Nenek Moyang dari Gowa, Istri dari Minang

Sabtu, 23 April 2016 - 05:32 WIB
Nenek Moyang dari Gowa, Istri dari Minang
Nenek Moyang dari Gowa, Istri dari Minang
A A A
SIAPA yang menyangka ternyata Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak memiliki beberapa kesamaan dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Nenek moyang Najib berasal dari Gowa dan istrinya dari Minang.

Sekarang kami mau bertanya mengenai pribadi Bapak. Menurut informasi yang kami dapat bahwa Pak Najib ini dari Indonesia. Apakah benar demikian?

Ya saya dari Gowa. Saya punya family (keluarga) ya, asal usul ya. Ya masih ada makam-makamnya. Saya sering ke sana. Saya sudah tiga kali. Saya kenal-kenal begitulah dengan orang-orang di sana. Tapi tidak begitu. Sebab saya ini keturunan yang kesebelas. Jadi sudah sekian lama.

Apakah keluarga Pak Najib dengan Pak JK ada hubungan juga?

Hubungan dari tempat yang sama. Tapi mungkin tak adalah secara langsung dengan keluarga. Tapi sentimennya ada, sentimen Bugis ya.

Istri Bapak juga dari Minang?

Ya ini satu keanehannya. Keunikannya. Istri saya asal Minang. Istri Pak JK pun Minang juga. Jadi Minang dengan Bugis. Jadi satu kebetulan. Dan bila anak saya baru ini, istri Pak JK mengantar rombongan dari Sulawesi untuk membantu dari segi adat Bugis. Jadi sebahagian dari urusan tu kita buat cara orang Bugis

Bapak hobinya sekarang ini apa? Hobi yang sering Bapak lakukan?

Hobi saya kalau ada masa lapang saya suka baca buku. Saya suka main golf ataupun exercise (olahraga) di dalam gym. Dan menonton TV kalau ada program sport, program documentary, dan sebagainya

Katanya suka kucing Pak?

Ya suka. Gemes. Di rumah ada banyak kucing.

Kita pingin tahu dulu karier berpolitik Bapak. Katanya ketika masuk jadi parlemen usia 22 tahun?

Ya saya masuk parlemen usianya 22 tahun. Waktu itu pada tahun 1976. Usia yang sangat muda.

Dan juga katanya Menteri Besar termuda?

Barangkali ya.

Bagaimana Bapak bisa membangun karier politik dengan sangat cepat? Apa tahapan-tahapannya?

Saya buat buat peringkat-peringkat sebenarnya. Ya saya tidak naik secara mendadak. Saya mulai dari bawah. Saya naik menteri besar, jadi menteri, dan pelbagai portofolio dulu sebelum jadi jabatan menteri. Jadi setiap tahap. Saya melangkah secara berperingkat-peringkat dan salah satu daripada keunikannya, saya tak pernah melawan sesiapa di dalam politik.

Maknanya saya tidak pernah bertanding untuk mengalahkan sesiapa pun. Bila ada kekosongan saya menawarkan diri. Tidak tidak, saya tidak pernah bertarung politik untuk satu posisi jabatan politik. Tapi kalau jabatan macam naik-naik presiden tu ada tiga jawatan. Jadi bila bertanding enam orang tu, saya ada di antara enam yang bertanding.

Bagaimana keluarga mendukung karier politik Bapak?

Ya bunda saya memberi sokongan, doa, dan restu, walaupun tak ada lah sangat mencampuri urusan. Tetapi doa restu bunda itu besar manfaatnya. Dan dengan izin Allah saya dapat memberi sesuatu kepuasaan ke diri saya. Itu sebab saya terus berjuang dalam politik

Ayahnya Pak Najib juga katanya perdana menteri?

Ayah saya perdana menteri yang kedua. Tapi anehnya ayah saya tidak mau saya jadi orang politik. Dia mau saya jadi seorang akuntan. Tapi saya pilih untuk masuk universitas dan balik sini. Kebetulan ayah meninggal dunia sehingga timbul desakan tuk saya ambil alih tempatnya.

Apa pengaruh ayah terhadap karier politik?

Pengaruh dari segi kesadaran politik dan cara dia berpolitik, cara dia menakbir negara, dan sebagainya. Tetapi tidak secara langsung. Maknanya bukan dirancang, bukan dikata awak mesti jadi ini, tidak.

Usia berapa bapak ketika ayah meninggal?

22 tahun. Jadi ayah meninggal, saya baru masuk politik. Saya berbeda dengan setengah yang lain. Bapak mereka ada untuk pastikan mereka naik. Saya tidak ada. Saya semua bersandar pada good will yang telah ditinggalkan ayah saya. Jadi bila saya masuk ke dalam politik, banyak yang menyokong Tun Razak dahulu menyokong saya juga.
(kur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3140 seconds (0.1#10.140)