Ekonomi Lokal Benteng Hadapi Resesi

Senin, 09 Januari 2023 - 10:30 WIB
loading...
Ekonomi Lokal Benteng Hadapi Resesi
Candra Fajri Ananda/FOTO.DOK KORAN SINDO
A A A
Candra Fajri Ananda
Staf Khusus Menteri Keuangan RI

Memasuki 2023, ancaman pelemahan ekonomi masih membayangi dunia. Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan tahun ini akan menjadi warsa yang tak mudah bagi perekonomian global karena mesin utama pertumbuhan seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China masih mengalami pelemahan.

Sebagai penghasil sejumlah komoditas utama di dunia, invasi Rusia dan Ukraina berdampak signifikan terhadap perekonomian global. Perang telah menyebabkan terhambatnya pasokan energi ke Eropa serta terganggunyasupply chainbeberapa komoditas ke sejumlah negara di dunia.

Kondisi tersebut telah mempengaruhi kinerja industri dan rumah tangga karena inflasi yang merangkak naik dan mendorong kenaikan harga bahan makanan dan komoditas, termasuk bahan bakar minyak (BBM).

Berbagai dinamika global yang terjadi patut menjadi pengingat agar Indonesia tetap waspada menjaga ekonomi domestik dan optimistis menghadapi tantangan ekonomi dunia. Kewaspadaan ini didasarkan pada proyeksi Asian Development Bank (ADB) yang memangkas pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 menjadi 4,8% secara tahunan (year on year/yoy), menurun dibandingkan perkiraan sebelumnya 5%.

Bank Dunia juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,8% pada 2023. Padahal sebelumnya ekonomi Indonesia diproyeksi akan tumbuh 5,1% pada 2023.Selain itu, Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dalam menyatakan ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,7% pada 2023, turun dari proyeksi awal yang sebesar 4,8%. Karena melemahnya permintaan domestik dan pertumbuhan konsumsi di sektor swasta yang tertahan karena inflasi yang masih tinggi.

Selain bayangan inflasi, perekonomian Indonesia masih dibayangi persoalan global seperti energi, pupuk dan pangan. Dinamika politik menjelang Pemilihan Presiden dan legislatif pada 2024 juga sudah mulai terasa.

Para pelaku usaha saat ini berhati-hati melakukan ekspansi bisnis akibat indikator pasar domestik yang mengindikasikan potensi kontraksi dalam jangka pendek-menengah. Penyebabnya tak laina karena inflasi yang masih belum mereda.

Kenaikan beban biaya produksi, menjadi penghambat dalam keputusan ekspansi usaha dan menekan para pengusaha pada level ‘borderline’. Kewaspadaan ini sangat penting bagi semua kalangan termasuk pemerintah dalam mengelola APBN.

Sejumlah lembaga internasional juga menyarankan perlunya Indonesia mengelola tantangan eksternal dengan baik guna mempertahankan pertumbuhan yang kuat.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1449 seconds (0.1#10.140)