggak ada, ibu berjualan kue, kerupuk mentah, terasi Cirebon. Saya keliling dari satu rumah ke rumah berikutnya. Satu lorong ke lorong berikutnya. Dari satu kompleks ke kompleks berikutnya untuk berjualan kue,” ucapnya.

Namun, usahanya membantu orang tua mencari nafkah untuk keluarga tidak selamanya mulus, Dudung pernah mengalami kejadian tidak mengenakan ketika dagangannya ditendang seorang tentara. Peristiwa buruk itu terjadi ketika Dudung hendak menjajakan kuenya. Dudung yang terbiasa keluar masuk Makodam III/Siliwangi hanya mengucapkan kata “permisi” kepada anggota provost yang tengah berjaha.

Dudung yang tidak tahu jika salah satu provost merupakan prajurit baru Kodam III/Siliwangi langsung memanggil dan memarahinya. Tidak hanya itu, provost tersebut menendang keranjang kue yang dibawanya. Akibatnya, kue yang dibawanya jatuh berserakan di depan gerbang Kodam III/Siliwangi. Semua kue klepon yang dibawanya jatuh terkena tanah dan pecah. Kejadian ini membuat Dudung bergumam dalam hati. “Awas nanti kalau saya jadi perwira, saya tidak akan berbuat seperti itu,” katanya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More