Taiwan Dapat Membantu Kesehatan Dunia

Jum'at, 03 Mei 2019 - 09:31 WIB
Taiwan Dapat Membantu...
Taiwan Dapat Membantu Kesehatan Dunia
A A A
John Chen
Representative, Taipei Economic and Trade Office (TETO)

PADA suatu hari yang cerah, di sebuah rumah sakit besar, terdapat ribuan pasien berlalu lalang di antara klinik dan apotek, bercampur dengan dokter dan perawat yang sibuk di setiap lantai gedung. Aktivitas berjalan seperti biasa. Hari itu, rumah sakit merawat seorang pasien yang menderita demam yang sangat tinggi. Selang beberapa hari kemudian, pekerja binatu di rumah sakit tiba-tiba juga mengalami demam tinggi. Tidak lama setelah kejadian ini, kepala perawat rumah sakit juga memiliki gejala demam tinggi dan batuk, dan staf medis lainnya juga menunjukkan gejala yang sama. Apakah ini hanya flu biasa? Para staf medis ini tidak menganggap serius dan terus bekerja secara profesional. Awalnya pihak rumah sakit tidak dapat memastikan penyebab penyakit ini, dan hanya mendapat informasi bahwa kemungkinan ada invasi penyakit menular baru dari luar negeri, tetapi untuk jenis virus, pengobatan dan pencegahannya masih belum benar-benar paham.

Tiba-tiba staf medis yang sedang giliran istirahat dipanggil kembali, semua pintu keluar-masuk rumah sakit ditutup. Lebih dari 1.000 orang di rumah sakit, termasuk semua staf medis, pasien dan keluarga mereka, tidak diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Saat itu, orang-orang di rumah sakit mulai panik. Semua orang kebingungan menghadapi penyakit menular yang tidak diketahui dan tindakan pencegahannya. Penyakit apa yang begitu mengerikan, sampai perlu memblokir rumah sakit? Apakah pemerintah telah lepas tangan, dan membiarkan kita untuk mengatasi hidup dan mati diri kita sendiri di rumah sakit yang terisolasi ini?

Ketakutan menjadi satu-satunya perhatian utama dari semua orang yang berada di rumah sakit saat itu. Ditambah beredar informasi ada pasien yang gantung diri di rumah sakit, semakin menambah kekhawatiran orang. Semua orang timbul rasa curiga terhadap sesama, Jika seseorang batuk atau demam, akan langsung dikarantina dan diisolasi oleh semua orang, dan orang-orang yang dikarantina itu tidak bisa bertemu lagi. Setiap saat timbul kecurigaan terhadap diri sendiri: tenggorokan saya terasa gatal, tubuh saya sepertinya panas, apa yang harus saya lakukan? Apakah saya juga tertular? Apakah perlu memberi tahu ke semua orang? Tukang binatu yang sebelumnya tertular telah meninggal, kepala perawat meninggal, dua perawat di rumah sakit meninggal, satu karyawan wanita meninggal, seorang dokter dan seorang pemeriksa kesehatan juga telah meninggal. Rekan kerja atau pasien yang tinggal di rumah sakit beberapa hari yang lalu sekarang sudah menjadi mayat. Akankah berikutnya giliran saya? Seperti diketahui, ada 150 orang yang terinfeksi di rumah sakit dan 35 orang meninggal dunia, termasuk pekerja migran Indonesia.

Ini bukan plot film Hollywood yang menegangkan, tapi ini adalah kisah nyata yang terjadi di Rumah Sakit Hoping Taiwan saat pandemi SARS 2003. Kejadian ini setelah Republik China (Taiwan) kehilangan kursinya di PBB pada 1971, dan kehilangan keanggotaannya dalam Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hingga saat ini. Saat SARS menyebar ke Taiwan pada 2003, Taiwan tidak dapat memperoleh informasi pertama dari WHO mengenai epidemi SARS, dan tidak mendapatkan pemeriksaan sampel perbandingan virus-positif dari WHO. Karena Taiwan bukan negara anggota WHO dan faktor politik "one China principle ", maka WHO tidak dapat mengirim tenaga medis ke Taiwan untuk membantu pencegahan awal epidemi.

Di bawah kenyataan politik internasional yang kejam, yakni "one China principle " ini, WHO gagal untuk segera memberikan bantuan kepada Taiwan, sehingga Taiwan hanya dapat mengandalkan diri sendiri dan mencari cara lain untuk mendapatkan pertolongan. Ada lebih dari 80 orang di seluruh Taiwan (termasuk orang asing) yang meninggal langsung akibat SARS, dan ratusan lainnya meninggal karena diduga terjangkit SARS. Ini telah membuktikan bahwa penyakit menular tidak ada batas negara. Setiap hari jumlah orang asing yang berada di pelabuhan, bandara Taiwan dan tinggal di Taiwan sangat banyak sekali, jika Taiwan tidak diizinkan untuk berpartisipasi dalam WHO, Taiwan dapat menjadi celah bermasalah dalam pencegahan epidemi global.

Setelah insiden SARS, Taiwan telah memperkuat sistem pencegahan epidemi untuk penyakit menular ini. Semua rumah sakit besar memiliki sejumlah bangsal (ruangan isolasi tekanan negatif) pengobatan penyakit dan SOP pencegahan epidemi. Para ahli medis Taiwan telah berbagi pengalaman mereka dalam menangani SARS dan penyakit menular lainnya dengan negara-negara lain di konferensi internasional setelah insiden SARS, dan juga membantu banyak negara dalam melakukan langkah-langkah pencegahan epidemi. Standar tinggi medis Taiwan sudah terbukti. Menurut Indeks Efisiensi Perawatan Kesehatan Bloomberg Amerika pada 2018, Taiwan berada di peringkat ke-9 dunia dalam hal efisiensi perawatan kesehatan; situs web keuangan the Riches telah menempatkan Taiwan di urutan pertama dunia dalam hal bidang sistem kesehatan.

Sistem asuransi kesehatan Taiwan yang baik, standar medis kelas dunia, dan harga medis yang terjangkau juga menjadikan Taiwan sebagai tempat terbaik untuk penempatan cabang dari perusahaan asing. Taiwan juga merupakan tempat pilihan favorit dalam hal studi untuk perawatan medis dari banyak negara dan unit medis serta asuransi kesehatan dari negara maju di Eropa dan Amerika. Taiwan telah melakukan operasi berteknologi paling mutakhir di seluruh dunia dalam bedah mikro, kranioplasti, transplantasi jantung dan hati, operasi kardiovaskular, dan penggantian lutut buatan. Penyakit menular yang masih mewabah di beberapa negara, seperti malaria, rabies, cacar, difteri, dan poliomielitis, telah lama punah di Taiwan selama bertahun-tahun.

Taiwan sangat bersedia berbagi keahlian dan pengalaman medisnya dengan negara lain, dan berharap dapat berperan serta untuk membantu di tempat manapun di dunia yang membutuhkan bantuan. Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Taiwan dan rumah sakit besar Taiwan lainnya telah melatih ribuan tenaga medis dari berbagai negara selama bertahun-tahun. Setelah menguasai ilmu dan kembali ke negara asalnya, mereka dapat membawa teknologi medis terbaru untuk menyejahterakan rakyat di negara mereka sendiri.

Sejak 2018, Kementerian Kesehatan Taiwan telah menunjuk enam pusat medis termodern di Taiwan untuk memberikan panduan pembinaan teknis kepada staf medis dari enam negara Asia Tenggara dan Asia Selatan termasuk Indonesia. Tujuan yang ditargetkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia yakni "Cakupan Kesehatan Universal" (Universal Health Coverage), telah dicapai Taiwan melalui Asuransi Kesehatan Nasional (National Health Insurance). Semua warga Taiwan dan warga asing yang bekerja dan studi di Taiwan telah dimasukkan dalam sistem asuransi kesehatan Taiwan, dan biaya asuransi kesehatan jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara Eropa dan Amerika lainnya. Saat ini ada sekitar 280.000 pekerja migran Indonesia yang bekerja di Taiwan, sekitar 30.000 orang Indonesia yang menikah dengan orang Taiwan, serta sekitar 11.000 pelajar Indonesia. Mereka ini dapat menikmati perawatan asuransi kesehatan Taiwan, dan mereka adalah saksi terbaik dari sistem medis Taiwan yang sempurna.

Taiwan saat ini bukan anggota WHO, dan bahkan upaya sebagai pengamat WHO juga tidak dapat diperoleh karena faktor politik internasional. Ini juga menyebabkan Taiwan tidak diundang untuk berpartisipasi dalam Majelis Kesehatan Dunia (WHA) yang diadakan pada bulan Mei dalam dua tahun terakhir. Taiwan tidak dapat berkontribusi pada masalah medis dan kesehatan global serta bertukar pikiran langsung dengan negara lain. Ini benar-benar merugikan rakyat Taiwan, juga kerugian besar bagi seluruh dunia! Tahun ini, WHA akan diadakan di Jenewa dari 20 hingga 28 Mei. Dengan ini kami menyerukan kepada Indonesia dan negara-negara di dunia yang peduli terhadap kesehatan manusia dan perawatan medis untuk mendukung partisipasi Taiwan dalam WHA dan WHO. Jangan biarkan "Semua" dari slogan "Kesehatan untuk Semua" yang dianjurkan oleh WHO mengecualikan Taiwan, karena "Taiwan dapat membantu"!
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8136 seconds (0.1#10.140)