Kepahlawanan Kakek Anies Baswedan, Jadi Inspirasi Nama Jenderal TNI Paling Disegani saat Ini

Selasa, 21 Maret 2023 - 06:32 WIB
loading...
Kepahlawanan Kakek Anies...
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Nama adalah doa. Begitu ungkapan orang tua dahulu saat memberikan nama untuk buah hatinya yang baru dilahirkan. Tak heran, jika banyak di antara mereka yang menamakan putra putrinya dari nama-nama tokoh dan pahlawan . Harapannya, anak-anak mereka tumbuh sesuai dengan nama yang disandangnya.

Hal itu pula yang dilakukan Nasuha dan Nasiati, yang memberikan nama salah seorang pahlawan untuk putra tercintanya yang kini menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman. Nasuha sendiri bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) TNI AD. Sedangkan Nasiati, merupakan ibu rumah tangga yang sehari-harinya membuat makanan ringan tradisional lokal dan menjualnya di pasar.

Tinggal di Asrama Bekangdam Siliwangi di Jalan Belitung No 3B yang kini telah berubah menjadi Kantor Kesehatan Kodiklat, tepat pada 19 November 1965 pasangan Nasuha dan Nasiati melahirkan seorang bayi laki-laki berkulit putih dan bermata sipit. Bayi mungil tersebut kemudian diberi nama “Dudung Abdurachman”.



Tak disangka, berpuluh tahun kemudian bayi kecil tersebut menjadi seorang Jenderal TNI. Tokoh militer yang cukup disegani dan menjadi orang nomor satu di TNI AD. Bukan cuma itu, dia juga menjadi seorang pahlawan bagi masyarakat dan para prajuritnya. Gaya kepemimpinan Jenderal Dudung yang dekat dengan rakyat dan menerapkan prinsip-prinsip dari Jenderal Besar Soedirman membuat orang-orang di sekitarnya selalu mendapatkan perlindungan dan pertolongan.

Hal itu sangat dirasakan masyarakat saat Jenderal Dudung dipercaya menjaga keamanan Ibu Kota Negara pada 2020. Ketika itu, situasi di Jakarta sedikit panas. Hampir di setiap sudut kota dipenuhi baliho dan spanduk salah satu ormas keagamaan Front Pembela Islam (FPI). Tidak hanya itu, hampir setiap minggu Jakarta selalu diwarnai aksi unjuk rasa.



Melihat Kodam Jaya dipenuhi dengan spanduk-spanduk. Jenderal Dudung kemudian memerintahkan anggotanya untuk mencopot dan menurunkan spanduk dan baliho. Sikap tegas Jenderal Dudung yang saat itu menjabat sebagai Pangdam Jaya pun akhirnya mampu meredam dan membuat stabilitas Kota Jakarta tetap kondusif.

Menelisik ke belakang, keberanian dan ketegasan sikap Jenderal Dudung ini tidak bisa dilepaskan dari pemberian nama “Abdurachman” di belakang nama Jenderal Dudung. Nama itu disematkan oleh orang tuanya yang diambil dari seorang tokoh pahlawan nasional.

Dikutip dari buku biografinya berjudul “Jenderal TNI Dudung Abdurachman: Pemimpin yang Berani Ambil Resiko” yang diterbitkan Dinas Sejarah Angkatan Darat (Disjarahad), diceritakan bahwa penambahan nama “Abdurachman” di belakang kata Dudung, berawal dari kekaguman ibundanya kepada sosok Abdurrahman Baswedan yang tidak lain adalah kakek dari mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

”Ibu pernah menyampaikan kepada saya, Dung, namamu terdiri dari dua kata. Kata pertama Dudung merupakan khas orang tua memberikan nama anaknya yang bernuansakan Sunda. Sedangkan Abdurrahman mengambil nama seorang pahlawan nasional yang berasal dari daerah Surabaya, Abdurrahman Baswedan,” kenang Dudung dikutip SINDOnews, Selasa (21/3/2023).

Abdurrahman Baswedan, semasa hidupnya dikenal sebagai seorang nasionalis, jurnalis, pejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat, mubaligh dan sastrawan Indonesia. Lahir di Surabaya, Jawa Timur pada 9 September 1908, Abdurrahman Baswedan pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Muda Penerangan RI pada masa kabinet Sjahrir. Termasuk anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), anggota BPUPKI, anggota Parlemen, dan anggota Dewan Konstituante.

Abdurrahman Baswedan juga merupakan diplomat pertama Indonesia yang berhasil mendapatkan pengakuan de jure dan de facto pertama bagi eksistensi Republik Indonesia dari Mesir. Selain memiliki kemampuan berbicara dan menulis dalam bahasa Indonesia, Abdurrahman Baswedan juga menguasai berbagai bahasa. Di antaranya, bahasa Arab, Inggris, dan Belanda.

Masuk TNI karena Dagangannya Pernah Ditendang Tentara

Kehidupan masa kecil Jenderal Dudung terbilang cukup sederhana. Tinggal di asrama tentara, anak ke-6 dari 8 bersaudara ini tinggal di rumah berukuran tidak besar. Meski demikian, kasih sayang kedua orang tuanya sangat besar terhadap Jenderal Dudung.

“Rumah saya itu di barak-barak. Jadi asrama itu seperti barak, itu disekat-sekat, pakai bilik-bilik. Atapnya itu tidak ada plafonnya. Jadi langsung bolong. Jadi kalau ngobrol dengan tetangga sebelah kedengaran itu. Antara keluarga dengan keluarga itu pakai bilik,” ucapnya.
Menginjak remaja, saat duduk di bangku SMP, ayah tercinta meninggalkan Dudung untuk selamannya. Kondisi ini memaksa Dudung untuk berjuang keras membantu keluarga. Sejak pagi pukul 04.00 WIB, Dudung mengambil koran di pinggiran Sungai Cikapundung untuk diantarkan ke para pelanggannya.

Setelah pulang mengantarkan koran, sekitar pukul 08.00 WIB Dudung mengantarkan kue buatan ibunya seperti kue kelepon ke kantin Kodam III/Siliwangi dan beberapa warung lainnya. “Setelah bapak enggak ada, ibu berjualan kue, kerupuk mentah, terasi Cirebon. Saya keliling dari satu rumah ke rumah berikutnya. Satu lorong ke lorong berikutnya. Dari satu kompleks ke kompleks berikutnya untuk berjualan kue,” ucapnya.

Namun, usahanya membantu orang tua mencari nafkah untuk keluarga tidak selamanya mulus, Dudung pernah mengalami kejadian tidak mengenakan ketika dagangannya ditendang seorang tentara. Peristiwa buruk itu terjadi ketika Dudung hendak menjajakan kuenya. Dudung yang terbiasa keluar masuk Makodam III/Siliwangi hanya mengucapkan kata “permisi” kepada anggota provost yang tengah berjaha.

Dudung yang tidak tahu jika salah satu provost merupakan prajurit baru Kodam III/Siliwangi langsung memanggil dan memarahinya. Tidak hanya itu, provost tersebut menendang keranjang kue yang dibawanya. Akibatnya, kue yang dibawanya jatuh berserakan di depan gerbang Kodam III/Siliwangi. Semua kue klepon yang dibawanya jatuh terkena tanah dan pecah. Kejadian ini membuat Dudung bergumam dalam hati. “Awas nanti kalau saya jadi perwira, saya tidak akan berbuat seperti itu,” katanya.

Seiring perjalanan waktu, lulus dari SMA Negeri 9 Bandung, Dudung memutuskan masuk Akademi Militer (Akmil). Meskipun saat itu Dudung diterima di Jurusan Teknik Pembangunan IKIP saat ini bernama Universitas Pendidikan Indonesia dan diterima di jurusan Matematika di Politeknik Mekanik Swiss.

Kerja keras Dudung selama pendidikan di kawah candradimuka Lembah Tidar membuah hasil. Lulus Akmil 1988 dengan pangkat Letnan Dua (Letda) Dudung mendapat tugas mengemban amanah sebagai Komandan Peleton III Kompi B Batalyon Infanteri 744/Satya Yudha Bakti (Danton III/B Yonif-744 SBY) di Dili Timor Timur.

Selanjutnya Dudung menjabat Komandan Peleton I dan Kasiops di Yonif 741/WRT. Selanjutnya menjabat Komandan Kompi (Danki) Senapan A Batalyon Infanteri 741/Satya Bakti Wirrottama di Jemberana, Bali. Setelah tiga tahun menjabat Komandan Kompi, Dudung dipercaya menjadi Komandan Kelas Satuan Pendidikan Dasar Kecabangan Prajurit Karier Pusat Pendidikan Infanteri Pusat Kesenjataan Infanteri (Satdik Sarcab PK Pusdikif Pussenif).

Karier Dudung terus meningkat, dia kemudian diangkat menjadi Wakil Komandan Batalyon (Wadanyon) 410/Alugoro Kodam IV/Diponegoro. Kemudian Wadanyon Banteng Raider 401, Kasdim 0733/B/Dam IV/Diponegoro. Setelah mengikuti pendidikan Seskoad pada 2002, Dudung kemudian dipercaya menjadi Pabandya Operasi Staf Operasi Kodam II/Swj.

Dari situ, Dudung dimutasi menjadi Komandan Batalyon Infanteri 143/TWEJ di Lampung. Selanjutnya menjabat sebagai Dandim 0418/Palembang. Sempat menjabat Aspers Kodam VII/Wirabuana sekarang Kodam XIV/Hasanuddin, karier Dudung semakin cemerlang dengan menjabat sebagai Danrindam II/Swj kemudian Gubernur Akademi Militer (Akmil).

Dudung kemudian ditarik ke Jakarta dan dipercaya menjadi Pangdam Jaya. Keberhasilannya menjaga kondusivitas Ibu Kota Jakarta membuat karier Dudung semakin meroket. Baru setahun menjabat Pangdam Jaya, Dudung dipromosikan menjadi Pangkostrad sebelum akhirnya dipercaya untuk menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) hingga saat ini.
(cip)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0981 seconds (0.1#10.140)