Visi Nahdlatul Ulama Abad Kedua
Selasa, 21 Februari 2023 - 08:04 WIB
Secara konseptual, mengubah atau tidak mengubah sistem negara adalah hal yang sama-sama mungkin. Persoalannya, bukan terletak pada berubah atau tidaknya sebuah sistem negara, tapi dampak yang ditimbulkan oleh perubahan sistem negara. Yaitu, banyaknya para pihak yang bisa menjadi korban aksi kekerasan dari perubahan sistem yang ada. Inilah yang penulis maksud dengan istilah belajar dari sejarah kekerasan yang bersifat kekuasaan.
Tidak ada perubahan sistem negara mana pun yang tidak menimbulkan korban. Sementara perubahan sistem sebuah negara pasti berdasarkan pembenaran tertentu. Oleh karenanya, yang harus diperhatikan oleh semua bukan terkait pembenaran dari perubahan sistem yang ada, tetapi seberapa banyak orang yang akan menjadi korban dari perubahan yang ada.
Kedua, menjadi titik temu kebangsaan untuk menguatkan pilihan final kenegaraan dalam rangka menjadibaldatun thayyibatun wa robbun ghafur(negeri baik yang diampuni Allah) dengan adanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pada abad pertama, NU telah berhasil menjadi bagian dari perjuangan kemerdekaan, termasuk menjadikan Pancasila, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika dan UUD 1945 sebagai pilihan final.
Walaupun masih ada elemen-elemen bangsa yang menginginkan Indonesia menjadi negara agama, tetapi NU sejatinya tetap menjadi titik temu bagi para pihak, termasuk bagi mereka yang memiliki aspirasi negara agama itu sendiri.
Urgensi peran NU sebagai titik temu kebangsaan ini tidak hanya untuk terus memperbanyak pihak-pihak yang menerima NKRI sekaligus mengurangi yang menolak, tapi juga untuk menggugah kesadaran semua bahwa NKRI bukanlah tujuan final semata-semata, melainkan hanya sekadar tujuan antara. Sedangkan tujuan akhirnya tak lain adalahbaldatun thayyibatun wa robbun ghafurdengan adanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sejauh ini terlalu banyak waktu dan energi yang dikeluarkan oleh banyak pihak hanya untuk berputar-putar di sekitar tujuan antara di atas. Sementara tujuan akhir dari kehidupan berbangsa dan bernegara acap diabaikan. Hingga Indonesia merdeka tidak kunjung sampai di tujuan akhir.
Ketiga, memaknai ulang keberpihakan terhadap umat melalui peran ulama. Dilihat dari sejarahnya, NU tidak terlepas dari dua kunci utama ini; keberpihakan terhadap umat melalui peran ulama.
Pada abad pertama, bersama-sama dengan elemen bangsa yang lain, NU telah berhasil mewujudkan cita-cita perjuangannya melalui peran dan perjuangan dari para ulama. Hingga Indonesia menjadi negara-bangsa merdeka dan masyarakatnya terbebas dari penjajahan.
Kini pada abad kedua, NU sejatinya memaknai ulang keberpihakan terhadap umat. Mengingat tantangan yang ada saat ini bukan lagi masalah penjajahan. Melainkan persoalan-persoalan internal seperti kemiskinan, keadilan sosial, pemerataan pembangunan dan yang lainnya.
Dalam hemat penulis, keberpihakan terhadap umat pada masa sekarang sejatinya hadir dalam bentuk yang paling nyata, seperti peningkatan taraf hidup masyarakat, kepastian dibelinya hasil panen rakyat, peningkatan hasil usaha, perlindungan terhadap hak milik, kepastian aturan bagi pekerja, upah yang layak, dan lainnya.
Tidak ada perubahan sistem negara mana pun yang tidak menimbulkan korban. Sementara perubahan sistem sebuah negara pasti berdasarkan pembenaran tertentu. Oleh karenanya, yang harus diperhatikan oleh semua bukan terkait pembenaran dari perubahan sistem yang ada, tetapi seberapa banyak orang yang akan menjadi korban dari perubahan yang ada.
Kedua, menjadi titik temu kebangsaan untuk menguatkan pilihan final kenegaraan dalam rangka menjadibaldatun thayyibatun wa robbun ghafur(negeri baik yang diampuni Allah) dengan adanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pada abad pertama, NU telah berhasil menjadi bagian dari perjuangan kemerdekaan, termasuk menjadikan Pancasila, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika dan UUD 1945 sebagai pilihan final.
Walaupun masih ada elemen-elemen bangsa yang menginginkan Indonesia menjadi negara agama, tetapi NU sejatinya tetap menjadi titik temu bagi para pihak, termasuk bagi mereka yang memiliki aspirasi negara agama itu sendiri.
Urgensi peran NU sebagai titik temu kebangsaan ini tidak hanya untuk terus memperbanyak pihak-pihak yang menerima NKRI sekaligus mengurangi yang menolak, tapi juga untuk menggugah kesadaran semua bahwa NKRI bukanlah tujuan final semata-semata, melainkan hanya sekadar tujuan antara. Sedangkan tujuan akhirnya tak lain adalahbaldatun thayyibatun wa robbun ghafurdengan adanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sejauh ini terlalu banyak waktu dan energi yang dikeluarkan oleh banyak pihak hanya untuk berputar-putar di sekitar tujuan antara di atas. Sementara tujuan akhir dari kehidupan berbangsa dan bernegara acap diabaikan. Hingga Indonesia merdeka tidak kunjung sampai di tujuan akhir.
Ketiga, memaknai ulang keberpihakan terhadap umat melalui peran ulama. Dilihat dari sejarahnya, NU tidak terlepas dari dua kunci utama ini; keberpihakan terhadap umat melalui peran ulama.
Pada abad pertama, bersama-sama dengan elemen bangsa yang lain, NU telah berhasil mewujudkan cita-cita perjuangannya melalui peran dan perjuangan dari para ulama. Hingga Indonesia menjadi negara-bangsa merdeka dan masyarakatnya terbebas dari penjajahan.
Kini pada abad kedua, NU sejatinya memaknai ulang keberpihakan terhadap umat. Mengingat tantangan yang ada saat ini bukan lagi masalah penjajahan. Melainkan persoalan-persoalan internal seperti kemiskinan, keadilan sosial, pemerataan pembangunan dan yang lainnya.
Dalam hemat penulis, keberpihakan terhadap umat pada masa sekarang sejatinya hadir dalam bentuk yang paling nyata, seperti peningkatan taraf hidup masyarakat, kepastian dibelinya hasil panen rakyat, peningkatan hasil usaha, perlindungan terhadap hak milik, kepastian aturan bagi pekerja, upah yang layak, dan lainnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda