Bangkit dan Berdamai dengan Keadaan Pascagempa Cianjur
loading...
A
A
A
JAKARTA - Yuyun Kurniasari
Penyintas Gempa Cianjur, Guru SMKN 1 Cianjur
GEMPA berkekuatan 5,6 skala richter mengguncang Cianjur pada 21 November 2022. Banyak rumah, gedung, dan bangunan lainnya yang hancur porak poranda akibat gempa tersebut. Tak hanya meruntuhkan bangunan, gempa Cianjur juga memporak-porandakan hati para korban.
Cianjur yang mulai berbenah nyatanya masih menyisakan duka yang teramat dalam. Perlahan, duka itu meningkat menjadi trauma dan membuat hidup semakin terpuruk. Air mata, ketakutan, kecemasan, dan rasa bingung, adalah teman setia yang menemani setiap saat.
Saya adalah salah satu dari sekian banyak hati yang ikut porak-poranda akibat gempa Cianjur. Kesedihan yang paling mendalam adalah kenyataan bahwa putri bungsu saya, termasuk dalam orang yang dipilih Allah SWT untuk berpulang dalam peristiwa itu. Rasa syukur bisa menyelamatkan diri, tidak serta-merta menghilangkan rasa trauma dalam jiwa.
Pernyataan bela sungkawa dan kata pelipur lara, nyatanya tidak bisa menjadi obat untuk menyembuhkan dari sakitnya kehilangan. Kepergian putri kecil saya di usianya yang masih belia adalah puncak dari segala duka dukungan psikososial pertama dan kedua oleh tim.
Di ambang rasa putus asa, pertolongan Allah SWT tiba tanpa terduga. Tim dari Dinas Psikologi TNI AD datang ke tempat pengungsian dan membuka secercah gundah yang sudah membuncak di dada.
Berawal dari keinginan mengikuti trauma healing, saya mencari informasi mengenai jadwal kegiatan tersebut pada seorang teman yang aktif di kegiatan Jabar Bergerak. Qadarullah, akhirnya terhubung dengan tim dari Dinas Psikologi TNI AD yang sedang melakukan kegiatan di lokasi bencana.
Tak hanya sampai di situ Allah mudahkan. Alhamdulillah syukur kepada yang Maha Kuasa, tim psikolog justru yang datang ke lokasi pengungsian di Campaka yang jaraknya ±22 km dari Kota Cianjur.
Dinas Psikologi TNI AD mengirim lima anggota yang tergabung dalam Tim Satgas 2 Gulben Cianjur Dinas Psikologi TNI-AD. Kelimanya adalah Kapten Ginanjar, Kapten Yudha, Lettu Raden, Letda Hendi, dan Serda Ari.
Pada Selasa, 20 Desember 2022 atau 29 hari pascaperistiwa tersebut, Lettu Raden dan Serda Ari datang ke Campaka untuk memberikan dukungan psikososial. Lebih dari satu jam Lettu Caj Raden Chaerul Mostavan memberikan dukungan psikososial kepada saya.
Lettu Raden, panggilan akrabnya, adalah seorang psikolog yang sangat sopan dan rendah hati. Demikian juga halnya dengan Serda Ari yang berasal dari Solo.
Pertolongan Allah melalui dukungan psikososial dari Lettu Raden membawa perubahan yang sangat signifikan dalam diri saya. Badan dan pikiran terasa ringan, ketakutan dan kecemasan berkurang.
Lettu Raden kemudian mengajak pergi ke lokasi bencana. Kami bertemu langsung di lokasi bencana setelah Lettu Raden dan tim melaksanakan kegiatan di Cijedil. Alhamdulillah, emosi terasa normal saat melihat rumah yang ambruk.
Sebelum dilaksanakan dukungan psikososial yang kedua, Lettu Raden dan tim mengajak berkeliling melihat kondisi rumah lain dan tenda pengungsi. Selain Lettu Raden, hadir pula Kapten Yudha dan Letda Hendi, sedangkan yang lainnya mengikuti acara penutupan tanggap darurat bencana di Pendopo Kabupaten.
"Apa yang Ibu rasakan setelah melihat kondisi tetangga?" ujarnya.
Ketika melihat pengungsi berdesak-desakan di tenda sederhana itu, lidah terasa kelu, kata tak bisa berucap. Entah bagaimana keadaan mereka di saat malam atau hujan. Entah apa yang mereka rasakan. Terbersit rasa syukur karena tidak mengalami kondisi seperti mereka karena saya dievakuasi ke rumah saudara. Tidak seperti mereka, saya dapat tidur, makan, dan melaksanakan aktivitas sehari-hari lainnya secara normal.
Ada kata-kata yang selalu saya ingat dari Lettu Raden: Berdamailah dengan keadaan. Berdamailah dengan sesama. Berdamailah dengan masa lalu, karena ada masa depan yang harus dihadapi.
Benar, kini saatnya bangkit dan berdamai untuk menjalani hidup yang bergerak ke depan. Peristiwa ini bukan untuk diratapi, banyak hal yang bisa dilakukan yang membuat hari-hari lebih bermakna.
Tak selamanya hidup memang indah, tapi tak selalu juga hidup penuh gundah, dan di antara kegundahan itu pasti ada hal yang patut disyukuri entah sekecil apa pun.
Ada perasaan yang sulit digambarkan manakala bertemu lagi dengan sesama korban. Mendengarkan mereka bercerita, berkeluh kesah, dan berharap. Untuk para penyintas korban gempa, siapa pun dan di mana pun, inilah saatnya untuk menghidupkan rasa peka, peduli, dan empati. Bangkitlah! Berdamailah!
Ungkapan terima kasih kami sampaikan kepada Tim Satgas 2 Gulben Cianjur Dinas Psikologi TNI-AD atas semua bantuannya, baik untuk pribadi maupun untuk semua warga yang terdampak, terutama orang-orang yang ada di posko.
Semoga kebaikan yang diberikan menjadi pembuka pintu keberkahan di dunia dan bernilai kekal sampai di hadapan-Nya. Aamiin.
Penyintas Gempa Cianjur, Guru SMKN 1 Cianjur
GEMPA berkekuatan 5,6 skala richter mengguncang Cianjur pada 21 November 2022. Banyak rumah, gedung, dan bangunan lainnya yang hancur porak poranda akibat gempa tersebut. Tak hanya meruntuhkan bangunan, gempa Cianjur juga memporak-porandakan hati para korban.
Cianjur yang mulai berbenah nyatanya masih menyisakan duka yang teramat dalam. Perlahan, duka itu meningkat menjadi trauma dan membuat hidup semakin terpuruk. Air mata, ketakutan, kecemasan, dan rasa bingung, adalah teman setia yang menemani setiap saat.
Saya adalah salah satu dari sekian banyak hati yang ikut porak-poranda akibat gempa Cianjur. Kesedihan yang paling mendalam adalah kenyataan bahwa putri bungsu saya, termasuk dalam orang yang dipilih Allah SWT untuk berpulang dalam peristiwa itu. Rasa syukur bisa menyelamatkan diri, tidak serta-merta menghilangkan rasa trauma dalam jiwa.
Pernyataan bela sungkawa dan kata pelipur lara, nyatanya tidak bisa menjadi obat untuk menyembuhkan dari sakitnya kehilangan. Kepergian putri kecil saya di usianya yang masih belia adalah puncak dari segala duka dukungan psikososial pertama dan kedua oleh tim.
Di ambang rasa putus asa, pertolongan Allah SWT tiba tanpa terduga. Tim dari Dinas Psikologi TNI AD datang ke tempat pengungsian dan membuka secercah gundah yang sudah membuncak di dada.
Berawal dari keinginan mengikuti trauma healing, saya mencari informasi mengenai jadwal kegiatan tersebut pada seorang teman yang aktif di kegiatan Jabar Bergerak. Qadarullah, akhirnya terhubung dengan tim dari Dinas Psikologi TNI AD yang sedang melakukan kegiatan di lokasi bencana.
Tak hanya sampai di situ Allah mudahkan. Alhamdulillah syukur kepada yang Maha Kuasa, tim psikolog justru yang datang ke lokasi pengungsian di Campaka yang jaraknya ±22 km dari Kota Cianjur.
Dinas Psikologi TNI AD mengirim lima anggota yang tergabung dalam Tim Satgas 2 Gulben Cianjur Dinas Psikologi TNI-AD. Kelimanya adalah Kapten Ginanjar, Kapten Yudha, Lettu Raden, Letda Hendi, dan Serda Ari.
Pada Selasa, 20 Desember 2022 atau 29 hari pascaperistiwa tersebut, Lettu Raden dan Serda Ari datang ke Campaka untuk memberikan dukungan psikososial. Lebih dari satu jam Lettu Caj Raden Chaerul Mostavan memberikan dukungan psikososial kepada saya.
Lettu Raden, panggilan akrabnya, adalah seorang psikolog yang sangat sopan dan rendah hati. Demikian juga halnya dengan Serda Ari yang berasal dari Solo.
Pertolongan Allah melalui dukungan psikososial dari Lettu Raden membawa perubahan yang sangat signifikan dalam diri saya. Badan dan pikiran terasa ringan, ketakutan dan kecemasan berkurang.
Lettu Raden kemudian mengajak pergi ke lokasi bencana. Kami bertemu langsung di lokasi bencana setelah Lettu Raden dan tim melaksanakan kegiatan di Cijedil. Alhamdulillah, emosi terasa normal saat melihat rumah yang ambruk.
Sebelum dilaksanakan dukungan psikososial yang kedua, Lettu Raden dan tim mengajak berkeliling melihat kondisi rumah lain dan tenda pengungsi. Selain Lettu Raden, hadir pula Kapten Yudha dan Letda Hendi, sedangkan yang lainnya mengikuti acara penutupan tanggap darurat bencana di Pendopo Kabupaten.
"Apa yang Ibu rasakan setelah melihat kondisi tetangga?" ujarnya.
Ketika melihat pengungsi berdesak-desakan di tenda sederhana itu, lidah terasa kelu, kata tak bisa berucap. Entah bagaimana keadaan mereka di saat malam atau hujan. Entah apa yang mereka rasakan. Terbersit rasa syukur karena tidak mengalami kondisi seperti mereka karena saya dievakuasi ke rumah saudara. Tidak seperti mereka, saya dapat tidur, makan, dan melaksanakan aktivitas sehari-hari lainnya secara normal.
Ada kata-kata yang selalu saya ingat dari Lettu Raden: Berdamailah dengan keadaan. Berdamailah dengan sesama. Berdamailah dengan masa lalu, karena ada masa depan yang harus dihadapi.
Benar, kini saatnya bangkit dan berdamai untuk menjalani hidup yang bergerak ke depan. Peristiwa ini bukan untuk diratapi, banyak hal yang bisa dilakukan yang membuat hari-hari lebih bermakna.
Tak selamanya hidup memang indah, tapi tak selalu juga hidup penuh gundah, dan di antara kegundahan itu pasti ada hal yang patut disyukuri entah sekecil apa pun.
Ada perasaan yang sulit digambarkan manakala bertemu lagi dengan sesama korban. Mendengarkan mereka bercerita, berkeluh kesah, dan berharap. Untuk para penyintas korban gempa, siapa pun dan di mana pun, inilah saatnya untuk menghidupkan rasa peka, peduli, dan empati. Bangkitlah! Berdamailah!
Ungkapan terima kasih kami sampaikan kepada Tim Satgas 2 Gulben Cianjur Dinas Psikologi TNI-AD atas semua bantuannya, baik untuk pribadi maupun untuk semua warga yang terdampak, terutama orang-orang yang ada di posko.
Semoga kebaikan yang diberikan menjadi pembuka pintu keberkahan di dunia dan bernilai kekal sampai di hadapan-Nya. Aamiin.
(abd)