Kemerdekaan RI dan Semangat Membangun SDM Unggul
A
A
A
Hetifah Sjaifudian Wakil Ketua Komisi X DPR RI
PADA 17 Agustus lalu bangsa Indonesia memperingati HUT ke-74 Kemerdekaan. Saya memulai tulisan ini dengan mengajukan satu pertanyaan tentang makna kemerdekaan itu sendiri, apakah kita sekarang benar-benar sudah merdeka?Indonesia memang sudah merdeka dari penjajahan. Selama 74 tahun, Indonesia memiliki kedaulatan untuk menentukan jalannya sendiri. Namun, tidak bisa dipungkiri sampai saat ini masih banyak rakyat Indonesia yang belum merasakan kemerdekaan yang seutuhnya. Banyak saudara kita yang masih hidup di bawah garis kemiskinan sehingga tidak bisa merasakan dan menikmati hasil dari kemerdekaan.
Saya tidak ingin membicarakan tentang bagaimana program pemerintah mengentaskan kemiskinan karena saya yakin pemerintah sudah melakukan upaya terbaiknya untuk membuat masyarakat Indonesia sejahtera. Hal yang ingin saya sampaikan adalah bagaimana membuat manusia Indonesia berkualitas dan unggul sehingga mereka mampu keluar dari jerat kemiskinan yang selama ini membelenggu dengan upaya mereka sendiri.
Sumber daya manusia (SDM) unggul juga sesuai dengan tema peringatan Kemerdekaan RI ke-74. "SDM Unggul Indonesia Maju" menjadi tema yang dipilih untuk menggambarkan bagaimana visi pemerintah dalam meningkatkan kualitas SDM.
Pada dasarnya, pembangunan manusia adalah inti dari kemerdekaan. SDM yang unggul dan berkualitas, tidak hanya akan membawa Indonesia maju, juga merdeka baik secara jasmani maupun rohani. Pilihan ini sangat strategis dan tepat untuk menjawab tantangan Indonesia ke depan. Sebab, Indonesia saat ini sudah memasuki berbagai perubahan, antara lain era pasar bebas ASEAN (MEA) sejak 2015 dan kini era disrupsi di bidang ekonomi. Hal itu menuntut sumber daya manusia yang terampil, unggul, dan memiliki daya saing tinggi.
Saya teringat dengan isi salah satu pidato Presiden Joko Widodo dalam Sidang Tahunan MPR-RI pada 16 Agustus 2018. Menurut dia, "Membangun manusia Indonesia adalah investasi kita untuk menghadapi masa depan dan melapangkan jalan menuju Indonesia maju. Kita siapkan manusia Indonesia menjadi manusia unggul sejak dalam kandungan sampai tumbuh mandiri, juga meningkatkan kesejahteraan diri dan keluarganya".
Namun, membangun manusia yang unggul tentu bukan perkara mudah. Sebab, untuk menjadi manusia yang berkualitas seseorang harus memiliki sejumlah prasyarat, yakni kepribadian yang utuh (integrated personality), kepribadian yang sehat (healthy personality), kepribadian yang normal (normal personality), kepribadian yang produktif (productive personality), dan etos kerja yang tinggi.
Ini tentu menjadi tantangan. Sebab, menilik data Bank Dunia, Indeks Sumber Daya Manusia atau Human Capital Index (HCI) 2018 yang menunjukkan kualitas SDM Indonesia hanya berada di peringkat 87 dari 157 negara. Pada tahun yang sama Business World memaparkan peringkat daya saing SDM Indonesia berada di peringkat 45 dari 63 negara. Data itu menunjukkan bahwa harapan bangsa ini untuk memiliki SDM berkualitas tinggi masih jauh panggang dari api.
Pemerintah boleh bangga karena Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia terus menunjukkan peningkatan. Badan Pusat Statistik (BPS) menghitung IPM Indonesia pada 2018 naik 0,82% dari 70,81 menjadi 71,39. Hanya saja, peningkatan IPM tersebut belum mampu membuat SDM Indonesia memiliki daya saing tinggi di kancah dunia. Itulah sebabnya perlu upaya lebih keras membangun manusia Indonesia yang unggul dan berkualitas.
Sebenarnya komitmen pemerintah untuk penguatan SDM melalui politik anggaran cukup kuat. Hal itu terlihat dari terus naiknya alokasi anggaran terkait pembangunan manusia, seperti pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial. Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018, anggaran untuk pendidikan mencapai Rp444,1 triliun dan anggaran bidang kesehatan mencapai Rp111 triliun. Jumlah itu naik pada APBN 2019 menjadi Rp492,5 triliun untuk anggaran pendidikan dan Rp123,1 triliun anggaran kesehatan.
Dengan anggaran sebesar itu, seharusnya upaya pemerintah membangun manusia Indonesia berkualitas akan lebih baik.
Manusia berkualitas dan unggul adalah kunci Indonesia maju. Pembangunan SDM unggul menjadi faktor kunci memenangkan persaingan global yang ke depan dipastikan akan semakin keras. Apalagi penguatan SDM memiliki korelasi yang erat dalam peningkatan produktivitas kerja. SDM yang unggul diperlukan untuk memenangkan persaingan di tengah perubahan-perubahan yang berlangsung cepat dalam dunia bisnis, ekonomi, politik, dan budaya.
Nah, salah satu cara membangun SDM Indonesia unggul, berkualitas, kreatif dan inovatif adalah dengan meningkatkan akses dan mutu pendidikan bagi putra-putri Indonesia. Pendidikan bermutu tidak hanya diperlukan untuk tingkat tinggi, juga harus dimulai dari pendidikan tingkat paling rendah, yaitu taman kanak-kanak.
Revitalisasi sistem pendidikan vokasi juga perlu dilakukan untuk menyesuaikan kebutuhan industri dan perkembangan teknologi. Selain itu, peningkatan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK) perlu dilakukan untuk mengakselerasi pembangunan SDM Indonesia yang unggul dan mampu bersaing global. Apalagi ini masuk Revolusi Industri 4.0.
Penguatan peran agama dalam kehidupan sosial bermasyarakat juga perlu dilakukan untuk menjadikan manusia Indonesia berkualitas dengan kepribadian yang utuh, sehat, produktif, dan memiliki etos kerja yang tinggi. Dengan begitu, jati diri dan kepribadian bangsa (character building ) akan semakin kukuh.
Kita tentunya berharap dengan potensi dan komitmen yang tinggi terhadap pengembangan SDM ini dapat diterjemahkan secara konkret oleh kementerian dan lembaga pemerintah melalui program dan kebijakannya. Sehingga Visi Indonesia 2045, yaitu Berdaulat, Maju, Adil, dan Makmur, bisa tercapai.
Merdeka!
PADA 17 Agustus lalu bangsa Indonesia memperingati HUT ke-74 Kemerdekaan. Saya memulai tulisan ini dengan mengajukan satu pertanyaan tentang makna kemerdekaan itu sendiri, apakah kita sekarang benar-benar sudah merdeka?Indonesia memang sudah merdeka dari penjajahan. Selama 74 tahun, Indonesia memiliki kedaulatan untuk menentukan jalannya sendiri. Namun, tidak bisa dipungkiri sampai saat ini masih banyak rakyat Indonesia yang belum merasakan kemerdekaan yang seutuhnya. Banyak saudara kita yang masih hidup di bawah garis kemiskinan sehingga tidak bisa merasakan dan menikmati hasil dari kemerdekaan.
Saya tidak ingin membicarakan tentang bagaimana program pemerintah mengentaskan kemiskinan karena saya yakin pemerintah sudah melakukan upaya terbaiknya untuk membuat masyarakat Indonesia sejahtera. Hal yang ingin saya sampaikan adalah bagaimana membuat manusia Indonesia berkualitas dan unggul sehingga mereka mampu keluar dari jerat kemiskinan yang selama ini membelenggu dengan upaya mereka sendiri.
Sumber daya manusia (SDM) unggul juga sesuai dengan tema peringatan Kemerdekaan RI ke-74. "SDM Unggul Indonesia Maju" menjadi tema yang dipilih untuk menggambarkan bagaimana visi pemerintah dalam meningkatkan kualitas SDM.
Pada dasarnya, pembangunan manusia adalah inti dari kemerdekaan. SDM yang unggul dan berkualitas, tidak hanya akan membawa Indonesia maju, juga merdeka baik secara jasmani maupun rohani. Pilihan ini sangat strategis dan tepat untuk menjawab tantangan Indonesia ke depan. Sebab, Indonesia saat ini sudah memasuki berbagai perubahan, antara lain era pasar bebas ASEAN (MEA) sejak 2015 dan kini era disrupsi di bidang ekonomi. Hal itu menuntut sumber daya manusia yang terampil, unggul, dan memiliki daya saing tinggi.
Saya teringat dengan isi salah satu pidato Presiden Joko Widodo dalam Sidang Tahunan MPR-RI pada 16 Agustus 2018. Menurut dia, "Membangun manusia Indonesia adalah investasi kita untuk menghadapi masa depan dan melapangkan jalan menuju Indonesia maju. Kita siapkan manusia Indonesia menjadi manusia unggul sejak dalam kandungan sampai tumbuh mandiri, juga meningkatkan kesejahteraan diri dan keluarganya".
Namun, membangun manusia yang unggul tentu bukan perkara mudah. Sebab, untuk menjadi manusia yang berkualitas seseorang harus memiliki sejumlah prasyarat, yakni kepribadian yang utuh (integrated personality), kepribadian yang sehat (healthy personality), kepribadian yang normal (normal personality), kepribadian yang produktif (productive personality), dan etos kerja yang tinggi.
Ini tentu menjadi tantangan. Sebab, menilik data Bank Dunia, Indeks Sumber Daya Manusia atau Human Capital Index (HCI) 2018 yang menunjukkan kualitas SDM Indonesia hanya berada di peringkat 87 dari 157 negara. Pada tahun yang sama Business World memaparkan peringkat daya saing SDM Indonesia berada di peringkat 45 dari 63 negara. Data itu menunjukkan bahwa harapan bangsa ini untuk memiliki SDM berkualitas tinggi masih jauh panggang dari api.
Pemerintah boleh bangga karena Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia terus menunjukkan peningkatan. Badan Pusat Statistik (BPS) menghitung IPM Indonesia pada 2018 naik 0,82% dari 70,81 menjadi 71,39. Hanya saja, peningkatan IPM tersebut belum mampu membuat SDM Indonesia memiliki daya saing tinggi di kancah dunia. Itulah sebabnya perlu upaya lebih keras membangun manusia Indonesia yang unggul dan berkualitas.
Sebenarnya komitmen pemerintah untuk penguatan SDM melalui politik anggaran cukup kuat. Hal itu terlihat dari terus naiknya alokasi anggaran terkait pembangunan manusia, seperti pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial. Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018, anggaran untuk pendidikan mencapai Rp444,1 triliun dan anggaran bidang kesehatan mencapai Rp111 triliun. Jumlah itu naik pada APBN 2019 menjadi Rp492,5 triliun untuk anggaran pendidikan dan Rp123,1 triliun anggaran kesehatan.
Dengan anggaran sebesar itu, seharusnya upaya pemerintah membangun manusia Indonesia berkualitas akan lebih baik.
Manusia berkualitas dan unggul adalah kunci Indonesia maju. Pembangunan SDM unggul menjadi faktor kunci memenangkan persaingan global yang ke depan dipastikan akan semakin keras. Apalagi penguatan SDM memiliki korelasi yang erat dalam peningkatan produktivitas kerja. SDM yang unggul diperlukan untuk memenangkan persaingan di tengah perubahan-perubahan yang berlangsung cepat dalam dunia bisnis, ekonomi, politik, dan budaya.
Nah, salah satu cara membangun SDM Indonesia unggul, berkualitas, kreatif dan inovatif adalah dengan meningkatkan akses dan mutu pendidikan bagi putra-putri Indonesia. Pendidikan bermutu tidak hanya diperlukan untuk tingkat tinggi, juga harus dimulai dari pendidikan tingkat paling rendah, yaitu taman kanak-kanak.
Revitalisasi sistem pendidikan vokasi juga perlu dilakukan untuk menyesuaikan kebutuhan industri dan perkembangan teknologi. Selain itu, peningkatan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK) perlu dilakukan untuk mengakselerasi pembangunan SDM Indonesia yang unggul dan mampu bersaing global. Apalagi ini masuk Revolusi Industri 4.0.
Penguatan peran agama dalam kehidupan sosial bermasyarakat juga perlu dilakukan untuk menjadikan manusia Indonesia berkualitas dengan kepribadian yang utuh, sehat, produktif, dan memiliki etos kerja yang tinggi. Dengan begitu, jati diri dan kepribadian bangsa (character building ) akan semakin kukuh.
Kita tentunya berharap dengan potensi dan komitmen yang tinggi terhadap pengembangan SDM ini dapat diterjemahkan secara konkret oleh kementerian dan lembaga pemerintah melalui program dan kebijakannya. Sehingga Visi Indonesia 2045, yaitu Berdaulat, Maju, Adil, dan Makmur, bisa tercapai.
Merdeka!
(mhd)