Kebijakan AS terhadap China: Ketika Kebenaran Dikorbankan demi Keuntungan Politik
Senin, 13 Maret 2023 - 15:29 WIB
Dalam kaitannya dengan ekonomi global, China dan AS memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan ekonomi dunia dan stabilitas perdagangan serta investasi. Oleh karena itu, perkembangan dan stabilitas hubungan China-AS menjadi sangat penting bagi kedua negara dan seluruh dunia.
Dengan kerja sama yang saling menguntungkan dan saling menghormati, diharapkan China dan AS dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dan membangun hubungan yang harmonis serta saling menguntungkan bagi kedua negara.
Harus diakui bahwa hubungan antara AS dan China selalu menjadi masalah kompleks, dengan meningkatnya ketegangan karena keduanya bersaing di berbagai bidang seperti ekonomi, keamanan, dan teknologi. Hal ini bisa mengakibatkan kebijakan AS terhadap China menjadi tidak rasional dan tidak sehat.
Oleh karena itu, perbedaan dan tantangan dalam hubungan China-AS perlu diatasi melalui dialog dan konsultasi antara kedua negara dengan menghormati kepentingan inti dan martabat masing-masing pihak untuk membangun hubungan yang stabil, sehat dan setara.
Dalam hal ini, perlu diperhatikan bahwa perkembangan hubungan China-AS memiliki dampak penting pada perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran global, sehingga penting bagi semua pihak untuk bekerja sama dalam mendorong pengembangan hubungan China-AS. Namun, di sisi lain, konten di atas mencerminkan adanya ketegangan antara China dan AS, termasuk masalah ideologis, ekonomi, dan geopolitik, bahkan melibatkan citra internasional kedua negara.
Hal ini menunjukkan bahwa bahkan hubungan antara negara-negara demokrasi belum tentu stabil dan damai. Meskipun AS merupakan negara demokratis, China belum sepenuhnya menjadi negara demokrasi yang diakui oleh Barat. Namun, di sisi lain, penulis berpendapat bahwa China secara bertahap mewujudkan demokratisasi, sehingga seharusnya tidak ada konflik antara kedua negara.
Namun, kenyataannya, ketegangan antara China dan AS mencerminkan kurangnya saling percaya antara kedua negara, yang menjadi salah satu penyebab utama konflik tersebut. Demokrasi cenderung menyelesaikan perselisihan melalui negosiasi, kerja sama, dan hukum internasional.
Namun, AS belum sepenuhnya mematuhi hukum internasional dan peraturan internasional saat menangani hubungan China-AS. Sebaliknya, AS mengambil beberapa tindakan yang tidak tepat, seperti memberlakukan sanksi sepihak dan membatasi kemajuan teknologi China, yang sulit dipahami dan disetujui oleh China, bahkan memperburuk kontradiksi antara kedua belah pihak.
Interaksi antara negara-negara demokrasi haruslah adil, timbal balik, dan menghindari pemaksaan kehendak melalui cara-cara koersif. Namun, dalam hubungan antara kedua negara, AS mengklaim melakukan persaingan yang adil di satu sisi, tetapi di sisi lain mencoba memaksa China untuk menerima kemauan AS dengan menahan dan menekan China. Pendekatan seperti itu bertentangan dengan prinsip keadilan dan timbal balik yang diharapkan oleh teori perdamaian demokratis.
Dengan kerja sama yang saling menguntungkan dan saling menghormati, diharapkan China dan AS dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dan membangun hubungan yang harmonis serta saling menguntungkan bagi kedua negara.
Harus diakui bahwa hubungan antara AS dan China selalu menjadi masalah kompleks, dengan meningkatnya ketegangan karena keduanya bersaing di berbagai bidang seperti ekonomi, keamanan, dan teknologi. Hal ini bisa mengakibatkan kebijakan AS terhadap China menjadi tidak rasional dan tidak sehat.
Oleh karena itu, perbedaan dan tantangan dalam hubungan China-AS perlu diatasi melalui dialog dan konsultasi antara kedua negara dengan menghormati kepentingan inti dan martabat masing-masing pihak untuk membangun hubungan yang stabil, sehat dan setara.
Dalam hal ini, perlu diperhatikan bahwa perkembangan hubungan China-AS memiliki dampak penting pada perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran global, sehingga penting bagi semua pihak untuk bekerja sama dalam mendorong pengembangan hubungan China-AS. Namun, di sisi lain, konten di atas mencerminkan adanya ketegangan antara China dan AS, termasuk masalah ideologis, ekonomi, dan geopolitik, bahkan melibatkan citra internasional kedua negara.
Hal ini menunjukkan bahwa bahkan hubungan antara negara-negara demokrasi belum tentu stabil dan damai. Meskipun AS merupakan negara demokratis, China belum sepenuhnya menjadi negara demokrasi yang diakui oleh Barat. Namun, di sisi lain, penulis berpendapat bahwa China secara bertahap mewujudkan demokratisasi, sehingga seharusnya tidak ada konflik antara kedua negara.
Namun, kenyataannya, ketegangan antara China dan AS mencerminkan kurangnya saling percaya antara kedua negara, yang menjadi salah satu penyebab utama konflik tersebut. Demokrasi cenderung menyelesaikan perselisihan melalui negosiasi, kerja sama, dan hukum internasional.
Namun, AS belum sepenuhnya mematuhi hukum internasional dan peraturan internasional saat menangani hubungan China-AS. Sebaliknya, AS mengambil beberapa tindakan yang tidak tepat, seperti memberlakukan sanksi sepihak dan membatasi kemajuan teknologi China, yang sulit dipahami dan disetujui oleh China, bahkan memperburuk kontradiksi antara kedua belah pihak.
Interaksi antara negara-negara demokrasi haruslah adil, timbal balik, dan menghindari pemaksaan kehendak melalui cara-cara koersif. Namun, dalam hubungan antara kedua negara, AS mengklaim melakukan persaingan yang adil di satu sisi, tetapi di sisi lain mencoba memaksa China untuk menerima kemauan AS dengan menahan dan menekan China. Pendekatan seperti itu bertentangan dengan prinsip keadilan dan timbal balik yang diharapkan oleh teori perdamaian demokratis.
tulis komentar anda