Selamatkan dari kehancuran

Selasa, 28 Januari 2014 - 09:17 WIB
Selamatkan dari kehancuran
Selamatkan dari kehancuran
A A A
KORUPSI di negeri ini sudah bersifat sistemik. Betapapun demikian, kita mengharapkan kehadiran orang-orang yang bisa menjadi penyelamat situasi rumit ini walaupun mungkin jumlahnya sangat sedikit. Pemimpin memiliki tanggung jawab mulia untuk melakukan perbaikan sistemik mengatasi masalah yang makin semrawut ini.

Keselamatan negeri ini bergantung dari apakah tindakantindakan yang dilakukan saat ini mengarah pada perbaikan atau justru mendukung perusakan. Kegagalan dalam mengurus negeri ini bukankah diakibatkan sedikit orang yang memiliki kuasa untuk melakukannya?

Tidak mungkin semua orang yang hidup di negeri ini menginginkan kerusakan, tetapi kerusakan sering terjadi karena kesalahan para elite dalam mengendalikan negeri ini. Mereka yang menjual dan menggadaikan aset-aset negeri ini adalah segelintir orang saja.

Namun dampaknya dirasakan oleh semua rakyat di negeri ini, bahkan akan dirasakan oleh mereka yang belum lahir sekalipun. Begitulah efek dahsyat berantai dari sebuah tindakan tidak bertanggung jawab yang dilakukan elite yang hanya mementingkan kebutuhan diri dan kelompoknya saja.

Tahun 2014 baru saja kita mulai. Guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Dorodjatun K Djakti mengingatkan generasi muda Indonesia agar selepas tahun politik 2014 kita bisa memanfaatkan momentum hingga ke depan.

Sebab menurutnya ini adalah kesempatan terakhir bagi Indonesia untuk take off atau melangkah lebih maju. Bila tidak, kita terancam menjadi negara gagal. Pada Pemilu 2014 nanti, menurutnya, usia 17–25 sangat berperan menentukan nasib masa depan bangsa ini.

Sebaiknya mereka jangan abai dalam berpartisipasi menentukan pemimpin negeri ini. Sebab 30 tahun mendatang merupakan masa penentuan nasib mereka yang menghuni Indonesia sebagai bangsa dan negara ini. Itu semua berawal dari kesadaran bahwa saat ini kita senantiasa berada dalam situasi yang tidak terduga.

Perkembangan terus-menerus membawa manusia selalu berubah. Pertanyaannya apakah bangsa ini sudah siap menghadapi itu semua atau terus tertinggal di belakang, padahal masyarakat negara lain sudah siap menghadapi perubahan tersebut.

Peran negara diharapkan bisa membangun landasan perekonomian yang kokoh. Tidak mudah goyah oleh hantaman badai. Hal tersebut bisa dimulai dengan melakukan perencanaan pembangunan yang matang, yang orientasinya jelas untuk kesejahteraan masyarakat, bukan untuk kesejahteraan pribadi dan kelompok tertentu sebagaimana sering terjadi.

Negara dengan perekonomian kokoh akan memiliki legitimasi kuat di hadapan rakyatnya. Sebaliknya negara yang kerap gagal dalam menjalankan roda perekonomiannya sedikit demi sedikit akan mengalami erosi legitimasi yang cukup signifikan.

Inilah yang patut dikhawatirkan dari Indonesia sebagai sebuah bangsa. Kita memiliki potensi yang cukup besar sebagai negara gagal jika elite pemimpin terus-menerus melakukan tindakan yang merusak. Tanpa disadari kita akan terperosok ke dalam lubang yang sangat dalam dan akan begitu sulit untuk keluar menyelamatkan diri.

Orientasi baru pemimpin baru
Di tengah fakta semakin elitisnya para pemimpin di negeri ini, kita menunggu era baru pemimpin yang mengerti penderitaan rakyat ini. Pemimpin yang dekat dengan rakyat bukan hanya dalam kata-kata, melainkan juga aksi/tindakan nyata.

Pemimpin yang memahami sekaligus bisa mengajak rakyat agar bisa bahu-membahu menegakkan harga diri sebagai bangsa. Kita membutuhkan figur baru kepemimpinan yang bersungguh- sungguh memperjuangkan harkat dan martabat rakyat kecil.

Pemimpin yang memiliki spirit wong cilik, tidak pongah dan sombong, dan hanya membangun citra baik. Kita membutuhkan pemimpin yang bukan semata-mata melayani kebutuhan orang kaya yang berjumlah sedikit, tetapi melindungi dan memperjuangkan perubahan kehidupan orang miskin yang berjumlah mayoritas menjadi lebih baik.

Pemimpin dengan karakter kuat untuk menyelamatkan nasib bangsa ini. Mereka adalah pemimpin yang bukan saja dekat dengan rakyat, melainkan juga melindungi dan selalu bersama-sama dengan rakyat.

Mereka tidak berperilaku dan bergaya feodal, tidak berkomunikasi dengan gaya doktrinal, serta menjadi pemimpin yang bijaksana dan punya keberanian melawan kenyataan yang selama ini menindas kaum kecil. Di antara banyak calon pemimpin yang muncul di permukaan akhir-akhir ini, kita yakin memiliki pemimpin yang bisa membawa Indonesia lebih berharga diri dan lebih baik.

Rakyat sudah cerdas dan tidak lagi bisa dikelabui oleh janjijanji manis tanpa bukti. Para calon pemimpin harus membuktikan diri dengan kerja nyata, bukan omdo. Bukan model pemimpin yang sibuk membangun citra diri saja.

Namun aksi nyata dan kekuatan karakter ini harus muncul dan menjadi alasan bagi rakyat untuk menentukan pilihan. Mungkin kita membutuhkan pemimpin alternatif. Dia yang selama ini dipandang sebelah mata. Kehadirannya akan memberikan pembanding atas pemimpin-pemimpin yang selama ini hanya memperjuangkan kaum kaya dan pengusaha hitam belaka.

Rakyat hanya dijadikan kedok alias tameng untuk pencitraan diri yang tidak bermakna apa pun bagi perubahan kehidupan masyarakat. Kita membutuhkan pemimpin yang bisa memberikan kesegaran baru berbangsa di tengah kehidupan yang semakin sulit.

Kenaikan harga-harga dan semakin sulitnya mendapatkan pekerjaan layak, kemiskinan yang semakin berat dirasakan dalam hidup tiap individu merupakan fenomena negeri ini yang masih jauh dari kemakmuran. Semua itu sering kali disebabkan pemimpin yang terlalu mudah menggadaikan aset-aset berharga negeri ini, kemandirian bangsa pun semakin nyata hanya menjadi sebuah mimpi.

BENNY SUSETYO
Pemerhati Sosial, Sekretaris Eksekutif Komisi HAK KWI
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0799 seconds (0.1#10.140)