Mewaspadai Dampak dari Amerika Serikat
loading...

Presiden AS Donald Trump. Foto/ist
A
A
A
AMERIKA Serikat (AS) sebagai negara penggerak utama perekonomian dunia akan menyelenggarakan pemilihan presiden pada 3 November mendatang. Partai Demokrat AS sudah pasti mengusung Joe Biden, bekas Wapres Barrack Obama, sebagai penantang Presiden Donald Trump. Saat ini negara Paman Sam tersebut menyelenggarakan Pemilihan Pendahuluan (Primary Election) untuk memilih kandidat senator yang akan bertarung menduduki kursi senat di pemilihan umum nanti.
Meski masih lima bulan lagi, namun politik AS kian memanas. Ditambah lagi kasus terbunuhnya seorang warga kulit hitam AS yang memiliki catatan kriminal saat ditangkap oleh petugas kepolisian di Minneapolis akhir Mei lalu. Sontak hal itu memicu kemarahan sebagian publik AS. Demonstrasi yang awalnya hanya menuntut agar oknum polisi tersebut diadili bergeser ke arah rasial. Bahkan, di beberapa negara bagian yang disebut "Blue State" yakni negara bagian yang dimenangkan oleh Partai Demokrat AS seperti di New York, Minneapolis, California, hingga ibu kota Washington DC tak hanya dilanda kerusuhan, tetapi juga pembakaran dan penjarahan. Di kawasan elite Beverly Hills sejumlah gerai merek ternama bahkan dijarah. Di Portland, Oregon gerai Louis Vuitton tak luput dari penjarahan, begitu pula gerai Gucci di New York.
Media-media arus utama di AS yang oleh Presiden Trump disebut sebagai Lamestream Media , karena keberpihakannya ke Partai Demokrat AS, terlihat mendukung demonstrasi yang sudah mengarah ke politik tersebut. Situasi di AS semakin runyam tatkala beberapa negara bagian seperti New York dan Minneapolis sedang membahas pembubaran kepolisian lokal.
Sebagai negara adidaya dan kekuatan utama perekonomian dunia, kondisi politik di AS tersebut tentu akan memengaruhi perekonomiannya. Meskipun Presiden Trump mengumumkan ada 2,5 juta tenaga kerja baru yang terserap, namun pengangguran di AS masih puluhan juta orang. Perang dagang dengan China pun masih terjadi hingga saat ini. Juga, pandemi virus korona (Covid-19) yang belum usai, dan perseteruan AS dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO) membuat ekonomi AS semakin kurang menentu.
Setiap kebijakan ekonomi yang diambil Pemerintah AS, pengaruhnya tak hanya dirasakan orang masyarakat di negeri itu, tetapi juga seluruh dunia. Bahkan, negara-negara berkembang yang ekonominya baik-baik saja bisa ikut kena getahnya. Apalagi, negara berkembang yang ekonominya sedang tidak baik-baik saja.
Meski masih lima bulan lagi, namun politik AS kian memanas. Ditambah lagi kasus terbunuhnya seorang warga kulit hitam AS yang memiliki catatan kriminal saat ditangkap oleh petugas kepolisian di Minneapolis akhir Mei lalu. Sontak hal itu memicu kemarahan sebagian publik AS. Demonstrasi yang awalnya hanya menuntut agar oknum polisi tersebut diadili bergeser ke arah rasial. Bahkan, di beberapa negara bagian yang disebut "Blue State" yakni negara bagian yang dimenangkan oleh Partai Demokrat AS seperti di New York, Minneapolis, California, hingga ibu kota Washington DC tak hanya dilanda kerusuhan, tetapi juga pembakaran dan penjarahan. Di kawasan elite Beverly Hills sejumlah gerai merek ternama bahkan dijarah. Di Portland, Oregon gerai Louis Vuitton tak luput dari penjarahan, begitu pula gerai Gucci di New York.
Media-media arus utama di AS yang oleh Presiden Trump disebut sebagai Lamestream Media , karena keberpihakannya ke Partai Demokrat AS, terlihat mendukung demonstrasi yang sudah mengarah ke politik tersebut. Situasi di AS semakin runyam tatkala beberapa negara bagian seperti New York dan Minneapolis sedang membahas pembubaran kepolisian lokal.
Sebagai negara adidaya dan kekuatan utama perekonomian dunia, kondisi politik di AS tersebut tentu akan memengaruhi perekonomiannya. Meskipun Presiden Trump mengumumkan ada 2,5 juta tenaga kerja baru yang terserap, namun pengangguran di AS masih puluhan juta orang. Perang dagang dengan China pun masih terjadi hingga saat ini. Juga, pandemi virus korona (Covid-19) yang belum usai, dan perseteruan AS dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO) membuat ekonomi AS semakin kurang menentu.
Setiap kebijakan ekonomi yang diambil Pemerintah AS, pengaruhnya tak hanya dirasakan orang masyarakat di negeri itu, tetapi juga seluruh dunia. Bahkan, negara-negara berkembang yang ekonominya baik-baik saja bisa ikut kena getahnya. Apalagi, negara berkembang yang ekonominya sedang tidak baik-baik saja.
Lihat Juga :