Perangi Malnutrisi

Senin, 08 Desember 2014 - 09:33 WIB
Perangi Malnutrisi
Perangi Malnutrisi
A A A
Dalam sebuah langkah besar untuk memberantas malanutrisi atau kekurangan gizi diseluruh dunia, lebih dari 170 negara pada hari Rabu, 19 November 2014 telah membuat sejumlah komitmen, untuk memastikan bahwa semua orang harus mendapatkan nutrisi yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Telah diterbitkan 60 buah rekomendasi dalam the Rome Declaration on Nutrition, yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal FAO José Graziano da Silva dan Direktur Jenderal WHO Dr Margaret Chan. Apa yang sebaiknya diketahui? Meskipun prevalensinya telah menurun 21% sejak 1990, sekarang masih terjadi kelaparan pada lebih dari 800 juta orang di dunia.

Anak balita yang pendek (stunting) dan kurus (wasting) juga mengalami penurunan, namun diperkirakan masing-masing masih 161 juta dan 51 juta anak pada 2013. Malanutrisi berhubungan dengan hampir setengah dari semua kematian anak balita, yaitu sekitar 2,8 juta anak per tahun. Lebih dari 2 miliar orang masih menderita defisiensi mikronutrien atau “kelaparan tersembunyi”, karena asupan vitamin atau mineral harian tidak memadai.

Kemajuan dalam mengurangi kelaparan dan kekurangan gizi global, terkesan tidak merata dan terlalu lambat. Sebaliknya, obesitas berkembang pesat, dengan sekitar setengah miliar orang secara global menderita obesitas, dan tiga kali lebih banyak orang yang mengalami kelebihan berat badan, bahkan sekitar 42 juta anak balita sudah mengalami kelebihan berat badan.

Selain itu, berbagai bentuk malanutrisi sering tumpang tindih atau disebut “beban ganda”, karena ada orang yang tinggal di komunitas yang sama, kadang bahkan di rumah tangga yang sama, ada yang menderita kelaparan atau kekurangan mikronutrien dan obesitas.

*** Peran sistem pangan, yaitu cara makanan diproduksi, diproses, didistribusikan, dipasarkan, dan siap untuk dikonsumsi manusia, sangat penting dalam memerangi kekurangan gizi. Sistem pangan seharusnya menjadi lebih berkelanjutan dengan mempromosikan diet beragam dan sehat.

Untuk tujuan ini, pemerintah didorong untuk memperkuat produksi pangan lokal dan pengolahan, terutama oleh petani kecil dan keluarga petani, serta memberikan perhatian khusus pada pemberdayaan perempuan. Pendekatan sistem pangan dan tindakan komplementer juga penting, termasuk pendidikan dan informasi gizi, intervensi gizi secara langsung, seperti konseling dan dukungan menyusui, mengelola anak kekurangan gizi akut, juga pembagian suplemen zat besi dan asam folat untuk wanita usia reproduktif.

Malanutrisi dan kelaparan sebagian besar terjadi dalam tahap awal kehidupan. Oleh sebab itu, negara wajib mengerahkan semua upaya terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ibu sebelum dan selama kehamilan, dan bayi sampai usia dua tahun. Bagian terpenting adalah mempromosikan dan mendukung ASI eksklusif selama enam bulan, dan terus menyusui sampai usia dua tahun.

Pemerintah wajib untuk mendidik warganya tentang praktik makan sehat, dan juga untuk memperkenalkan langkah perlindungan sosial, seperti program pemberian makanan di sekolah, untuk memberikan diet bergizi bagi anak. Sebaliknya, inisiatif untuk memerangi obesitas harus lebih diperkuat dengan penciptaan lingkungan yang sehat dan mempromosikan aktivitas fisik pada anak.

Dalam diet sehat, harus terjadi pengurangan lemak, gula dan garam dalam makanan dan minuman, dan meningkatkan kandungan gizi. Deklarasi Roma juga menyerukan kepada pemerintah untuk mengatur pemasaran susu formula dan untuk melindungi konsumen, terutama anak-anak, dari pemasaran dan publisitas makanan dan minuman yang tidak sehat.

*** Terdapat 60 rekomendasi dalam Deklarasi Roma, untuk mencapai 6 target global tahun 2025 dalam meningkatkan gizi ibu, bayi, dan anak. Target pertama adalah pengurangan 40% anak balita pendek (stunted), yang didukung oleh rekomendasi 34 tentang memobilisasi pendanaan dengan menggunakan manajemen berbasis masyarakat untuk anak pendek.

Target kedua adalah pengurangan 50% kejadian anemia pada wanita usia reproduksi, yang didukung oleh rekomendasi 36 tentang peningkatan gizi mulai dari remaja dan terus berlanjut sampai ibu hamil dan menyusui. Target ketiga adalah pengurangan 30% bayi berat badan lahir rendah (BBLR), yang didukung oleh rekomendasi 38 tentang konseling diet untuk ibu hamil, agar penambahan berat badan normal.

Target keempat adalah tidak ada lagi peningkatan anak kelebihan berat badan, yang didukung oleh rekomendasi 32 tentang peran ayah yang harus aktif dan berbagi tanggung jawab dengan ibu.

Target kelima adalah meningkatkan ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama kehidupan bayi hinggas etidaknya 50%, yang didukung oleh rekomendasi 30 tentang perlindungan ibu bekerja untuk menyusui, rekomendasi 31 tentang rumah sakit sayang bayi, rekomendasi 37 tentang pemberian ASI eksklusif yang diikuti oleh makanan pendamping ASI (dari 6 sampai 24 bulan), dan rekomendasi 33 tentang mendukung menyusui dalam situasi darurat dan krisis kemanusiaan.

Terakhir adalah target keenam, yaitu mengurangi dan mempertahankan anak kurus (wasting) kurang dari 5%, yang didukung oleh rekomendasi 29 tentang Pemasaran Makanan Pengganti ASI (MP-ASI), rekomendasi 39 tentang pemberian makanan tambahan untuk bayi dan anak. Sudahkah kita terlibat dalam perang melawan malnutrisi pada ibu, bayi dan anak di sekitar kita?
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7242 seconds (0.1#10.140)