Kebijakan AS terhadap China: Ketika Kebenaran Dikorbankan demi Keuntungan Politik
loading...
A
A
A
Harryanto Aryodiguno, Ph.D
Lecturer at International Relations Study Programs, President University Indonesia
Artikel ini membahas situasi dan tren hubungan antara China dan Amerika Serikat (AS) saat ini, serta menyoroti kesalahan dan penyimpangan kebijakan AS terhadap China. Menurut penulis, tindakan AS telah melanggar hukum internasional dan aturan global, sehingga merugikan pembangunan China dan mengancam perdamaian dan pembangunan dunia.
Penulis berpendapat bahwa AS harus memperlakukan China dengan kebijakan yang benar dan menghormati kepentingan inti China serta hak-hak pembangunan dalam negeri China. Dengan cara ini, hubungan China-AS dapat dibangun secara sehat dan stabil, serta mendorong pembangunan bersama dunia.
Pidato Menteri Luar Negeri China Qin Gang pada konferensi pers dari dua sesi National People's Congress (NPC) dan Chinese People's Political Consultative Conference (CPPCC) menunjukkan pandangan China tentang hubungan China-AS yang dianggap oleh AS sebagai persaingan. Namun, menurut Qin Gang, AS sebenarnya menahan dan menekan China dalam semua aspek, dan memandang hubungan ini sebagai pemikiran permainan Zero-sum. Qin Gang juga menunjukkan bahwa tujuan AS adalah membuat China tidak mampu melawan atau merespons, namun hal ini tidak mungkin dilakukan.
Dalam rangka membangun hubungan China-AS yang sehat dan saling menguntungkan, penulis berpendapat bahwa AS harus memperbaiki pandangan mereka tentang China dan mengadopsi pendekatan yang lebih kooperatif dan berorientasi pada dialog. Dengan begitu, kedua negara dapat mencapai tujuan bersama dan mendorong perdamaian serta pembangunan global yang berkelanjutan.
Kedua negara besar, AS dan China, selalu menghadapi tantangan dalam membangun hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan. Namun, dialog dan komunikasi tetap menjadi kunci penyelesaian masalah dan peningkatan hubungan di antara keduanya. Karena China dan AS memiliki kepentingan dan sudut pandang yang berbeda, mereka harus dapat bekerja sama atas dasar saling menghormati, kesetaraan, dan saling menghormati untuk mencapai situasi yang saling menguntungkan.
Dalam upaya untuk membangun hubungan yang sehat dan stabil, China telah menekankan bahwa hubungan China-AS harus didasarkan pada rasa saling menghormati dan perlindungan kepentingan inti masing-masing negara. Hal ini penting agar hubungan China-AS dapat berkembang secara sehat dan stabil, yang tidak hanya menjadi perhatian kedua negara, tetapi juga seluruh komunitas internasional.
Dalam kaitannya dengan ekonomi global, China dan AS memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan ekonomi dunia dan stabilitas perdagangan serta investasi. Oleh karena itu, perkembangan dan stabilitas hubungan China-AS menjadi sangat penting bagi kedua negara dan seluruh dunia.
Dengan kerja sama yang saling menguntungkan dan saling menghormati, diharapkan China dan AS dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dan membangun hubungan yang harmonis serta saling menguntungkan bagi kedua negara.
Harus diakui bahwa hubungan antara AS dan China selalu menjadi masalah kompleks, dengan meningkatnya ketegangan karena keduanya bersaing di berbagai bidang seperti ekonomi, keamanan, dan teknologi. Hal ini bisa mengakibatkan kebijakan AS terhadap China menjadi tidak rasional dan tidak sehat.
Oleh karena itu, perbedaan dan tantangan dalam hubungan China-AS perlu diatasi melalui dialog dan konsultasi antara kedua negara dengan menghormati kepentingan inti dan martabat masing-masing pihak untuk membangun hubungan yang stabil, sehat dan setara.
Dalam hal ini, perlu diperhatikan bahwa perkembangan hubungan China-AS memiliki dampak penting pada perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran global, sehingga penting bagi semua pihak untuk bekerja sama dalam mendorong pengembangan hubungan China-AS. Namun, di sisi lain, konten di atas mencerminkan adanya ketegangan antara China dan AS, termasuk masalah ideologis, ekonomi, dan geopolitik, bahkan melibatkan citra internasional kedua negara.
Hal ini menunjukkan bahwa bahkan hubungan antara negara-negara demokrasi belum tentu stabil dan damai. Meskipun AS merupakan negara demokratis, China belum sepenuhnya menjadi negara demokrasi yang diakui oleh Barat. Namun, di sisi lain, penulis berpendapat bahwa China secara bertahap mewujudkan demokratisasi, sehingga seharusnya tidak ada konflik antara kedua negara.
Namun, kenyataannya, ketegangan antara China dan AS mencerminkan kurangnya saling percaya antara kedua negara, yang menjadi salah satu penyebab utama konflik tersebut. Demokrasi cenderung menyelesaikan perselisihan melalui negosiasi, kerja sama, dan hukum internasional.
Namun, AS belum sepenuhnya mematuhi hukum internasional dan peraturan internasional saat menangani hubungan China-AS. Sebaliknya, AS mengambil beberapa tindakan yang tidak tepat, seperti memberlakukan sanksi sepihak dan membatasi kemajuan teknologi China, yang sulit dipahami dan disetujui oleh China, bahkan memperburuk kontradiksi antara kedua belah pihak.
Interaksi antara negara-negara demokrasi haruslah adil, timbal balik, dan menghindari pemaksaan kehendak melalui cara-cara koersif. Namun, dalam hubungan antara kedua negara, AS mengklaim melakukan persaingan yang adil di satu sisi, tetapi di sisi lain mencoba memaksa China untuk menerima kemauan AS dengan menahan dan menekan China. Pendekatan seperti itu bertentangan dengan prinsip keadilan dan timbal balik yang diharapkan oleh teori perdamaian demokratis.
Secara singkat, ada penyimpangan besar antara hubungan China-AS dan prinsip-prinsip dasar teori perdamaian demokratis, yang membuat stabilitas dan kerja sama hubungan China-AS menghadapi tantangan berat.
Hubungan China-AS menghadapi banyak tantangan dan konflik dalam beberapa tahun terakhir. Penyimpangan kebijakan AS terhadap China dan praktik penahanan serta penindasan adalah salah satu penyebab masalah tersebut. Penulis percaya bahwa China dan AS harus fokus pada kerja sama dan bersama-sama menyelesaikan tantangan global, daripada terus terlibat dalam konfrontasi demi apa yang disebut sebagai persaingan.
Pendekatan seperti itu hanya akan membuat kedua negara dan dunia semakin sulit. AS harus memandang perkembangan China dengan sikap terbuka dan toleran, bukan terus menahan dan menekan, tetapi mengambil langkah-langkah konstruktif untuk mendorong perkembangan hubungan China-AS.
Lihat Juga: Senjata Makan Tuan, Kapal Perang AS Tembak Jatuh Jet Tempur F/A-18 Amerika di Laut Merah
Lecturer at International Relations Study Programs, President University Indonesia
Artikel ini membahas situasi dan tren hubungan antara China dan Amerika Serikat (AS) saat ini, serta menyoroti kesalahan dan penyimpangan kebijakan AS terhadap China. Menurut penulis, tindakan AS telah melanggar hukum internasional dan aturan global, sehingga merugikan pembangunan China dan mengancam perdamaian dan pembangunan dunia.
Penulis berpendapat bahwa AS harus memperlakukan China dengan kebijakan yang benar dan menghormati kepentingan inti China serta hak-hak pembangunan dalam negeri China. Dengan cara ini, hubungan China-AS dapat dibangun secara sehat dan stabil, serta mendorong pembangunan bersama dunia.
Pidato Menteri Luar Negeri China Qin Gang pada konferensi pers dari dua sesi National People's Congress (NPC) dan Chinese People's Political Consultative Conference (CPPCC) menunjukkan pandangan China tentang hubungan China-AS yang dianggap oleh AS sebagai persaingan. Namun, menurut Qin Gang, AS sebenarnya menahan dan menekan China dalam semua aspek, dan memandang hubungan ini sebagai pemikiran permainan Zero-sum. Qin Gang juga menunjukkan bahwa tujuan AS adalah membuat China tidak mampu melawan atau merespons, namun hal ini tidak mungkin dilakukan.
Dalam rangka membangun hubungan China-AS yang sehat dan saling menguntungkan, penulis berpendapat bahwa AS harus memperbaiki pandangan mereka tentang China dan mengadopsi pendekatan yang lebih kooperatif dan berorientasi pada dialog. Dengan begitu, kedua negara dapat mencapai tujuan bersama dan mendorong perdamaian serta pembangunan global yang berkelanjutan.
Kedua negara besar, AS dan China, selalu menghadapi tantangan dalam membangun hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan. Namun, dialog dan komunikasi tetap menjadi kunci penyelesaian masalah dan peningkatan hubungan di antara keduanya. Karena China dan AS memiliki kepentingan dan sudut pandang yang berbeda, mereka harus dapat bekerja sama atas dasar saling menghormati, kesetaraan, dan saling menghormati untuk mencapai situasi yang saling menguntungkan.
Dalam upaya untuk membangun hubungan yang sehat dan stabil, China telah menekankan bahwa hubungan China-AS harus didasarkan pada rasa saling menghormati dan perlindungan kepentingan inti masing-masing negara. Hal ini penting agar hubungan China-AS dapat berkembang secara sehat dan stabil, yang tidak hanya menjadi perhatian kedua negara, tetapi juga seluruh komunitas internasional.
Dalam kaitannya dengan ekonomi global, China dan AS memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan ekonomi dunia dan stabilitas perdagangan serta investasi. Oleh karena itu, perkembangan dan stabilitas hubungan China-AS menjadi sangat penting bagi kedua negara dan seluruh dunia.
Dengan kerja sama yang saling menguntungkan dan saling menghormati, diharapkan China dan AS dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dan membangun hubungan yang harmonis serta saling menguntungkan bagi kedua negara.
Harus diakui bahwa hubungan antara AS dan China selalu menjadi masalah kompleks, dengan meningkatnya ketegangan karena keduanya bersaing di berbagai bidang seperti ekonomi, keamanan, dan teknologi. Hal ini bisa mengakibatkan kebijakan AS terhadap China menjadi tidak rasional dan tidak sehat.
Oleh karena itu, perbedaan dan tantangan dalam hubungan China-AS perlu diatasi melalui dialog dan konsultasi antara kedua negara dengan menghormati kepentingan inti dan martabat masing-masing pihak untuk membangun hubungan yang stabil, sehat dan setara.
Dalam hal ini, perlu diperhatikan bahwa perkembangan hubungan China-AS memiliki dampak penting pada perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran global, sehingga penting bagi semua pihak untuk bekerja sama dalam mendorong pengembangan hubungan China-AS. Namun, di sisi lain, konten di atas mencerminkan adanya ketegangan antara China dan AS, termasuk masalah ideologis, ekonomi, dan geopolitik, bahkan melibatkan citra internasional kedua negara.
Hal ini menunjukkan bahwa bahkan hubungan antara negara-negara demokrasi belum tentu stabil dan damai. Meskipun AS merupakan negara demokratis, China belum sepenuhnya menjadi negara demokrasi yang diakui oleh Barat. Namun, di sisi lain, penulis berpendapat bahwa China secara bertahap mewujudkan demokratisasi, sehingga seharusnya tidak ada konflik antara kedua negara.
Namun, kenyataannya, ketegangan antara China dan AS mencerminkan kurangnya saling percaya antara kedua negara, yang menjadi salah satu penyebab utama konflik tersebut. Demokrasi cenderung menyelesaikan perselisihan melalui negosiasi, kerja sama, dan hukum internasional.
Namun, AS belum sepenuhnya mematuhi hukum internasional dan peraturan internasional saat menangani hubungan China-AS. Sebaliknya, AS mengambil beberapa tindakan yang tidak tepat, seperti memberlakukan sanksi sepihak dan membatasi kemajuan teknologi China, yang sulit dipahami dan disetujui oleh China, bahkan memperburuk kontradiksi antara kedua belah pihak.
Interaksi antara negara-negara demokrasi haruslah adil, timbal balik, dan menghindari pemaksaan kehendak melalui cara-cara koersif. Namun, dalam hubungan antara kedua negara, AS mengklaim melakukan persaingan yang adil di satu sisi, tetapi di sisi lain mencoba memaksa China untuk menerima kemauan AS dengan menahan dan menekan China. Pendekatan seperti itu bertentangan dengan prinsip keadilan dan timbal balik yang diharapkan oleh teori perdamaian demokratis.
Secara singkat, ada penyimpangan besar antara hubungan China-AS dan prinsip-prinsip dasar teori perdamaian demokratis, yang membuat stabilitas dan kerja sama hubungan China-AS menghadapi tantangan berat.
Hubungan China-AS menghadapi banyak tantangan dan konflik dalam beberapa tahun terakhir. Penyimpangan kebijakan AS terhadap China dan praktik penahanan serta penindasan adalah salah satu penyebab masalah tersebut. Penulis percaya bahwa China dan AS harus fokus pada kerja sama dan bersama-sama menyelesaikan tantangan global, daripada terus terlibat dalam konfrontasi demi apa yang disebut sebagai persaingan.
Pendekatan seperti itu hanya akan membuat kedua negara dan dunia semakin sulit. AS harus memandang perkembangan China dengan sikap terbuka dan toleran, bukan terus menahan dan menekan, tetapi mengambil langkah-langkah konstruktif untuk mendorong perkembangan hubungan China-AS.
Lihat Juga: Senjata Makan Tuan, Kapal Perang AS Tembak Jatuh Jet Tempur F/A-18 Amerika di Laut Merah
(zik)