Negara Kondisi Darurat Narkoba (3)
A
A
A
PEREDARAN narkoba semakin memprihatinkan. Target peredaran tersebut tidak hanya menyentuh kalangan remaja atau orang dewasa, namun sudah menyentuh kalangan anak-anak. Bahkan, dalam perkembangannya, semakin banyak jenis baru yang muncul di peredaran.
Seperti apa perkembangannya, diungkap oleh Kepala Badan Nasional Narkotika (BNN) Komjen Pol Budi Waseso dalam kesempatan wawancara dengan tim SINDO beberapa waktu lalu.
Apa jenis narkotika yang banyak diungkap?
Yang paling banyak adalah jenis ekstasi dan sabu-sabu. Karena jumlah yang besar dan mudah disusupkan adalah jenis itu. Sekarang jenis heroin sudah kurang, jenis jarum suntik juga kurang, karena itu agak sulit didapatkan dan harganya mahal, lalu penggunaannya sulit.
Kalau sabu dan ekstasi mudah dan itu barangnya lebih mudah dimasukkan dalam jumlah besar dan pemasukannya lebih mudah karena melalui pelabuhan-pelabuhan di seluruh Indonesia, termasuk pelabuhan tikus. Dan barangnya mudah disamarkan.
Berarti apa peredaran narkoba itu sudah sangat parah?
Justru itu, faktanya memang sudah seperti itu, sangat mengkhawatirkan. Tapi kan kepedulian masyarakat, instansi pemerintah yang punya tanggung jawab itu kan belum bereaksi secara serius. Padahal ini tanggung jawab bersama.
Maksud Anda?
Artinya semua (harus bertanggung jawab), apalagi presiden sudah menyampaikan negara dalam kondisi darurat narkoba. Kenapa saya katakan demikian, bukan karena korbannya sudah banyak tapi memang, coba sekarang lihat seluruh lini hingga tingkat terbawah sudah tersusupi.
Terus dari usia dari yang tua sampai terbawah sudah tersusupi. Dari kelompok pelajar, dari perguruan tinggi sampai anak TK sudah tersusupi. Dari kota sampai desa terpencil sudah tersusupi. Berarti ini sudah luar biasa.
Bisa dijelaskan soal anak TK yang sudah tersusupi narkoba?
Jadi anak TK ini adalah merupakan korban dari anak SD. Itu diciptakan oleh mafia narkotika, untuk meregenerasi pangsa pasar. Pangsa pasar ini harus mereka ciptakan karena pengguna sekarang dampak permanen kerusakan pada otak yang pada akhirnya organ tubuh yang akibat akhirnya memperpendek usia manusia.
Dengan ini akan pupus, meninggal. Tentunya mereka harus menciptakan pangsa pasar berikutnya. Bagaimana caranya? Yaitu ke anak TK, SD karena mudah, itu yang dibiayai dengan cara dicampur ke makanan, minuman, berupa permen.
Apakah BNN sudah menemukan kasus seperti itu?
Kita sudah kita temukan 4 kasus. Kita temukan dengan jaringannya itu dan sudah kita ungkap. Tentu ini harus jadi perhatian khusus untuk seluruh bangsa ini. Jadi tidak sesederhana itu.
Bagaimana Anda melihat ada oknum aparat yang bermain dalam kasus narkoba?
Kembali pada oknum yang sudah terkontaminasi, karena dia sudah membaca kesempatan, peluang. Akibatnya dia hanya menilai materi tanpa menilai akibat, kerugian bangsa, serta generasi. Ini yang saya sebut oknum. Ini harus dibersihkan. Yang punya pemahaman ini, terkontaminasi, harus bersih dari institusi penegak hukum, baik itu TNI/Polri, BNN dan lainnya. Jadi kita harus ambil tindakan tegas terhadap oknum ini. Jadi tidak ada kata maaf bagi oknum terlibat, harus ada yang dibersihkan.
Apa sudah ada temuan aparat yang terkontaminasi?
Sudah ada, empat orang dari BNN yang kita temukan terlibat dan sudah dilakukan pemecatan dan proses hukum sudah berjalan. Kita sudah bangun komitmen, bahwa siapapun, mulai dari Kepala BNN sampai ke bawah jika menggunakan (narkoba), apalagi terlibat dalam peredaran, kita pecat. Mengundurkan diri dan dipecat serta berhadapan dengan hukum. Jadi otomatis, nanti kalau saya terlibat otomatis juga akan dikeluarkan, dipecat dari pekerjaan.
Bagaimana Anda melihat maraknya narkoba jenis baru itu?
Iya ini tantangan. Oleh sebab itu program kita ke depan kita akan meningkatkan kemampuan, salah satunya adalah laboratorium kita. Jadi nanti laboratorium kita akan menjadi pusat laboratorium narkotika nasional. Jadi apapun jenis narkotika nanti akan diperiksa di laboratorium BNN. Dan kita sudah kerjasama dengan beberapa negara untuk mendeteksi itu.
Harapan kita kemampuan laboratorium kita setara dengan negara-negara besar. Jadi seperti di Amerika laboratoriumnya sudah mumpuni, jadi bisa tahu jenis dan turunannya. Sekarang kita belum karena memang keterbatasan yang ada di kita. Kalau personelnya kita sudah mumpuni, tapi kalau peralatannya belum.
Strategi apa lagi yang perlu dikuatkan untuk pemberantasan narkoba?
Kita juga ingin pengembangan fungsi deteksi. Intelijen kita perlu penguatan peralatan, sarana dan prasarana kita (perlu ditingkatkan), sehingga kita bisa terus mengikuti perkembangan masuknya jenis (narkoba) baru ke negara kita.
Bagaimana Anda melihat fenomena tembakau gorila?
Tembakau gorila ini efeknya sudah pasti dari hasil laboratorium 10 kali lipat dari tanaman ganja. Dan ketika orang mengonsumsi itu seketika laksana kuat, bahkan dia langsung ketagihan dan besoknya mencari lagi terus.
Sekarang barang itu sudah beredar. Karena itu kan sintetis, kita dengan mudah (dikelabuhi). Ada yang bentuknya bubuk, dicampur dengan kiriman bubuk biasa sehingga tidak terdeteksi. Karena modelnya sama, warnanya sama sehingga untuk mengetahuinya orang susah. Ini yang sedang kita ikuti terus pengiriman-pengiriman yang harus kita perhatikan seluruhnya.
Apa bahan sintetis itu sudah diproduksi di Indonesia?
Semua masih impor, di Indonesia belum bisa. Ini yang banyak dari China dan Taiwan. Hanya dua negara ini yang menciptakan barang itu. Negara lain belum ada, kita berkoordinasi dengan beberapa negara soal itu.
Produsen dan pelaku terus melakukan inovasi, bagaimana strategi Anda untuk mengatasinya?
Itu memang teknik mereka. Artinya bandar, produsen bagaimana mereka bisa menyebarkan sebanyak mungkin. Persoalan narkoba ini kan tidak mungkin hilang, persoalannya kan di penyalahgunaan, memang narkotika itu awalnya untuk pengobatan, penelitian, medis, tapi sekarang yang jadi permasalahan penyalahgunaan. Jadi ini terus akan beredar. Yang jelas, kita terus berupaya bagaimana demand, suplai betul-betul kita tangani.
Jadi untuk prekursor (bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan obat yang berada dalam pengawasan), kalau pembeli tidak ada, pangsa pasar juga tidak ada. Kan juga jadi terlambat. Termasuk misalnya pembeli banyak tapi suplai tidak ada. Tapi kalau keduanya bisa kita tangani permasalahan bisa kita atasi.
Apakah hal itu bisa dikatakan aparat kalah langkah dengan bandar narkoba?
Saya kira tidak ada kalah langkah. Artinya kita akan terus ikuti, mereka juga berkembng. Seperti mereka membuat jenis baru, itu kan awalnya untuk mengelabui aparat, sehingga ada yang jenisnya seperti tisu, makanan, bahkan minuman. Dia netral seperti minuman mineral padahal itu narkotika, ini kan upaya mereka.
Jadi mereka berupaya bagaimana dagangan mereka laku. Ini memang harus kita imbangi terus. Oleh sebab itu petugas juga harus berkembang dan terus mengikuti modus dari (pelaku) narkoba ini.
Apa langkah Anda untuk mengantisipasinya?
Kita juga harus selalu mengikuti. Di kala ada hal baru kita harus bekerja sama dengan luar negeri, dengan negara tertentu. Anggota juga harus dilatih, mengikuti terus. Oleh sebab itu ini harus bekerja simultan, terus-menerus.
Apa ada langkah preventif yang dilakukan BNN?
Sekarang sudah, preventif kan sudah kita lakukan seperti misalnya dulu kita hanya bicara masalah rehabilitasi, BNN seolah kerjanya hanya rehabilitasi. Padahal rehabilitasi itu adalah kegagalan dari program lain, pencegahan. Nah sekarang saya dari 4 peran yang ada di BNN (pencegahan, pemberantasan, pendayagunaan masyarakat, kerja sama) ini saya tingkatkan. Jadi semua penting, termasuk rehabilitasi.
Jadi kalau 4 ini kerjanya simultan dan ini terus-menerus, maka saya yakin rehabilitasi akan terus turun. Dan pada akhirnya kalau tidak ada korban, tidak ada yang menggunakan (narkoba), tidak perlu ada rehabilitasi.
Tapi kan saya pikir, yang perlu kita lakukan masalah 4 fungsi pencegahan, pemberantasan, (pendayagunaan masyarakat) dan kerja sama. Sehingga harapan saya nanti begitu kita bisa masif bekerja yang (fungsi) 4 ini, pengguna akan turun.
Seperti apa perkembangannya, diungkap oleh Kepala Badan Nasional Narkotika (BNN) Komjen Pol Budi Waseso dalam kesempatan wawancara dengan tim SINDO beberapa waktu lalu.
Apa jenis narkotika yang banyak diungkap?
Yang paling banyak adalah jenis ekstasi dan sabu-sabu. Karena jumlah yang besar dan mudah disusupkan adalah jenis itu. Sekarang jenis heroin sudah kurang, jenis jarum suntik juga kurang, karena itu agak sulit didapatkan dan harganya mahal, lalu penggunaannya sulit.
Kalau sabu dan ekstasi mudah dan itu barangnya lebih mudah dimasukkan dalam jumlah besar dan pemasukannya lebih mudah karena melalui pelabuhan-pelabuhan di seluruh Indonesia, termasuk pelabuhan tikus. Dan barangnya mudah disamarkan.
Berarti apa peredaran narkoba itu sudah sangat parah?
Justru itu, faktanya memang sudah seperti itu, sangat mengkhawatirkan. Tapi kan kepedulian masyarakat, instansi pemerintah yang punya tanggung jawab itu kan belum bereaksi secara serius. Padahal ini tanggung jawab bersama.
Maksud Anda?
Artinya semua (harus bertanggung jawab), apalagi presiden sudah menyampaikan negara dalam kondisi darurat narkoba. Kenapa saya katakan demikian, bukan karena korbannya sudah banyak tapi memang, coba sekarang lihat seluruh lini hingga tingkat terbawah sudah tersusupi.
Terus dari usia dari yang tua sampai terbawah sudah tersusupi. Dari kelompok pelajar, dari perguruan tinggi sampai anak TK sudah tersusupi. Dari kota sampai desa terpencil sudah tersusupi. Berarti ini sudah luar biasa.
Bisa dijelaskan soal anak TK yang sudah tersusupi narkoba?
Jadi anak TK ini adalah merupakan korban dari anak SD. Itu diciptakan oleh mafia narkotika, untuk meregenerasi pangsa pasar. Pangsa pasar ini harus mereka ciptakan karena pengguna sekarang dampak permanen kerusakan pada otak yang pada akhirnya organ tubuh yang akibat akhirnya memperpendek usia manusia.
Dengan ini akan pupus, meninggal. Tentunya mereka harus menciptakan pangsa pasar berikutnya. Bagaimana caranya? Yaitu ke anak TK, SD karena mudah, itu yang dibiayai dengan cara dicampur ke makanan, minuman, berupa permen.
Apakah BNN sudah menemukan kasus seperti itu?
Kita sudah kita temukan 4 kasus. Kita temukan dengan jaringannya itu dan sudah kita ungkap. Tentu ini harus jadi perhatian khusus untuk seluruh bangsa ini. Jadi tidak sesederhana itu.
Bagaimana Anda melihat ada oknum aparat yang bermain dalam kasus narkoba?
Kembali pada oknum yang sudah terkontaminasi, karena dia sudah membaca kesempatan, peluang. Akibatnya dia hanya menilai materi tanpa menilai akibat, kerugian bangsa, serta generasi. Ini yang saya sebut oknum. Ini harus dibersihkan. Yang punya pemahaman ini, terkontaminasi, harus bersih dari institusi penegak hukum, baik itu TNI/Polri, BNN dan lainnya. Jadi kita harus ambil tindakan tegas terhadap oknum ini. Jadi tidak ada kata maaf bagi oknum terlibat, harus ada yang dibersihkan.
Apa sudah ada temuan aparat yang terkontaminasi?
Sudah ada, empat orang dari BNN yang kita temukan terlibat dan sudah dilakukan pemecatan dan proses hukum sudah berjalan. Kita sudah bangun komitmen, bahwa siapapun, mulai dari Kepala BNN sampai ke bawah jika menggunakan (narkoba), apalagi terlibat dalam peredaran, kita pecat. Mengundurkan diri dan dipecat serta berhadapan dengan hukum. Jadi otomatis, nanti kalau saya terlibat otomatis juga akan dikeluarkan, dipecat dari pekerjaan.
Bagaimana Anda melihat maraknya narkoba jenis baru itu?
Iya ini tantangan. Oleh sebab itu program kita ke depan kita akan meningkatkan kemampuan, salah satunya adalah laboratorium kita. Jadi nanti laboratorium kita akan menjadi pusat laboratorium narkotika nasional. Jadi apapun jenis narkotika nanti akan diperiksa di laboratorium BNN. Dan kita sudah kerjasama dengan beberapa negara untuk mendeteksi itu.
Harapan kita kemampuan laboratorium kita setara dengan negara-negara besar. Jadi seperti di Amerika laboratoriumnya sudah mumpuni, jadi bisa tahu jenis dan turunannya. Sekarang kita belum karena memang keterbatasan yang ada di kita. Kalau personelnya kita sudah mumpuni, tapi kalau peralatannya belum.
Strategi apa lagi yang perlu dikuatkan untuk pemberantasan narkoba?
Kita juga ingin pengembangan fungsi deteksi. Intelijen kita perlu penguatan peralatan, sarana dan prasarana kita (perlu ditingkatkan), sehingga kita bisa terus mengikuti perkembangan masuknya jenis (narkoba) baru ke negara kita.
Bagaimana Anda melihat fenomena tembakau gorila?
Tembakau gorila ini efeknya sudah pasti dari hasil laboratorium 10 kali lipat dari tanaman ganja. Dan ketika orang mengonsumsi itu seketika laksana kuat, bahkan dia langsung ketagihan dan besoknya mencari lagi terus.
Sekarang barang itu sudah beredar. Karena itu kan sintetis, kita dengan mudah (dikelabuhi). Ada yang bentuknya bubuk, dicampur dengan kiriman bubuk biasa sehingga tidak terdeteksi. Karena modelnya sama, warnanya sama sehingga untuk mengetahuinya orang susah. Ini yang sedang kita ikuti terus pengiriman-pengiriman yang harus kita perhatikan seluruhnya.
Apa bahan sintetis itu sudah diproduksi di Indonesia?
Semua masih impor, di Indonesia belum bisa. Ini yang banyak dari China dan Taiwan. Hanya dua negara ini yang menciptakan barang itu. Negara lain belum ada, kita berkoordinasi dengan beberapa negara soal itu.
Produsen dan pelaku terus melakukan inovasi, bagaimana strategi Anda untuk mengatasinya?
Itu memang teknik mereka. Artinya bandar, produsen bagaimana mereka bisa menyebarkan sebanyak mungkin. Persoalan narkoba ini kan tidak mungkin hilang, persoalannya kan di penyalahgunaan, memang narkotika itu awalnya untuk pengobatan, penelitian, medis, tapi sekarang yang jadi permasalahan penyalahgunaan. Jadi ini terus akan beredar. Yang jelas, kita terus berupaya bagaimana demand, suplai betul-betul kita tangani.
Jadi untuk prekursor (bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan obat yang berada dalam pengawasan), kalau pembeli tidak ada, pangsa pasar juga tidak ada. Kan juga jadi terlambat. Termasuk misalnya pembeli banyak tapi suplai tidak ada. Tapi kalau keduanya bisa kita tangani permasalahan bisa kita atasi.
Apakah hal itu bisa dikatakan aparat kalah langkah dengan bandar narkoba?
Saya kira tidak ada kalah langkah. Artinya kita akan terus ikuti, mereka juga berkembng. Seperti mereka membuat jenis baru, itu kan awalnya untuk mengelabui aparat, sehingga ada yang jenisnya seperti tisu, makanan, bahkan minuman. Dia netral seperti minuman mineral padahal itu narkotika, ini kan upaya mereka.
Jadi mereka berupaya bagaimana dagangan mereka laku. Ini memang harus kita imbangi terus. Oleh sebab itu petugas juga harus berkembang dan terus mengikuti modus dari (pelaku) narkoba ini.
Apa langkah Anda untuk mengantisipasinya?
Kita juga harus selalu mengikuti. Di kala ada hal baru kita harus bekerja sama dengan luar negeri, dengan negara tertentu. Anggota juga harus dilatih, mengikuti terus. Oleh sebab itu ini harus bekerja simultan, terus-menerus.
Apa ada langkah preventif yang dilakukan BNN?
Sekarang sudah, preventif kan sudah kita lakukan seperti misalnya dulu kita hanya bicara masalah rehabilitasi, BNN seolah kerjanya hanya rehabilitasi. Padahal rehabilitasi itu adalah kegagalan dari program lain, pencegahan. Nah sekarang saya dari 4 peran yang ada di BNN (pencegahan, pemberantasan, pendayagunaan masyarakat, kerja sama) ini saya tingkatkan. Jadi semua penting, termasuk rehabilitasi.
Jadi kalau 4 ini kerjanya simultan dan ini terus-menerus, maka saya yakin rehabilitasi akan terus turun. Dan pada akhirnya kalau tidak ada korban, tidak ada yang menggunakan (narkoba), tidak perlu ada rehabilitasi.
Tapi kan saya pikir, yang perlu kita lakukan masalah 4 fungsi pencegahan, pemberantasan, (pendayagunaan masyarakat) dan kerja sama. Sehingga harapan saya nanti begitu kita bisa masif bekerja yang (fungsi) 4 ini, pengguna akan turun.
(kur)