Mencintai Bumi

Senin, 25 April 2016 - 13:36 WIB
Mencintai Bumi
Mencintai Bumi
A A A
PLANET Bumi disediakan khusus oleh Tuhan untuk dihuni manusia bersama dengan makhluk lainnya. Manusia yang ditunjuk sebagai pemimpin di muka Bumi, diberi kebebasan mengelola planet ini untuk kelangsungan hidupnya.

Sejak manusia pertama diciptakan yaitu Adam, entah berapa ribu atau ratusan ribu tahun lalu hingga sekarang Bumi telah dihuni 7,3 miliar orang (data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Juli, 2015). PBB memprediksi jumlah penduduk Bumi akan meningkat pesat menjadi 8,5 miliar pada 2030 dan naik lagi menjadi 11 miliar pada 2100.

Menurut perhitungan para ahli, Bumi memiliki keterbatasan kapasitas dalam menyediakan apa yang dibutuhkan penduduknya. Namun, belum ada yang bisa memastikan sampai sejauh mana keterbatasan planet Bumi ini dalam memenuhi kebutuhan manusia.

Minyak bumi yang sampai saat ini masih menjadi urat nadi utama aktivitas manusia, diperkirakan akan habis dalam waktu beberapa tahun mendatang. Analisis dan prediksi ini sudah terdengar lama sekitar 10- 20 tahun lalu.

Tapi ternyata hingga saat ini stok minyak bumi masih melimpah bahkan karena kelebihan pasokan di pasar, harga emas hitam ini merosot tajam hingga di bawah USD50 per barel.

Demikian pula dengan hasil tambang lain seperti batu bara, yang kini seperti barang yang tidak berguna saking banyaknya jumlah dan rendahnya harga. Dalam kaitan ini, Indonesia sebagai negara berkembang sering kali menghadapi situasi yang sulit.

Satu sisi, kita harus bersyukur karena dikaruniai negeri yang kaya sumber daya tapi di sisi lain, kita tidak bisa seenaknya saja mengeksploitasi alam untuk kepentingan diri sendiri maupun kelompok.

Persyaratan untuk melakukan eksploitasi sumber daya alam yang ditetapkan lembaga-lembaga dunia juga semakin sulit dipenuhi. Tapi sebagai sesama penduduk Bumi, warga harus ada kesepahaman bahwa semua aktivitas eksplorasi maupun eksploitasi harus dibatasi dan dikendalikan agar tidak merusak alam. Karena itu, gerakan atau kampanye menyayangi Bumi harus terus digelorakan di seantero dunia.

Beberapa aktivitas yang bagus diperlukan untuk membangun kesadaran kolektif masyarakat agar peduli lingkungan dan menyayangi Bumi.

Fakta juga menunjukkan betapa kerusakan hutan akibat eksplorasi liar terjadi di mana-mana. Ekosistem Bumi pun terganggu karena besarnya beban yang harus dipikul. Karena itu, terjadilah apa yang disebut climate change, kenaikan suhu Bumi secara signifikan, intensitas banjir yang terus meningkat, kebakaran hutan, polusi, kerusakan alam, dan seterusnya.

Karena itu, penanaman kesadaran untuk menyayangi Bumi adalah upaya global yang harus dilakukan bersama-sama secara terus menerus. Selain penanaman pohon, satu hal yang baru diluncurkan pemerintah adalah kampanye tanpa kantong plastik. Atas dasar itulah, Koran Sindo turut mengampanyekan pentingnya prinsip hidup tanpa kantong plastik yang secara seremonial sudah dilaksanakan kemarin.

Plastik adalah benda yang tidak bisa diurai oleh Bumi dan mengandung zat yang berbahaya bagi tubuh manusia. Karena itu, gerakan bebas kantong plastik atau no plastic bags harus terus dibesarkan.

Sejak pemerintah resmi me-launch kampanye ini, memang terasa bergema. Namun, masyarakat kita masih terbiasa sekali menggunakan kantong plastik sehingga sulit membuat kebiasaan itu hilang seketika. Diperlukan waktu tenaga pikiran dan tentu saja kesabaran yang luar biasa untuk mengubah kultur tersebut.

Apa yang dilakukan Koran Sindo adalah bagian dari upaya-upaya kecil dalam rangka menyayangi Bumi kita agar tetap ramah dengan penduduknya. Sejumlah pihak pun secara antusias turut bergabung dan berpartisipasi aktif mulai perusahaan swasta, asosiasi, lembaga pemerintah, hingga masyarakat umum.

Kita sadar keseimbangan alam di muka Bumi ini harus terus terjaga. Saat ini ketidakseimbangan alam itu telah terjadi di mana-mana yang ditandai dengan banyaknya bencana alam. Mari kita rawat, kita sayangi planet pemberian Tuhan ini dengan penuh kesungguhan sebagai khalifah di muka Bumi.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4039 seconds (0.1#10.140)