Hari Bumi adalah hari tentang Indonesia
A
A
A
PEMILU legislatif yang baru-baru ini digelar di Indonesia menunjukkan bagaimana rakyat menghargai partisipasi individu dan menghormati keharmonisan masyarakat. Dengan berpartisipasi dalam pemilu, mereka telah mengambil pilihan untuk masa depan.
Untuk itu, sepertinya sangat cocok bahwa hari pemilihan umum dilaksanakan berdekatan dengan Hari Bumi atau dikenal dengan ”Earth Day”. Ada banyak persamaan antara keduanya seperti pilihan untuk ikut berpartisipasi dan pilihan untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri.
Apa pun pilihan yang diambil, apakah untuk ikut atau tidak ikut berpartisipasi, kita semua akan merasakan hasilnya. Jadi bagaimanakah caranya agar kita bisa mendapatkan masa depan yang lebih baik? Apa saja yang telah kita lakukan untuk mencapainya? Hari Bumi adalah hari tentang kita semua dan dunia yang kita tempati.
Dunia adalah rumah kita, tempat kita mendapatkan perlindungan dan makanan, udara untuk bernafas dan air untuk diminum. Dunia juga memberikan keindahan di alam sekitar kita. Walau memang sulit untuk merasakannya jika kita tinggal di kota-kota besar, keindahan itu tetap ada.
Di dunia ini kita semua terancam oleh dampak perubahan iklim. Pada 31 Maret 2014 Intergovernmental Panel on Climate Change mengeluarkan laporan kajian kelimanya yang menunjukkan kerugian-kerugian potensial yang harus ditanggung Indonesia dari dampak perubahan iklim.
Analisis ini memperkirakan kemungkinan penurunan produk domestik bruto (PDB) Indonesia sebesar 2,2% per tahun hingga akhir abad ini yang berarti juga dampak negatif yang sangat besar bagi para buruh tani dan rakyat miskin perkotaan.
Ketahanan pangan Indonesia juga terancam, di mana perubahan iklim telah menyebabkan penurunan tajam pada potensi-potensi perikanan di Indonesia. Suhu rata-rata juga terus meningkat hingga angka kritis pada akhir musim tanam padi. Kebakarankebakaran juga mengancam pertanian, hutan-hutan, serta permukiman-permukiman.
Ancaman ini akan terus meningkat jika kita tidak membuat perubahan. Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi 26% emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim dari tingkatan biasanya sebelum 2020. Namun, kita sadari bahwa solusidari perubahan iklim tidak bisa berasal dari satu negara saja. Presiden AS Barack Obama juga berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 17% dari tingkatannya pada 2005 sebelum 2020.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry pada Februari lalu berkunjung ke Jakarta untuk membagi pengalaman tentang apa yang sudah dilakukan Amerika Serikat serta mengajak seluruh dunia untuk ikut menjadi bagian aksi global terkait masalah ini.
Apa yang dilakukan Amerika Serikat untuk memenuhi janji dan tanggung jawabnya kepada dunia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca? Di bawah kepemimpinan Presiden Obama, kami telah melipatgandakan jumlah pembangkit listrik tenaga angin dan surya. Kami juga menerapkan standar tertinggi dalam sejarah AS dalam penghematan bahan bakar minyak untuk kendaraan pribadi.
Kami juga mengutamakan standar lingkungan hidup dengan mempercepat transisi ke arah penggunaan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih hemat untuk pembangkit listrik; Kami juga meningkatkan penghematan energi dalam rumah tangga, industri, dan bisnis.
Semua tindakan ini sudah menampakkan hasilnya. Selama satu dekade terakhir ini Amerika Serikat berhasil mengurangi jumlah total polusi karbon lebih besar dibandingkan negaranegara lain di dunia. Secara khusus sejak 2005 hingga 2011 jumlah emisi kami turun sebanyak 6,9%.
Berkat teknologi yang lebih baik dalam mengekstraksi gas alam, kami banyak mencapai kemajuan dalam pengurangan emisi CO2 di sektor energi yang menjadi penyumbang tunggal emisi terbesar di AS. Pada 2013 jumlah emisi dari sektor energi turun sebanyak 10% sejak 2005.
Amerika sedang menjalankan tugasnya dan telah membuat banyak kemajuan yang nyata dalam memenuhi komitmennya. Kami sadar bahwa kami harus berbuat lebih banyak, termasuk bekerja sama secara erat dengan mitra utama kami seperti Indonesia.
Salah satu fokus kerja sama adalah mengenai lahan gambut karena menyimpan karbon dalam jumlah yang signifikan dan menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca dan terbesar di Indonesia. Kerjasama ini terus diperluas meliputi upaya-upaya memperbaiki pengelolaan hutan, mengembangkan energi terbarukan, dan membantu masyarakat pesisir beradaptasi dengan kenyataan yang terjadi akibat perubahan iklim. Amerika Serikat telah menunjukkan komitmen bantuan sekitar USD500 juta untuk mengatasi masalah perubahan iklim di Indonesia.
Untuk meraih masa depan yang kita inginkan, kita harus melakukan apa yang menjadi bagiankita. Termasuk juga pihak swasta. Perusahaan kelapa sawit, perusahaan kertas dan bubur kertas, pengusaha kayu sudah seharusnya mencegah kebakaran ladang, menghindari pembabatan hutan, dan mengampanyekan kepatuhan Indonesia terhadap legalitas standar Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO) dan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK).
Sejumlah perusahaan Amerika Serikat telah menunjukkan komitmen untuk masa depan dengan memperkenalkan praktik-praktik manajemen terbaik di sektor pertanian dan pengembangan energi panas bumi, hidro, biomasa, dan tenaga surya dengan menggunakan teknologi terkini.
Indonesia menghadapi pilihan yang sulit terkait subsidi bahan bakar, penggunaan lahan, serta dalam menarik investor luar. Investasi teknologi baru sangat diperlukan untuk mengembangkan energi terbarukan di seluruh Indonesia – investasi yang akan lebih murah jika dibandingkan dengan bahan bakar karbon yang dapat berdampak pada perubahan iklim.
Indonesia dan Amerika Serikat bekerja sama dalam menghadapi perubahan iklim. Seperti yang pernah diutarakan Menteri Luar Negeri John Kerry, ”Dengan Indonesia dan bagian dunia lainnya yang mempunyai tujuan sama, kita bisa menghadapi tantangan ini.” Hari Bumi ini saya mengajak semua pihak untuk berpikir mengenai masa depan yang kita inginkan. Membuat setiap hari menjadi Hari Bumi.
ROBERT O BLAKE
Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia
Untuk itu, sepertinya sangat cocok bahwa hari pemilihan umum dilaksanakan berdekatan dengan Hari Bumi atau dikenal dengan ”Earth Day”. Ada banyak persamaan antara keduanya seperti pilihan untuk ikut berpartisipasi dan pilihan untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri.
Apa pun pilihan yang diambil, apakah untuk ikut atau tidak ikut berpartisipasi, kita semua akan merasakan hasilnya. Jadi bagaimanakah caranya agar kita bisa mendapatkan masa depan yang lebih baik? Apa saja yang telah kita lakukan untuk mencapainya? Hari Bumi adalah hari tentang kita semua dan dunia yang kita tempati.
Dunia adalah rumah kita, tempat kita mendapatkan perlindungan dan makanan, udara untuk bernafas dan air untuk diminum. Dunia juga memberikan keindahan di alam sekitar kita. Walau memang sulit untuk merasakannya jika kita tinggal di kota-kota besar, keindahan itu tetap ada.
Di dunia ini kita semua terancam oleh dampak perubahan iklim. Pada 31 Maret 2014 Intergovernmental Panel on Climate Change mengeluarkan laporan kajian kelimanya yang menunjukkan kerugian-kerugian potensial yang harus ditanggung Indonesia dari dampak perubahan iklim.
Analisis ini memperkirakan kemungkinan penurunan produk domestik bruto (PDB) Indonesia sebesar 2,2% per tahun hingga akhir abad ini yang berarti juga dampak negatif yang sangat besar bagi para buruh tani dan rakyat miskin perkotaan.
Ketahanan pangan Indonesia juga terancam, di mana perubahan iklim telah menyebabkan penurunan tajam pada potensi-potensi perikanan di Indonesia. Suhu rata-rata juga terus meningkat hingga angka kritis pada akhir musim tanam padi. Kebakarankebakaran juga mengancam pertanian, hutan-hutan, serta permukiman-permukiman.
Ancaman ini akan terus meningkat jika kita tidak membuat perubahan. Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi 26% emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim dari tingkatan biasanya sebelum 2020. Namun, kita sadari bahwa solusidari perubahan iklim tidak bisa berasal dari satu negara saja. Presiden AS Barack Obama juga berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 17% dari tingkatannya pada 2005 sebelum 2020.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry pada Februari lalu berkunjung ke Jakarta untuk membagi pengalaman tentang apa yang sudah dilakukan Amerika Serikat serta mengajak seluruh dunia untuk ikut menjadi bagian aksi global terkait masalah ini.
Apa yang dilakukan Amerika Serikat untuk memenuhi janji dan tanggung jawabnya kepada dunia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca? Di bawah kepemimpinan Presiden Obama, kami telah melipatgandakan jumlah pembangkit listrik tenaga angin dan surya. Kami juga menerapkan standar tertinggi dalam sejarah AS dalam penghematan bahan bakar minyak untuk kendaraan pribadi.
Kami juga mengutamakan standar lingkungan hidup dengan mempercepat transisi ke arah penggunaan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih hemat untuk pembangkit listrik; Kami juga meningkatkan penghematan energi dalam rumah tangga, industri, dan bisnis.
Semua tindakan ini sudah menampakkan hasilnya. Selama satu dekade terakhir ini Amerika Serikat berhasil mengurangi jumlah total polusi karbon lebih besar dibandingkan negaranegara lain di dunia. Secara khusus sejak 2005 hingga 2011 jumlah emisi kami turun sebanyak 6,9%.
Berkat teknologi yang lebih baik dalam mengekstraksi gas alam, kami banyak mencapai kemajuan dalam pengurangan emisi CO2 di sektor energi yang menjadi penyumbang tunggal emisi terbesar di AS. Pada 2013 jumlah emisi dari sektor energi turun sebanyak 10% sejak 2005.
Amerika sedang menjalankan tugasnya dan telah membuat banyak kemajuan yang nyata dalam memenuhi komitmennya. Kami sadar bahwa kami harus berbuat lebih banyak, termasuk bekerja sama secara erat dengan mitra utama kami seperti Indonesia.
Salah satu fokus kerja sama adalah mengenai lahan gambut karena menyimpan karbon dalam jumlah yang signifikan dan menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca dan terbesar di Indonesia. Kerjasama ini terus diperluas meliputi upaya-upaya memperbaiki pengelolaan hutan, mengembangkan energi terbarukan, dan membantu masyarakat pesisir beradaptasi dengan kenyataan yang terjadi akibat perubahan iklim. Amerika Serikat telah menunjukkan komitmen bantuan sekitar USD500 juta untuk mengatasi masalah perubahan iklim di Indonesia.
Untuk meraih masa depan yang kita inginkan, kita harus melakukan apa yang menjadi bagiankita. Termasuk juga pihak swasta. Perusahaan kelapa sawit, perusahaan kertas dan bubur kertas, pengusaha kayu sudah seharusnya mencegah kebakaran ladang, menghindari pembabatan hutan, dan mengampanyekan kepatuhan Indonesia terhadap legalitas standar Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO) dan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK).
Sejumlah perusahaan Amerika Serikat telah menunjukkan komitmen untuk masa depan dengan memperkenalkan praktik-praktik manajemen terbaik di sektor pertanian dan pengembangan energi panas bumi, hidro, biomasa, dan tenaga surya dengan menggunakan teknologi terkini.
Indonesia menghadapi pilihan yang sulit terkait subsidi bahan bakar, penggunaan lahan, serta dalam menarik investor luar. Investasi teknologi baru sangat diperlukan untuk mengembangkan energi terbarukan di seluruh Indonesia – investasi yang akan lebih murah jika dibandingkan dengan bahan bakar karbon yang dapat berdampak pada perubahan iklim.
Indonesia dan Amerika Serikat bekerja sama dalam menghadapi perubahan iklim. Seperti yang pernah diutarakan Menteri Luar Negeri John Kerry, ”Dengan Indonesia dan bagian dunia lainnya yang mempunyai tujuan sama, kita bisa menghadapi tantangan ini.” Hari Bumi ini saya mengajak semua pihak untuk berpikir mengenai masa depan yang kita inginkan. Membuat setiap hari menjadi Hari Bumi.
ROBERT O BLAKE
Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia
(nfl)