Kartini Masa Kini di Tengah Pandemi
loading...
A
A
A
Hetifah Sjaifudian
Wakil Ketua Komisi X DPR RI
ADA yang berbeda dengan perayaan Hari Kartini tahun ini. Tidak ada anak-anak sekolah yang berlalu-lalang memakai beragam baju adat Nusantara. Tidak ada perlombaan-perlombaan menarik yang diadakan di sudut-sudut kota. Tidak ada karnaval meriah yang memeragakan berbagai jenis kebaya. Tahun ini, perayaan hari Kartini berlangsung bersama dengan terjadinya pandemi Covid-19 di negeri tercinta kita. Hal ini tidak memungkinkan dilakukan kegiatan-kegiatan perayaan yang biasa kita lakukan untuk mengingat perjuangan Kartini.
Saat kegiatan di luar rumah dibatasi, lebih banyak kegiatan berlangsung di dalam rumah-rumah, di balik pintu-pintu yang memisahkan satu keluarga dengan keluarga lainnya. Di balik pintu-pintu tersebut, terdapat jutaan wanita yang sedang berjuang, memastikan keberlangsungan kehidupan dari para anggota keluarga yang mereka cintai.
Masa-masa saat ini memberikan tantangan besar bagi para wanita tersebut menjalankan perannya. Dapat dibayangkan, dengan diliburkannya sekolah-sekolah, para ibu harus mendampingi anak-anaknya selama 24 jam, termasuk dalam melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring. Selain melakukan pekerjaan yang mereka lakukan sehari-hari, para ibu harus memastikan kedisiplinan anak-anaknya, mengajarkan materi-materi pelajaran, serta membantu mengerjakan tugas-tugas sekolah. Tak sedikit dari mereka yang memiliki lebih dari satu anak usia sekolah dan mereka harus melaksanakan proses ini berulang-ulang setiap harinya.
Peran tambahan sebagai pendidik yang para wanita sekarang dapatkan juga harus mereka seimbangkan dengan tugas-tugas rumah tangga lainnya. Dengan kegiatan dilaksanakan di dalam rumah, beban rumah tangga menjadi lebih besar. Apalagi masyarakat masih menuntut wanita sebagai satu-satunya pihak yang bertanggung jawab untuk kegiatan-kegiatan seperti memasak, mencuci baju, dan membersihkan rumah. Padahal banyak wanita yang juga memiliki peran sebagai tulang punggung keluarga yang mencari nafkah atau memiliki peran publik yang penting juga di masyarakat.
Ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam masa Covid-19. Untuk memastikan seluruh masyarakat dapat melewati masa-masa pandemi, maka setiap keluarga harus melakukan hal-hal yang tepat. Ibu memiliki peran krusial dalam memastikan bahwa seluruh anggota keluarganya menjalani gaya hidup yang sehat. Ibu yang biasanya memastikan bahwa keluarganya memiliki pola makan yang sehat, melakukan olahraga, meminum vitamin dan suplemen tambahan, serta beragam hal lainnya. Ibu jugalah yang paling berperan besar dalam memastikan seluruh keluarga memiliki kebiasaan mencuci tangan dan memakai masker, serta senantiasa menjaga jarak fisik.
Selain kesehatan fisik, ibu juga berperan besar dalam menjaga kesehatan mental para anggota keluarganya. Ibu-ibu perlu memastikan anak-anak tidak bosan di rumah dan tidak tertekan melaksanakan tugas-tugas sekolah. Ibu juga yang memberikan dukungan emosional kepada suami, terutama dalam masa ekonomi yang sulit. Ibu memikirkan segala cara agar anggota keluarga efektif dalam melakukan protokol Covid-19, dengan tetap merasa bahagia. Apalagi karena kesehatan mental sangatlah penting untuk daya tahan tubuh.
Tentunya, semua ini tidaklah mudah untuk dijalankan secara bersamaan. Untuk itu, negara harus hadir untuk para Kartini pada masa ini. Keluhan dan aspirasi para wanita harus didengarkan. Berbagai macam program pemerintah untuk mengatasi dampak Covid-19 harus memperhatikan kebutuhan para perempuan. Kebijakan-kebijakan juga harus berupaya dalam memberdayakan perempuan.
Sebagai contoh, dari sisi pendidikan, sekolah perlu mengurangi beban para ibu dengan tidak memberikan tugas-tugas yang terlalu memberatkan para siswa dan orang tua. Penyediaan berbagai macam kanal dengan konten-konten yang mengedukasi dan menghibur bagi anak, dapat membuat para ibu bisa sedikit bernapas lega. Pemberian subsidi kuota untuk bisa menjalani pembelajaran jarak jauh dapat meringankan beban ekonomi keluarga.
Perlu lebih banyak inisiatif juga yang dapat membantu para ibu lebih berdaya dalam menjalankan perannya. Sebagai contoh, perbanyak konten-konten pendidikan keorangtuaan agar para ibu dapat lebih mudah beradaptasi dengan segala perubahan ini. Program edukasi para ibu dengan informasi-informasi yang akurat di tengah banyaknya hoaks yang bertebaran juga sangat penting agar mereka melakukan keputusan yang tepat. Mudahkan akses para wanita terhadap modal, yang memudahkan mereka berwirausaha kecil-kecilan secara online ataupun offline.
Anggota masyarakat lainnya juga harus memahami beratnya peran ibu pada masa-masa ini. Berikan dukungan mental dan psikologis kepada mereka. Peran pasangan, anak, dan anggota keluarga lainnya sangat penting bagi para ibu untuk dapat menjalani masa sulit ini dengan baik. Saling jaga, dukung, dan mengingatkan. Bila kita berhasil menjaga, mengedukasi, dan memberdayakan para wanita, besar harapan kita dapat melalui semua ini dengan baik.
Kepada para Kartini di seluruh Indonesia, saya memahami bahwa masa-masa ini mungkin merupakan masa-masa yang suilt bagi kita semua. Namun, janganlah berputus asa, dan janganlah lelah untuk berjuang. Saya yakin, dengan bahu-membahu dan saling mendukung, kita akan dapat melewati masa-masa ini bersama-sama. Jadikan momentum Hari Kartini ini untuk membuktikan bahwa kita adalah perempuan-perempuan tangguh. Karena kita lah yang akan menjaga keluarga kita dan membawa Indonesia keluar dari krisis ini.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI
ADA yang berbeda dengan perayaan Hari Kartini tahun ini. Tidak ada anak-anak sekolah yang berlalu-lalang memakai beragam baju adat Nusantara. Tidak ada perlombaan-perlombaan menarik yang diadakan di sudut-sudut kota. Tidak ada karnaval meriah yang memeragakan berbagai jenis kebaya. Tahun ini, perayaan hari Kartini berlangsung bersama dengan terjadinya pandemi Covid-19 di negeri tercinta kita. Hal ini tidak memungkinkan dilakukan kegiatan-kegiatan perayaan yang biasa kita lakukan untuk mengingat perjuangan Kartini.
Saat kegiatan di luar rumah dibatasi, lebih banyak kegiatan berlangsung di dalam rumah-rumah, di balik pintu-pintu yang memisahkan satu keluarga dengan keluarga lainnya. Di balik pintu-pintu tersebut, terdapat jutaan wanita yang sedang berjuang, memastikan keberlangsungan kehidupan dari para anggota keluarga yang mereka cintai.
Masa-masa saat ini memberikan tantangan besar bagi para wanita tersebut menjalankan perannya. Dapat dibayangkan, dengan diliburkannya sekolah-sekolah, para ibu harus mendampingi anak-anaknya selama 24 jam, termasuk dalam melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring. Selain melakukan pekerjaan yang mereka lakukan sehari-hari, para ibu harus memastikan kedisiplinan anak-anaknya, mengajarkan materi-materi pelajaran, serta membantu mengerjakan tugas-tugas sekolah. Tak sedikit dari mereka yang memiliki lebih dari satu anak usia sekolah dan mereka harus melaksanakan proses ini berulang-ulang setiap harinya.
Peran tambahan sebagai pendidik yang para wanita sekarang dapatkan juga harus mereka seimbangkan dengan tugas-tugas rumah tangga lainnya. Dengan kegiatan dilaksanakan di dalam rumah, beban rumah tangga menjadi lebih besar. Apalagi masyarakat masih menuntut wanita sebagai satu-satunya pihak yang bertanggung jawab untuk kegiatan-kegiatan seperti memasak, mencuci baju, dan membersihkan rumah. Padahal banyak wanita yang juga memiliki peran sebagai tulang punggung keluarga yang mencari nafkah atau memiliki peran publik yang penting juga di masyarakat.
Ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam masa Covid-19. Untuk memastikan seluruh masyarakat dapat melewati masa-masa pandemi, maka setiap keluarga harus melakukan hal-hal yang tepat. Ibu memiliki peran krusial dalam memastikan bahwa seluruh anggota keluarganya menjalani gaya hidup yang sehat. Ibu yang biasanya memastikan bahwa keluarganya memiliki pola makan yang sehat, melakukan olahraga, meminum vitamin dan suplemen tambahan, serta beragam hal lainnya. Ibu jugalah yang paling berperan besar dalam memastikan seluruh keluarga memiliki kebiasaan mencuci tangan dan memakai masker, serta senantiasa menjaga jarak fisik.
Selain kesehatan fisik, ibu juga berperan besar dalam menjaga kesehatan mental para anggota keluarganya. Ibu-ibu perlu memastikan anak-anak tidak bosan di rumah dan tidak tertekan melaksanakan tugas-tugas sekolah. Ibu juga yang memberikan dukungan emosional kepada suami, terutama dalam masa ekonomi yang sulit. Ibu memikirkan segala cara agar anggota keluarga efektif dalam melakukan protokol Covid-19, dengan tetap merasa bahagia. Apalagi karena kesehatan mental sangatlah penting untuk daya tahan tubuh.
Tentunya, semua ini tidaklah mudah untuk dijalankan secara bersamaan. Untuk itu, negara harus hadir untuk para Kartini pada masa ini. Keluhan dan aspirasi para wanita harus didengarkan. Berbagai macam program pemerintah untuk mengatasi dampak Covid-19 harus memperhatikan kebutuhan para perempuan. Kebijakan-kebijakan juga harus berupaya dalam memberdayakan perempuan.
Sebagai contoh, dari sisi pendidikan, sekolah perlu mengurangi beban para ibu dengan tidak memberikan tugas-tugas yang terlalu memberatkan para siswa dan orang tua. Penyediaan berbagai macam kanal dengan konten-konten yang mengedukasi dan menghibur bagi anak, dapat membuat para ibu bisa sedikit bernapas lega. Pemberian subsidi kuota untuk bisa menjalani pembelajaran jarak jauh dapat meringankan beban ekonomi keluarga.
Perlu lebih banyak inisiatif juga yang dapat membantu para ibu lebih berdaya dalam menjalankan perannya. Sebagai contoh, perbanyak konten-konten pendidikan keorangtuaan agar para ibu dapat lebih mudah beradaptasi dengan segala perubahan ini. Program edukasi para ibu dengan informasi-informasi yang akurat di tengah banyaknya hoaks yang bertebaran juga sangat penting agar mereka melakukan keputusan yang tepat. Mudahkan akses para wanita terhadap modal, yang memudahkan mereka berwirausaha kecil-kecilan secara online ataupun offline.
Anggota masyarakat lainnya juga harus memahami beratnya peran ibu pada masa-masa ini. Berikan dukungan mental dan psikologis kepada mereka. Peran pasangan, anak, dan anggota keluarga lainnya sangat penting bagi para ibu untuk dapat menjalani masa sulit ini dengan baik. Saling jaga, dukung, dan mengingatkan. Bila kita berhasil menjaga, mengedukasi, dan memberdayakan para wanita, besar harapan kita dapat melalui semua ini dengan baik.
Kepada para Kartini di seluruh Indonesia, saya memahami bahwa masa-masa ini mungkin merupakan masa-masa yang suilt bagi kita semua. Namun, janganlah berputus asa, dan janganlah lelah untuk berjuang. Saya yakin, dengan bahu-membahu dan saling mendukung, kita akan dapat melewati masa-masa ini bersama-sama. Jadikan momentum Hari Kartini ini untuk membuktikan bahwa kita adalah perempuan-perempuan tangguh. Karena kita lah yang akan menjaga keluarga kita dan membawa Indonesia keluar dari krisis ini.
(mhd)