Meski Corona RI Bukan Terbesar di Dunia, Masyarakat Diminta Tetap Waspada
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sudah lebih dari 12,5 juta orang terkonfirmasi positif virus Corona (Covid-19) di seluruh dunia. Bahkan, lebih dari setengah juta di antara mereka yang ada di Indonesia meninggal dunia.
(Baca juga: Bertambah 1.282 Kasus, Total 76.981 Orang Positif Covid-19)
Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan Covid-19, dr. Reisa Broto Asmoro mengatakan negara-negara dengan kasus positif dan fatalitas tertinggi terdapat di belahan dunia seperti Amerika Serikat, Brazil dan Peru.
"Di luar wilayah yang disebut WHO sebagai the americas ada juga di India dan Rusia dengan kasus dan jumlah kematian yang tinggi," kata Reisa di Media Center Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan Covid-19 Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Senin (13/7/2020).
(Baca juga: Kemlu: 1.175 WNI di Luar Negeri Positif Corona, 772 Sembuh, 90 Meninggal)
Meskipun Indonesia bukan sebagai negara penyumbang kasus maupun kematian Covid-19 tertinggi, namun Reisa meminta masyarakat tetap waspada. "Negara kita bukanlah negara dengan kasus terbesar atau kematian terbanyak karena Corona. Meski ini bukan berarti kita jadi lengah dan mulai tidak waspada," tuturnya.
Reisa mengatakan sama seperti negara lainnya di dunia, tantangan yang dihadapi Indonesia setelah 4 bulan menghadapi pandemi adalah menekan lonjakan kasus. Dan mencegah agar pasien Covid-19 tidak membanjiri fasilitas kesehatan dan memberikan beban tambahan kepada para tenaga medis.
"Alhamdulillah berkat kerja keras tanpa henti dari semua bagian masyarakat dengan semangat bela negara dan gotong-royong hari ini kita berhasil menyembuhkan lebih banyak orang lebih dari 35.600 orang sudah pulih kembali. Angka kesembuhan kita mencapai sekitar 50% dari seluruh total kasusnya," kata Reisa.
Namun, pandemi Covid-19 kata Reisa juga memberikan dampak negatif terutama pada sektor sosial dan ekonomi masyarakat. "Saudara-saudari yang harus kita cermati adalah Covid-19 juga memberi dampak negatif kepada kehidupan sosial ekonomi. Ada jutaan saudara kita yang kehilangan pekerjaan dan situasi tersebut nantinya akan mengancam asupan gizi yang kemudian mendorong saling mempengaruhi kondisi fisik dan mental dan akhirnya mempengaruhi kesehatan mereka.”
Oleh karena itu kata Reisa, aktivitas masyarakat harus kembali ditingkatkan. Tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat. "Inilah yang kita sebut dengan adaptasi Kebiasaan Baru. Sebagaimana umumnya beradaptasi dengan kebiasaan baru sebagian kita ada yang lebih cepat sebagian memerlukan waktu yang lebih. Sekali lagi karena luas wilayah dan kepadatan setiap provinsi kabupaten kota kita semua berbeda-beda," ungkapnya.
(Baca juga: Bertambah 1.282 Kasus, Total 76.981 Orang Positif Covid-19)
Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan Covid-19, dr. Reisa Broto Asmoro mengatakan negara-negara dengan kasus positif dan fatalitas tertinggi terdapat di belahan dunia seperti Amerika Serikat, Brazil dan Peru.
"Di luar wilayah yang disebut WHO sebagai the americas ada juga di India dan Rusia dengan kasus dan jumlah kematian yang tinggi," kata Reisa di Media Center Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan Covid-19 Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Senin (13/7/2020).
(Baca juga: Kemlu: 1.175 WNI di Luar Negeri Positif Corona, 772 Sembuh, 90 Meninggal)
Meskipun Indonesia bukan sebagai negara penyumbang kasus maupun kematian Covid-19 tertinggi, namun Reisa meminta masyarakat tetap waspada. "Negara kita bukanlah negara dengan kasus terbesar atau kematian terbanyak karena Corona. Meski ini bukan berarti kita jadi lengah dan mulai tidak waspada," tuturnya.
Reisa mengatakan sama seperti negara lainnya di dunia, tantangan yang dihadapi Indonesia setelah 4 bulan menghadapi pandemi adalah menekan lonjakan kasus. Dan mencegah agar pasien Covid-19 tidak membanjiri fasilitas kesehatan dan memberikan beban tambahan kepada para tenaga medis.
"Alhamdulillah berkat kerja keras tanpa henti dari semua bagian masyarakat dengan semangat bela negara dan gotong-royong hari ini kita berhasil menyembuhkan lebih banyak orang lebih dari 35.600 orang sudah pulih kembali. Angka kesembuhan kita mencapai sekitar 50% dari seluruh total kasusnya," kata Reisa.
Namun, pandemi Covid-19 kata Reisa juga memberikan dampak negatif terutama pada sektor sosial dan ekonomi masyarakat. "Saudara-saudari yang harus kita cermati adalah Covid-19 juga memberi dampak negatif kepada kehidupan sosial ekonomi. Ada jutaan saudara kita yang kehilangan pekerjaan dan situasi tersebut nantinya akan mengancam asupan gizi yang kemudian mendorong saling mempengaruhi kondisi fisik dan mental dan akhirnya mempengaruhi kesehatan mereka.”
Oleh karena itu kata Reisa, aktivitas masyarakat harus kembali ditingkatkan. Tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat. "Inilah yang kita sebut dengan adaptasi Kebiasaan Baru. Sebagaimana umumnya beradaptasi dengan kebiasaan baru sebagian kita ada yang lebih cepat sebagian memerlukan waktu yang lebih. Sekali lagi karena luas wilayah dan kepadatan setiap provinsi kabupaten kota kita semua berbeda-beda," ungkapnya.
(maf)