Mental Baja! Aksi Berani Mati Prajurit TNI di Lebanon Ini Bikin Pasukan Israel Mundur
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mental baja. Kata ini sepertinya tepat untuk menggambarkan sosok Serda Basuki, prajurit TNI Angkatan Darat yang bertugas sebagai Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon Selatan pada 2013 silam. Betapa tidak, berkat aksi nekatnya, tentara Israel dan Lebanon yang sudah saling berhadapan siap bertempur, akhirnya mundur!
Kisah ini terjadi pada pertengahan Oktober 2013. Situasi keamanan Lebanon saat itu membara karena terjadi kontak senjata antara Angkatan Darat Lebanon (Lebanese Armed Forces/LAF) dan Tentara Pertahanan Israel (Israel Defence Forces/IDF). Baku tembak itu menewaskan 10 tentara Lebanon termasuk seorang perwira menengah berpangkat letnan kolonel.
Insiden ini jelas membuat pekerjaan Satgas Indobatt (Indonesian Battalion) Kontingen Garuda XXIII-G/UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) semakin berat. Mau tak mau mereka harus meningkatkan kewaspadaan. Ini pula yang dilakukan Kompi Mekanik Alpha Indobatt di bawah pimpinan Lettu Inf Muhammad Syarini Yahya Ginting. Serda Basuki termasuk anggota kompi ini.
Dinas Sejarah Angkatan Darat dalam buku seri bacaan prajurit berjudul “Sosok Prajurit Profesional, Berdisiplin Tinggi, Jago Perang, Jago Tembak, Jago Bela Diri dan Fisik Prima” mengisahkan, dua minggu setelah kejadian itu atau persisnya pada 28 Oktober 2013, Tim 4 Kompi Mekanik Alpha Indobatt ditugasi menjaga TP-37. Tim itu dikomandani Serda Basuki.
“Tugas jaga itu dilakukan Serda Basuki bersama enam personel. Mereka mengawasi titik perbatasan melalui pos pantau,” tulis Disjarahad, dikutip Rabu (3/1/2023).
Laman resmi TNI menyebutkan, TP-37 masuk dalam wilayah perbatasan (blue line) antara Lebanon dengan Israel. Regu jaga yang dipimpin Serda Basuki itu menggunakan teropong jarak jauh untuk memantau keadaan. Tiba-tiba, teropong menangkap pergerakan beberapa personel IDF mengendap-endap di balik gundukan pasir.
Tentara Israel itu dalam posisi tiarap. Moncong senjata diarahkan kepada sekelompok pasukan Lebanon yang sedang melaksanakan patrol di kawasan tersebut. Para tentara LAF itu tak sadar bahwa tubuh mereka telah dibidik peluru tajam yang siap menghujam setiap saat.
Pantang Takut demi Tugas
Sadar situasi berbahaya, Serda Basuki dan timnya sigap bertindak. Mereka bergerak cepat ke titik perbatasan itu. Tak lupa mereka membawa Bendera PBB dan mengibar-kibarkannya. Para pasukan TNI AD ini juga berseru kencang-kencang: “Peace..peace..peace. (Damai, damai, damai)."
Saat itu juga personel Indobatt tersebut membentuk formasi penyekatan. Sebagian menghadap pasukan Lebanon, sisanya ke Israel. Serda Basuki termasuk menghadapkan tubuhnya ke pasukan zionis yang siap memuntahkan peluru panas dari kejauhan.
Situasi menjadi sangat mencekam. Tentara Lebanon pun sadar mereka menjadi sasaran tembak. Seketika itu juga para serdadu LAF itu mengarahkan senjata ke pasukan Indobatt, dan sebagian lainnya mengarah ke Israel.
Serda Basuki dkk kini seperti terjebak. Di satu sisi mereka menghadapi moncong senapan Israel dan di sisi lain senjata tentara Lebanon juga siap meledak.
Apa yang terjadi? Pasukan Indobatt tak sedikit pun gentar. Mengingat tugas dan misi sebagai Pasukan Perdamaian PBB, Serda Basuki meminta kedua pihak untuk menurunkan senjata. Semula permintaan itu tak digubris.
“Akhirnya melalui negosiasi alot meski dalam komunikasi dalam bahasa setempat yang tak lancar, Serda Basuki bisa meyakinkan LAF-IDF agar saling sepakat menghentikan pertumpahan darah,” tulis Disjarahad.
Berkat Serda Basuki dkk, LAF-IDF meninggalkan kawasan berstatus quo itu tanpa aksi balasan lanjutan. Sejak kejadian itu, situasi keamanan TP-37 kembali normal sampai masa tugas mereka berakhir. Apa pun, aksi heroik Basuki itu terdengar hingga ke markas besar UNIFIL di Naqoura.
Menerima laporan tersebut Force Commander Mayjen Paolo Serra memberikan apresiasi dan penghargaan kepada Indobatt. "Satgas Indobatt dinilai telah berhasil melaksanakan Mandat UNSCR 1701 sesuai STIR (Standardised Tantical Incident Reaction) V.26 point 2 (Foreseeable Blue Line Ground Incident Between LAF and IDF),” kata Paolo dalam keterangan resmi TNI.
Prajurit dari Lamongan
Foto/Disjarah AD
Serda Basuki dilahirkan di Lamongan, Jawa Timur pada 14 Juli 1976. Impiannya menjadi prajurit TNI terwujud ketika dia lulus seleksi pendidikan Sekolah Calon Tamtama pada 1998. Berpangkat Pratu, dia selanjutnya bergabung sebagai anggota Yonif 507/Sikatan Kodam V Brawijaya.
Kala itu, dia ditugaskan sebagai personel Penembak Kompi Senapan. Seiring perjalanan waktu, dia menembus pangkat kopral hingga bisa mengikuti pendidikan Sekolah Calon Bintara atau Secaba. Lulus, Basuki yang selanjutnya berpangkat Serda, dia kembali ke Sikatan yang telah berubah nama menjadi Yonif 507Raider Kodam V Brawijaya.
Semasa inilah Yonif 507/Raider mendapat kesempatan bergabung dalam Satgas Indobatt. Serda Basuki menjadi salah satu anggota yang dikirim ke Lebanon Selatan. Secara keseluruhan 1.169 prajurit menjalankan Misi Perdamaian PBB di bawah pimpinan Kolonel Inf Lucky Avianto (kini Kapusdiklat BIN dengan pangkat brigjen).
Lewat aksi heroik di wilayah konflik Lebanon itu, Basuki mendapatkan berbagai penghargaan mulai dari LAF, The United Nations Peacekeeping Medal dari Force Commander dan Garuda Brevet. Penghargaan-penghargaan ini, tulis Disjarahad, diberikan dalam apel luar biasa di Lapangan Soekarno, Markas Indobatt, Lebanon Selatan.
Keberanian dan mental baja Serda Basuki dkk seperti mengimplementasikan ucapan menggelegar KSAD waktu itu, Jenderal TNI Mulyono. “Jadilah sosok prajurit profesional yang berdisiplin tinggi, jago perang, jago tembak, jago beladiri dan memiliki fisik prima,” kata Mulyono.
Lihat Juga: Temui Sekjen PBB Antonio Guterres, Prabowo Tekankan Kesiapan Indonesia Kirim Pasukan Penjaga Perdamaian
Kisah ini terjadi pada pertengahan Oktober 2013. Situasi keamanan Lebanon saat itu membara karena terjadi kontak senjata antara Angkatan Darat Lebanon (Lebanese Armed Forces/LAF) dan Tentara Pertahanan Israel (Israel Defence Forces/IDF). Baku tembak itu menewaskan 10 tentara Lebanon termasuk seorang perwira menengah berpangkat letnan kolonel.
Insiden ini jelas membuat pekerjaan Satgas Indobatt (Indonesian Battalion) Kontingen Garuda XXIII-G/UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) semakin berat. Mau tak mau mereka harus meningkatkan kewaspadaan. Ini pula yang dilakukan Kompi Mekanik Alpha Indobatt di bawah pimpinan Lettu Inf Muhammad Syarini Yahya Ginting. Serda Basuki termasuk anggota kompi ini.
Dinas Sejarah Angkatan Darat dalam buku seri bacaan prajurit berjudul “Sosok Prajurit Profesional, Berdisiplin Tinggi, Jago Perang, Jago Tembak, Jago Bela Diri dan Fisik Prima” mengisahkan, dua minggu setelah kejadian itu atau persisnya pada 28 Oktober 2013, Tim 4 Kompi Mekanik Alpha Indobatt ditugasi menjaga TP-37. Tim itu dikomandani Serda Basuki.
“Tugas jaga itu dilakukan Serda Basuki bersama enam personel. Mereka mengawasi titik perbatasan melalui pos pantau,” tulis Disjarahad, dikutip Rabu (3/1/2023).
Laman resmi TNI menyebutkan, TP-37 masuk dalam wilayah perbatasan (blue line) antara Lebanon dengan Israel. Regu jaga yang dipimpin Serda Basuki itu menggunakan teropong jarak jauh untuk memantau keadaan. Tiba-tiba, teropong menangkap pergerakan beberapa personel IDF mengendap-endap di balik gundukan pasir.
Tentara Israel itu dalam posisi tiarap. Moncong senjata diarahkan kepada sekelompok pasukan Lebanon yang sedang melaksanakan patrol di kawasan tersebut. Para tentara LAF itu tak sadar bahwa tubuh mereka telah dibidik peluru tajam yang siap menghujam setiap saat.
Pantang Takut demi Tugas
Sadar situasi berbahaya, Serda Basuki dan timnya sigap bertindak. Mereka bergerak cepat ke titik perbatasan itu. Tak lupa mereka membawa Bendera PBB dan mengibar-kibarkannya. Para pasukan TNI AD ini juga berseru kencang-kencang: “Peace..peace..peace. (Damai, damai, damai)."
Saat itu juga personel Indobatt tersebut membentuk formasi penyekatan. Sebagian menghadap pasukan Lebanon, sisanya ke Israel. Serda Basuki termasuk menghadapkan tubuhnya ke pasukan zionis yang siap memuntahkan peluru panas dari kejauhan.
Situasi menjadi sangat mencekam. Tentara Lebanon pun sadar mereka menjadi sasaran tembak. Seketika itu juga para serdadu LAF itu mengarahkan senjata ke pasukan Indobatt, dan sebagian lainnya mengarah ke Israel.
Serda Basuki dkk kini seperti terjebak. Di satu sisi mereka menghadapi moncong senapan Israel dan di sisi lain senjata tentara Lebanon juga siap meledak.
Apa yang terjadi? Pasukan Indobatt tak sedikit pun gentar. Mengingat tugas dan misi sebagai Pasukan Perdamaian PBB, Serda Basuki meminta kedua pihak untuk menurunkan senjata. Semula permintaan itu tak digubris.
“Akhirnya melalui negosiasi alot meski dalam komunikasi dalam bahasa setempat yang tak lancar, Serda Basuki bisa meyakinkan LAF-IDF agar saling sepakat menghentikan pertumpahan darah,” tulis Disjarahad.
Berkat Serda Basuki dkk, LAF-IDF meninggalkan kawasan berstatus quo itu tanpa aksi balasan lanjutan. Sejak kejadian itu, situasi keamanan TP-37 kembali normal sampai masa tugas mereka berakhir. Apa pun, aksi heroik Basuki itu terdengar hingga ke markas besar UNIFIL di Naqoura.
Menerima laporan tersebut Force Commander Mayjen Paolo Serra memberikan apresiasi dan penghargaan kepada Indobatt. "Satgas Indobatt dinilai telah berhasil melaksanakan Mandat UNSCR 1701 sesuai STIR (Standardised Tantical Incident Reaction) V.26 point 2 (Foreseeable Blue Line Ground Incident Between LAF and IDF),” kata Paolo dalam keterangan resmi TNI.
Prajurit dari Lamongan
Foto/Disjarah AD
Serda Basuki dilahirkan di Lamongan, Jawa Timur pada 14 Juli 1976. Impiannya menjadi prajurit TNI terwujud ketika dia lulus seleksi pendidikan Sekolah Calon Tamtama pada 1998. Berpangkat Pratu, dia selanjutnya bergabung sebagai anggota Yonif 507/Sikatan Kodam V Brawijaya.
Kala itu, dia ditugaskan sebagai personel Penembak Kompi Senapan. Seiring perjalanan waktu, dia menembus pangkat kopral hingga bisa mengikuti pendidikan Sekolah Calon Bintara atau Secaba. Lulus, Basuki yang selanjutnya berpangkat Serda, dia kembali ke Sikatan yang telah berubah nama menjadi Yonif 507Raider Kodam V Brawijaya.
Semasa inilah Yonif 507/Raider mendapat kesempatan bergabung dalam Satgas Indobatt. Serda Basuki menjadi salah satu anggota yang dikirim ke Lebanon Selatan. Secara keseluruhan 1.169 prajurit menjalankan Misi Perdamaian PBB di bawah pimpinan Kolonel Inf Lucky Avianto (kini Kapusdiklat BIN dengan pangkat brigjen).
Lewat aksi heroik di wilayah konflik Lebanon itu, Basuki mendapatkan berbagai penghargaan mulai dari LAF, The United Nations Peacekeeping Medal dari Force Commander dan Garuda Brevet. Penghargaan-penghargaan ini, tulis Disjarahad, diberikan dalam apel luar biasa di Lapangan Soekarno, Markas Indobatt, Lebanon Selatan.
Keberanian dan mental baja Serda Basuki dkk seperti mengimplementasikan ucapan menggelegar KSAD waktu itu, Jenderal TNI Mulyono. “Jadilah sosok prajurit profesional yang berdisiplin tinggi, jago perang, jago tembak, jago beladiri dan memiliki fisik prima,” kata Mulyono.
Lihat Juga: Temui Sekjen PBB Antonio Guterres, Prabowo Tekankan Kesiapan Indonesia Kirim Pasukan Penjaga Perdamaian
(muh)