Bangkit dan Berdamai dengan Keadaan Pascagempa Cianjur
loading...
A
A
A
Lettu Raden, panggilan akrabnya, adalah seorang psikolog yang sangat sopan dan rendah hati. Demikian juga halnya dengan Serda Ari yang berasal dari Solo.
Pertolongan Allah melalui dukungan psikososial dari Lettu Raden membawa perubahan yang sangat signifikan dalam diri saya. Badan dan pikiran terasa ringan, ketakutan dan kecemasan berkurang.
Lettu Raden kemudian mengajak pergi ke lokasi bencana. Kami bertemu langsung di lokasi bencana setelah Lettu Raden dan tim melaksanakan kegiatan di Cijedil. Alhamdulillah, emosi terasa normal saat melihat rumah yang ambruk.
Sebelum dilaksanakan dukungan psikososial yang kedua, Lettu Raden dan tim mengajak berkeliling melihat kondisi rumah lain dan tenda pengungsi. Selain Lettu Raden, hadir pula Kapten Yudha dan Letda Hendi, sedangkan yang lainnya mengikuti acara penutupan tanggap darurat bencana di Pendopo Kabupaten.
"Apa yang Ibu rasakan setelah melihat kondisi tetangga?" ujarnya.
Ketika melihat pengungsi berdesak-desakan di tenda sederhana itu, lidah terasa kelu, kata tak bisa berucap. Entah bagaimana keadaan mereka di saat malam atau hujan. Entah apa yang mereka rasakan. Terbersit rasa syukur karena tidak mengalami kondisi seperti mereka karena saya dievakuasi ke rumah saudara. Tidak seperti mereka, saya dapat tidur, makan, dan melaksanakan aktivitas sehari-hari lainnya secara normal.
Ada kata-kata yang selalu saya ingat dari Lettu Raden: Berdamailah dengan keadaan. Berdamailah dengan sesama. Berdamailah dengan masa lalu, karena ada masa depan yang harus dihadapi.
Benar, kini saatnya bangkit dan berdamai untuk menjalani hidup yang bergerak ke depan. Peristiwa ini bukan untuk diratapi, banyak hal yang bisa dilakukan yang membuat hari-hari lebih bermakna.
Tak selamanya hidup memang indah, tapi tak selalu juga hidup penuh gundah, dan di antara kegundahan itu pasti ada hal yang patut disyukuri entah sekecil apa pun.
Ada perasaan yang sulit digambarkan manakala bertemu lagi dengan sesama korban. Mendengarkan mereka bercerita, berkeluh kesah, dan berharap. Untuk para penyintas korban gempa, siapa pun dan di mana pun, inilah saatnya untuk menghidupkan rasa peka, peduli, dan empati. Bangkitlah! Berdamailah!
Pertolongan Allah melalui dukungan psikososial dari Lettu Raden membawa perubahan yang sangat signifikan dalam diri saya. Badan dan pikiran terasa ringan, ketakutan dan kecemasan berkurang.
Lettu Raden kemudian mengajak pergi ke lokasi bencana. Kami bertemu langsung di lokasi bencana setelah Lettu Raden dan tim melaksanakan kegiatan di Cijedil. Alhamdulillah, emosi terasa normal saat melihat rumah yang ambruk.
Sebelum dilaksanakan dukungan psikososial yang kedua, Lettu Raden dan tim mengajak berkeliling melihat kondisi rumah lain dan tenda pengungsi. Selain Lettu Raden, hadir pula Kapten Yudha dan Letda Hendi, sedangkan yang lainnya mengikuti acara penutupan tanggap darurat bencana di Pendopo Kabupaten.
"Apa yang Ibu rasakan setelah melihat kondisi tetangga?" ujarnya.
Ketika melihat pengungsi berdesak-desakan di tenda sederhana itu, lidah terasa kelu, kata tak bisa berucap. Entah bagaimana keadaan mereka di saat malam atau hujan. Entah apa yang mereka rasakan. Terbersit rasa syukur karena tidak mengalami kondisi seperti mereka karena saya dievakuasi ke rumah saudara. Tidak seperti mereka, saya dapat tidur, makan, dan melaksanakan aktivitas sehari-hari lainnya secara normal.
Ada kata-kata yang selalu saya ingat dari Lettu Raden: Berdamailah dengan keadaan. Berdamailah dengan sesama. Berdamailah dengan masa lalu, karena ada masa depan yang harus dihadapi.
Benar, kini saatnya bangkit dan berdamai untuk menjalani hidup yang bergerak ke depan. Peristiwa ini bukan untuk diratapi, banyak hal yang bisa dilakukan yang membuat hari-hari lebih bermakna.
Tak selamanya hidup memang indah, tapi tak selalu juga hidup penuh gundah, dan di antara kegundahan itu pasti ada hal yang patut disyukuri entah sekecil apa pun.
Ada perasaan yang sulit digambarkan manakala bertemu lagi dengan sesama korban. Mendengarkan mereka bercerita, berkeluh kesah, dan berharap. Untuk para penyintas korban gempa, siapa pun dan di mana pun, inilah saatnya untuk menghidupkan rasa peka, peduli, dan empati. Bangkitlah! Berdamailah!