Korona dan Kebangkitan Produk Dalam Negeri
loading...
A
A
A
JUDUL di atas memang terkesan terlalu pede. Maklum, untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat saja terkadang bangsa ini masih mengandalkan barang impor. Tapi, tekad untuk mandiri dengan produk sendiri yang dihasilkan oleh tangan-tangan di dalam negeri jangan sampai kendur.
Semangat inilah yang harus dijaga agar para pelaku usaha di Indonesia bisa terus berkiprah dan berkembang. Dengan membeli produk dalam negeri, efek berganda yang dihasilkan akan lebih besar. Akan lebih banyak pula pelaku usaha lain sama-sama bertumbuh.
Di masa pandemi virus korona (Covid-19) seperti sekarang memang banyak pelaku usaha yang terpuruk. Ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) pun tak terelakkan. Baru-baru ini Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bahkan memperkirakan ada sekitar 9 juta orang yang kehilangan pekerjaan akibat terdampak Covid-19. Sungguh angka yang sangat besar kendati secara resmi Kementerian Ketenagakerjaan menyatakan per awal Mei lalu terdapat 2,7 juta orang terkena PHK.
Data-data tersebut hendaknya menjadi pegangan para pengambil keputusan bahwa dampak korona tidak bisa dianggap remeh. Apalagi, dua bulan sejak kasus pertama korona diumumkan hingga hari ini, jumlah kasus positif terinfeksi belum ada tanda-tanda penurunan. Terkini, per Minggu (17/5) tercatat penambahan kasus positif sebanyak 489 orang menjadi total 17.514 orang. Adapun jumlah pasien meninggal sebanyak 1.148 dan pasien sembuh 4.129 orang.
Dengan aneka dampak negatif akibat Covid-19 ini, tak dimungkiri telah menyebabkan perekonomian nyaris ambruk. Data terkini, pertumbuhan ekonomi di kuartal I/2020 hanya tumbuh 2,97%, jauh dibanding kuartal-kuartal sebelumnya yang selalu terjaga di kisaran 5%. Kondisi ini menandakan lemahnya aktivitas ekonomi secara umum karena terdampak korona. Sektor konsumsi pun yang biasanya selalu tumbuh di atas 5% kini hanya tumbuh dua sekian persen.
Parahnya lagi, sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang juga biasanya memiliki ketahanan cukup tinggi kini ikut terpuruk. Pasalnya, selama dua bulan belakangan ini, dengan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah daerah, banyak orang yang memilih berdiam diri di rumah sesuai anjuran pemerintah. Alhasil, aktivitas di sektor informal pun turut berhenti.
Pun demikian dengan aktivitas industri, selain sektor-sektor yang dikecualikan, mereka memilih tutup. Kita berharap kondisi ini tentu tidak berlarut-larut. Bagaimanapun roda ekonomi harus berputar meski risiko penyebaran virus masih mengancam.
Meski beberapa sektor usaha terpuruk, namun secercah harapan muncul di masa pendemi ini. Satu di antaranya e-commerce. Setidaknya ini diakui oleh satu di antara penyedia jasa e-commerce, yakni Blibli.com yang mengklaim terjadi kenaikan transaksi hingga 50% selama masa pandemi. Bahkan, untuk produk-produk UMKM lokal yang bergerak di bidang tertentu seperti makanan-minuman dan kesehatan, kenaikannya bisa mencapai 2-6 kali lipat.
Dalam sebuah diskusi virtual pertengahan pekan lalu, CEO Blibli.com Kusumo Martanto menyebutkan, potensi pasar untuk produk-produk UMKM ini sangat besar. Maklum saja, jumlah penduduk di Indonesia yang sebayak 270 juta orang merupakan yang terbesar keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Pada kesempatan itu dia juga mengajak para pelaku usaha memanfaatkan pasar dalam negeri melalui platform digital. Bukan tidak ingin go global, ujar dia, ini karena pasar di Tanah Air juga tak kalah seksi.
Pemerintah kini sedang menggencarkan kampanye berupa gerakan nasional #BanggaBuatanIndonesia yang diresmikan Presiden Joko Widodo pekan lalu. Dalam program ini, pemerintah ingin agar produk-produk buatan dalam negeri harus menjadi andalan bangsa, menumbuhkan kepercayaan diri bangsa Indonesia, sebagai bangsa yang besar, bangsa yang bangga terhadap karya bangsa sendiri, bangga terhadap kreativitas dan inovasi.
Potensi produk lokal untuk menjadi besar ini bukan mustahil. Apalagi, kini produk-produk nasional bisa terakselerasi secara baik dan masif ke pasar-pasar potensial melalui pemanfaatan teknologi digital. Harapannya, krisis yang sedang dihadapi bisa memunculkan kesempatan baru untuk memanfaatkan produk-produk buatan Indonesia seiring dengan masa adaptasi dengan kondisi new normal di masa pandemi Covid-19.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) pun tak ingin ketinggalan. Instansi tersebut berkomitmen secara konsisten untuk terus mendorong pembelian penggunaan produk buatan dalam negeri agar terus berkiprah. Dengan membangkitkan upaya ini, setidaknya ada harapan bagi para pelaku usaha di Indonesia untuk terus berproduksi dan terserap pasar di negeri sendiri.
Semangat inilah yang harus dijaga agar para pelaku usaha di Indonesia bisa terus berkiprah dan berkembang. Dengan membeli produk dalam negeri, efek berganda yang dihasilkan akan lebih besar. Akan lebih banyak pula pelaku usaha lain sama-sama bertumbuh.
Di masa pandemi virus korona (Covid-19) seperti sekarang memang banyak pelaku usaha yang terpuruk. Ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) pun tak terelakkan. Baru-baru ini Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bahkan memperkirakan ada sekitar 9 juta orang yang kehilangan pekerjaan akibat terdampak Covid-19. Sungguh angka yang sangat besar kendati secara resmi Kementerian Ketenagakerjaan menyatakan per awal Mei lalu terdapat 2,7 juta orang terkena PHK.
Data-data tersebut hendaknya menjadi pegangan para pengambil keputusan bahwa dampak korona tidak bisa dianggap remeh. Apalagi, dua bulan sejak kasus pertama korona diumumkan hingga hari ini, jumlah kasus positif terinfeksi belum ada tanda-tanda penurunan. Terkini, per Minggu (17/5) tercatat penambahan kasus positif sebanyak 489 orang menjadi total 17.514 orang. Adapun jumlah pasien meninggal sebanyak 1.148 dan pasien sembuh 4.129 orang.
Dengan aneka dampak negatif akibat Covid-19 ini, tak dimungkiri telah menyebabkan perekonomian nyaris ambruk. Data terkini, pertumbuhan ekonomi di kuartal I/2020 hanya tumbuh 2,97%, jauh dibanding kuartal-kuartal sebelumnya yang selalu terjaga di kisaran 5%. Kondisi ini menandakan lemahnya aktivitas ekonomi secara umum karena terdampak korona. Sektor konsumsi pun yang biasanya selalu tumbuh di atas 5% kini hanya tumbuh dua sekian persen.
Parahnya lagi, sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang juga biasanya memiliki ketahanan cukup tinggi kini ikut terpuruk. Pasalnya, selama dua bulan belakangan ini, dengan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah daerah, banyak orang yang memilih berdiam diri di rumah sesuai anjuran pemerintah. Alhasil, aktivitas di sektor informal pun turut berhenti.
Pun demikian dengan aktivitas industri, selain sektor-sektor yang dikecualikan, mereka memilih tutup. Kita berharap kondisi ini tentu tidak berlarut-larut. Bagaimanapun roda ekonomi harus berputar meski risiko penyebaran virus masih mengancam.
Meski beberapa sektor usaha terpuruk, namun secercah harapan muncul di masa pendemi ini. Satu di antaranya e-commerce. Setidaknya ini diakui oleh satu di antara penyedia jasa e-commerce, yakni Blibli.com yang mengklaim terjadi kenaikan transaksi hingga 50% selama masa pandemi. Bahkan, untuk produk-produk UMKM lokal yang bergerak di bidang tertentu seperti makanan-minuman dan kesehatan, kenaikannya bisa mencapai 2-6 kali lipat.
Dalam sebuah diskusi virtual pertengahan pekan lalu, CEO Blibli.com Kusumo Martanto menyebutkan, potensi pasar untuk produk-produk UMKM ini sangat besar. Maklum saja, jumlah penduduk di Indonesia yang sebayak 270 juta orang merupakan yang terbesar keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Pada kesempatan itu dia juga mengajak para pelaku usaha memanfaatkan pasar dalam negeri melalui platform digital. Bukan tidak ingin go global, ujar dia, ini karena pasar di Tanah Air juga tak kalah seksi.
Pemerintah kini sedang menggencarkan kampanye berupa gerakan nasional #BanggaBuatanIndonesia yang diresmikan Presiden Joko Widodo pekan lalu. Dalam program ini, pemerintah ingin agar produk-produk buatan dalam negeri harus menjadi andalan bangsa, menumbuhkan kepercayaan diri bangsa Indonesia, sebagai bangsa yang besar, bangsa yang bangga terhadap karya bangsa sendiri, bangga terhadap kreativitas dan inovasi.
Potensi produk lokal untuk menjadi besar ini bukan mustahil. Apalagi, kini produk-produk nasional bisa terakselerasi secara baik dan masif ke pasar-pasar potensial melalui pemanfaatan teknologi digital. Harapannya, krisis yang sedang dihadapi bisa memunculkan kesempatan baru untuk memanfaatkan produk-produk buatan Indonesia seiring dengan masa adaptasi dengan kondisi new normal di masa pandemi Covid-19.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) pun tak ingin ketinggalan. Instansi tersebut berkomitmen secara konsisten untuk terus mendorong pembelian penggunaan produk buatan dalam negeri agar terus berkiprah. Dengan membangkitkan upaya ini, setidaknya ada harapan bagi para pelaku usaha di Indonesia untuk terus berproduksi dan terserap pasar di negeri sendiri.
(thm)