Wisata Halal Engine of Wisata Indonesia 2019

Selasa, 19 Februari 2019 - 08:22 WIB
Wisata Halal Engine of Wisata Indonesia 2019
Wisata Halal Engine of Wisata Indonesia 2019
A A A
Sapta NirwandarChairman Indonesia Halal Lifestyle Center,

Pemerhati PariwisataPARA wisatawan muslim dewasa ini tumbuh dengan pesat, seiring dengan pertumbuhan ekonomi negara Islam yang mempunyai penduduk muslim yang besar. Negara-negara ini tergabung dalam Organisation of Islamic Cooperation (OIC) yang terdiri atas 57 negara sebagian di Afrika dan Asia atau bisa ditambah juga dengan negara non-OIC.
Menurut laporan Global Islamic Economy, dari jumlah 1,8 miliar muslim global diperkirakan pengeluarannya terhadap produk halal sebesar Rp2,1 triliun (muslim spend ing ) dan akan terus bertambah sekitar compound annual growth rate (CAGR) atau rasio pertumbuhan rata-rata gabungan 5% - 6% per tahun sehingga dapat diperkirakan spending kaum muslim global akan mencapai triliunan dolar Amerika. Tentu pertumbuhan ekonomi muslim global ini akan sangat memengaruhi pertumbuhan kebutuhan traveling.
Wisata dewasa ini tidak hanya lagi menjadi basic need / kebutuhan dasar, tetapi sudah menjadi gaya hidup. Berwisata tidak sekadar atau ala kadarnya, tetapi sudah membutuhkan gaya. Terutama wisata umrah dan religi dengan tingkat pelayanan dan fasilitas yang lebih dari memadai. Karena itu, salah satu keberhasilan pariwisata dapat kita lihat dengan menjaring pendapatan yang besar dari lamanya tinggal dan ditunjang dengan kebutuhan wisatawan mancanegara (wisman), kebutuhan selama di tempat wisata seperti restoran halal, tempat ibadah, hotel, transportasi, dan lainnya.
Seperti penduduk muslim yang bermukim di Prancis (sekitar 6 juta), Inggris, Rusia, dan China, bahkan negara yang relatif kecil penduduk muslimnya seperti Jepang, Korea, Taiwan, Thailand menyediakan fasilitas hotel, restoran halal, dan tempat ibadah. Di negara ini pelayanannya mudah didapat dengan fasilitas daring.
Tidak hanya itu, tetapi saat ini fasilitas muslim friendly beach juga sangat populer di kalangan turis yang datang dari Middle East and North Africa (MENA), terutama turis papan atas, di samping wisata yang seperti cultural & historical, religion site dan shopping arcade . Berdasarkan data laporan Global Islamic economy Summit, halal travelling spending -nya tercatat turn over USD184 miliar pada 2017, terutama dari negara-negara Gulf Cooperation Council (GCC) yang jumlahnya relatif sedikit, tetapi mempunyai rata-rata spending sampai USD5.000 per visit . Beberapa wilayah Indonesia mempunyai potensi besar untuk menawarkan tur wisatanya, tidak hanya Bali, tetapi ada Lombok, Padang, Bangka Belitung, Banyuwangi, Batam, Bintan, dan sebagainya. Sebab itu, negara seperti Arab Saudi yang dimuat dalam Visit Saudi Arabia 2030-2040 menempatkan pariwisata sebagai major drivers economic growth . Mereka tidak bisa menempatkan ekonominya pada produksi minyak, Arab Saudi juga tidak ingin tergantung dari wisatawan yang pasarnya sudah captive seperti haji dan umrah saja, tapi juga berinvestasi dalam infrastruktur, high-speed railway yang melintasi Mekkah ke Madinah dan digitalisasi business services .
Global Islamic Economy Ekonomi berbasis nilai Islam dewasa ini telah menjadi tren global dan bisnis, bila kita melihat market share pada 2017 berdasarkan laporan Global Islamic Economy Summit telah mencapai USD2,101 triliun dan diperkirakan akan mencapai USD3,007 triliun pada 2023. Islamic economy meliputi sektor halal food (USD1,303 triliun), halal travel (USD177 triliun), modest fashion (USD 270 triliun), halal media & recreation (USD209 triliun), halal pharmaceutical (USD87 triliun), dan halal cosmetic (USD61 triliun).Perkembangan ekonomi Islam setiap tahunnya akan tumbuh lebih dari 5% ini tentu akan memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap bisnis pariwisata karena tidak semua fasilitas dikontrol dan dikendalikan dengan daring.
Dunia pariwisata juga membutuhkan contoh yang dapat dilakukan dalam bentuk pameran, ekspo dalam jumlah yang besar. Dunia MICE akan sangat berkembang bahkan dengan bisnis forum. Konferensi bisnis yang dapat dilakukan dengan meeting buyer and seller tentu hanya dengan konferensi. Karena itu, di era digital ini meet dan seller langsung tetap dilakukan, tidak dapat tergantikan.
Pariwisata Halal Indonesia Sejak 2012 Pemerintah Indonesia melakukan upaya dalam mengembangkan wisata halal. Awalnya masih dirasakan ada keraguan para pelaku dan masyarakat terhadap wisata halal. Ada yang menganggap hal tersebut berlebihan karena urusan halal bagi sebagian besar dianggap lumrah, jadi persepsinya tidak perlu dibesarkan dan bahkan dianggap menakutkan terutama bila terkait penggunaan nama halal, soal KTP, dan hiburan yang harus bernafaskan Islam. Sebagian menganggap halal itu kurang prospek. Karena itu, kita bisa lihat dari pertumbuhan hotel halal yang relatif masih sangat sedikit, apalagi yang berbintang lima. Demikian juga soal makanan, masyarakat menganggap halal adalah persoalan yang sudah lazim. Persoalan sertifikasi bukan sekadar logo yang perlu mendapatkan perhatian hal yang diperhitungkan untuk tamu-tamu wisman.Lebih dari itu, pariwisata halal juga bukan semata-mata soal anjuran bagi umat Islam, tetapi merupakan extended service bagi kaum muslim dan bermanfaat juga bagi kaum nonmuslim dari sisi konsumen maupun produsen. Tantangan yang dihadapi tentu soal akses, penyediaan informasi daring dan offline, kualitas pelayanan yang sangat terkait dengan kebutuhan wisman dan wisnus muslim seperti tempat ibadah, wudu, dan label halal yang tersertifikasi untuk restoran, hotel, spa, bakery shop, dan sebagainya, terutama untuk memudahkan wisman muslim ke Indonesia. Jadi pariwisata halal itu hotel, restoran, dan pelayanan lainnya tidak bersifat eksklusif untuk kaum muslim, demikian juga dari soal kepemilikannya. Usaha besar dan kecil di negara-negara nonmuslim atau yang penduduk muslimnya sedikit seperti Korea, Jepang, Thailand menyajikan pelayanan halal yang besertifikat. Sehingga, di samping diperlukan bagi konsumen, juga bisnis halal memberikan peluang keuntungan yang lebih baik karena konsumennya terbuka bagi muslim dan nonmuslim. Bila melayani makanan nonhalal hanya eksklusif untuk nonmuslim.
Karena itu, peranan pemerintah dan pengusaha dalam mengembangkan produk dan jasa halal sangat penting, terutama dalam meningkatkan kesadaran masyarakat. Pariwisata halal dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, kita harapkan juga fasilitas halal tidak hanya untuk para wisman, tetapi juga untuk wisatawan Nusantara (wisnus). Hal ini juga sudah berdampak besar, kita lihat dewasa ini sudah banyak produk yang disertifikasi halal, mal, dan hotel menyediakan tempat salat yang nyaman dan Alquran.
Dari perspektif ekonomi pariwisata halal tidak bertumpu pada jumlah wisatawan muslim yang relatif masih kecil. Bila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Thailand (5,2 juta orang), Singapura (4,1 juta orang), Malaysia (6,4 juta orang), dan Indonesia baru memperoleh (2,7 juta orang) mustinya sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar Indonesia dapat menerima jumlah kunjungan yang lebih besar.
Saat ini sudah mulai tampak geliat yang tumbuh pesat adalah sektor makanan yang sangat erat terkait dengan dunia wisata. Selain makanan seperti daging dan ayam, makanan olahan juga sudah banyak yang menggunakan label produk halal.
Dari laporan Indonesia Halal Economy Report & Roadmap Strategy 2018-2019, angka belanja domestik pada produk dan jasa ekonomi halal mencapai USD218,8 miliar pada 2017. Angka ini diproyeksikan akan terus bertumbuh dengan 5,3% CAGR mencapai USD 330,5 miliar pada 2025.Laporan ini juga menyoroti Indonesia sebagai pengekspor produk ekonomi halal terbesar di antara negara-negara yang memiliki mayoritas penduduk muslim dengan nilai USD7,6 miliar pada 2017. Ini memperkuat posisi dasar Indonesia sebagai "Mesin Ekonomi Halal Dunia".

Peluang-peluang untuk meraih pertumbuhan secara signifikan masih sangat terbuka lebar, mengingat pada saat ini Indonesia hanya mewakili 3,3% ekonomi halal dunia dari sisi kegiatan ekspor yang mencapai USD249 miliar pada 2017. Secara keseluruhan, Indonesia dapat mendorong ekonominya lebih jauh lagi sebesar USD3,8 miliar dalam produk domestik bruto (PDB) per tahun dan berpotensi menarik USD1 miliar investasi asing secara langsung. Ini dapat membuka 127.000 lapangan kerja yang baru per tahun.

Dengan terus dikembangkannya pariwisata halal di Indonesia yang didukung oleh produk dan jasa halal ini diharapkan peluang tersebut dapat kita raih. Semoga wisata halal akan menjadi engine ekonomi bagi Indonesia. Insya Allah.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5262 seconds (0.1#10.140)