Natal, Milad, dan Harlah

Jum'at, 26 Desember 2014 - 11:02 WIB
Natal, Milad, dan Harlah
Natal, Milad, dan Harlah
A A A
Dari segi bahasa ketiga kata di atas artinya sama, yaitu menunjuk pada peringatan hari kelahiran. Yang pertama berasal dari bahasaLatin, keduabahasaArab, ketiga bahasa Indonesia.

Namun dari rasa bahasayangtumbuhdari kontekssosial yang berbeda, masing-masing punya rasa dan makna yang juga berbeda. Istilah natal biasanya digunakan oleh umat kristiani untuk mengenang lahirnya Yesus Kristus, milad digunakan di kalangan Muhammadiyah, dan harlah (hari lahir) di lingkungan NU.

Dua yang terakhir untuk memperingati berdirinya ormas Islam yang terbesar di Indonesia, Muhammadiyah (1912) dan Nahdlatul Ulama (1926). Kata natal sendiri kadang digunakan di lingkungan universitas, yaitu dies natalis, memperingati hari kelahirannya. Namun yang paling populer, kata natal selalu menggema di akhir tahun, dikaitkan dengan 25 Desember, yang bagi umat kristiani merupakan hari yang disakralkan, mengingat tanggal itu telah lahir Juru Selamat Yesus Kristus.

Adapun mengenai tanggal kelahirannya, sesungguhnya sejarawan tidak memiliki data dan bukti yang akurat sehingga di kalangan kristiani terbagi menjadi empat versi dalam memperingati hari natal Yesus Kristus. Namun, persoalan tidak akuratnya hari dan tanggal juga mengena semua tokoh-tokoh sejarah dan para nabi mengingat mereka lahir dan hidup ribuan tahun yang lalu, yang waktu itu belum ada sistem kalender yang baku dan tertulis seperti hari ini.

Kita percaya adanya para nabi rasul Tuhan sejak Nabi Adam, tetapi secara ilmiah-historis kita tidak memiliki catatan dan pengetahuan yang valid. Jadi, bagi umat kristiani peringatan Natal lebih merupakan sikap iman, bukan penetapan jam, hari, dan tanggal. Di situ terdapat unsur aproksimasi.

Kalau dalam konteks Nabi Muhammad yang terkenal adalah dia dilahirkan pada Tahun Gajah (622 M), saat tentara Abrahah ingin menghancurkan Kakbah dengan mengendarai gajah. Hanya jika membandingkan catatan historisdari sekiansosoknabi, tentu Nabi Muhammad paling akurat ketimbang yang lain mengingat sosok bayi Muhammad lahir paling akhir dan tradisi lisan, memori serta tulis bangsa Arab waktu itu dikenal sudah mapan.

Untuk peringatan hari lahir individual, biasanya digunakan HUT (hari ulang tahun), seperti topik nyanyian: Selamat Ulang Tahun, atau Happy Birthday yang dinyanyikan setiap acara peringatan ulang tahun keluarga atau teman. Karena peristiwa memperingati kelahiran seseorang, tokoh sejarah, negara dan institusi bersifat universal, tentu ucapan ulang tahun di berbagai bangsa dan negara berbeda-beda sesuai dengan tradisi dan bahasanya.

Dalam upacara ini, ada ungkapan rasa syukur, permohonan doa, dan berbagi kebahagiaan dengan sesama. Tetapi dalam hal Natal yang berkaitan dengan kelahiran Yesus Kristus, dalam masyarakat selalu saja muncul diskusi dan sikap pro-kontra, apakah umat Islam boleh atau tidak mengucapkan selamat Natal pada teman kristiani.

Ada yang berpendapat, selama itu dalam wilayah persahabatan sebagaimana peringatan hari-hari kelahiran lain maka itu baik-baik saja. Ucapan ikut berbahagia merayakan natal sebagai hari yang dianggap istimewa merupakan ungkapan persahabatan. Tak ubahnya selamat merayakan hari-hari istimewa lainnya.

Namun, ada yang beranggapan mengucapkan selamat Natal pada teman kristiani tidak dibenarkan. Itu sama saja menerima dan mengakui iman kristiani tentang Yesus Kristus sebagai Juru Selamat, yang jelas berbeda dari keimanan dalam Islam. Tapi sesungguhnya di sini terdapat wilayah remangremang yang perlu diperjelas, terutama oleh yang bersangkutan.

Apakah ucapan itu sebatas kemanusiaan dan persahabatan layaknya dalam konteks merayakan hari-hari istimewa, semacam HUT, milad dan harlah, ataukah melibatkan sikap iman. Bagi seorang menteri agama, ketika ada peringatan hari besar keagamaan, termasuk Natal, mesti menyampaikan ucapan selamat dalam kapasitasnya sebagai menteri.

Beberapa presiden di kawasan Timur Tengah juga biasa mengucapkan selamat merayakan Natal. Jadi, akhirnya dikembalikan pada pribadi masing-masing saja. Bayangkan, jika Anda seorang muslim, sementara orang tua beragama Kristen, sikap apakah yang mau diambil? Atau bos Anda seorang Kristen, sementara setiap Idul Fitri selalu memberi kado lebaran pada Anda, apa yang biasa Anda lakukan?

Di situ ada pertimbangan persahabatan dan keyakinan agama yang tidak perlu dikonfrontasikan, namun juga tetap menghargai keyakinan iman masing-masing. Dalam kritik sejarah muncul dugaan kuat, sosok Yesus Kristus itu tak lain adalah Isa Al- Masih. Hanya, antara umat kristiani dan muslim berbeda dalam konsep, tafsir, dan keyakinan tentang sosok ini.

Secara singkat, bagi iman Kristen Yesus Kristus adalah Sang Juru Selamat, sebuah konsep yang memerlukan penjelasan panjang lebar. Bagi umat Islam, Yesus Kristus atau Isa Al-Masih adalah sosok nabi rasul Allah sebagaimana nabi-nabi lain seperti Ibrahim, Musa, dan Muhammad. Lalu, bagaimana proses perubahan ucapan dari Isa ke Yesus?

Itu semata persoalan bahasa dan budaya, mirip nama-nama pemain bola asal Arab-Afrika yang berubah ucapan dan panggilan setelah pindah ke klub Eropa. Yang masih dekat adalah Ibrahim jadi Abraham, Musa menjadi Moses, Yusuf menjadi Yoseph. Hasan Anwar menjadi Eisenhower?

Jadi, kita mesti membedakan antara bahasa, konsep, substansi dan keyakinan keagamaan agar tidak bingung dan berdebat tiap tahun soal bungkus dan kemasan, namun tidak masuk ke isi dan substansi. Selamat merayakan libur akhir tahun. Selamat merayakan natal Yesus Kristus bagi temanteman kristiani. Selamat merayakan milad Nabi Isa bagi umat Islam. Lalu, bagaimana memosisikan tradisi zikir nasional di pengujung akhir tahun Masehi.
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0968 seconds (0.1#10.140)