Merawat Optimisme Tahun 2023
loading...
A
A
A
Bagaimana dengan Indonesia? Apakah sikap pesimis dan ancaman gelap ekonomi dunia juga sudah pasti merembet ke tanah air?
Secara kalkulatif potensi dampak resesi itu memang ada karena bagaimanapun Indonesia hidup dalam pergaulan masyarakat Internasional. Namun semua tentu tidak harus digebyah uyah atau digeneralisasi bahwa kondisi yang banyak dialami banyak negara di tahun 2023 diprediksi pasti juga akan menimpa Indonesia. Suram dan dalam jerat resesi. Mungkin itu kira-kira yang dikhwatirkan sejumlah kalangan mengenai kondisi Indonesia mengarungi tahun 2023.
Sebagai sebuah warning, tentu tidak ada yang salah dengan prediksi Indonesia juga berpotensi mengalami resesi. Namun kalau kita mencermati suara-suara di pemerintah dan juga prediksi pemilik otoritas kebijakan di negeri ini, maka sepertinya kondisi Indonesia tidak ‘semuram’ yang diprediksikan banyak orang.
Nada optimisme menyambut 2023 itu setidaknya diapungkan dalam acara bertajuk Outlook Perekonomian Indonesia 2023 yang digelar di Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Rabu, 21 Desember 2022. Dari acara tersebut, secara garis besar memperlihatkan pemerintah optimistis ekonomi Indonesia tetap kuat meski ekonomi global tahun depan masih diliputi ketidakpastian.
Presiden Jokowi menjamin, dalam menghadapi gejolak ekonomi global, pemerintah berusaha konsisten melakukan reformasi struktural pada perekonomian, mulai dari hilirisasi industri, mempersempit kepemilikan asing di pasar surat berharga negara, menjaga defisit fiskal di bawah 3% dengan memperkuat fungsi belanja negara agar tepat sasaran, mempertahan daya tarik investasi, hingga menjaga sinergi antara otoritas fiskal dan moneter.
Optimisme juga disampaikan Gubenur BI Perry Warjiyo yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 masih bisa tumbuh di kisaran 4,5-5,3%. Terutama didukung oleh tingkat konsumsi masyarakat yang terjaga, masih berlanjutnya dukungan fiskal pemerintah, investasi yang masih terus masuk hingga kinerja ekspor yang masih akan terjaga tumbuh. Adapun Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar juga meyakini bahwaindustri jasa keuangan masih akan gencar menyalurkan kredit untuk menggerakkan perekonomian.
Melihat prediksi yang disuarakan para pemangku kepentingan di negeri ini, nada positif penuh keyakinan tetap baik-baik saja sepertinya masih dominan ketimbang suara pesimis mengenai kondisi Indonesia tahun 2023. Merawat optimisme menjadi tindakan rasional menyambut tahun 2023 dengan tetap tak mengabaikan dinamika-dinamika lain baik yang datang maupun pergi menyambangi Indonesia.
Secara kalkulatif potensi dampak resesi itu memang ada karena bagaimanapun Indonesia hidup dalam pergaulan masyarakat Internasional. Namun semua tentu tidak harus digebyah uyah atau digeneralisasi bahwa kondisi yang banyak dialami banyak negara di tahun 2023 diprediksi pasti juga akan menimpa Indonesia. Suram dan dalam jerat resesi. Mungkin itu kira-kira yang dikhwatirkan sejumlah kalangan mengenai kondisi Indonesia mengarungi tahun 2023.
Sebagai sebuah warning, tentu tidak ada yang salah dengan prediksi Indonesia juga berpotensi mengalami resesi. Namun kalau kita mencermati suara-suara di pemerintah dan juga prediksi pemilik otoritas kebijakan di negeri ini, maka sepertinya kondisi Indonesia tidak ‘semuram’ yang diprediksikan banyak orang.
Nada optimisme menyambut 2023 itu setidaknya diapungkan dalam acara bertajuk Outlook Perekonomian Indonesia 2023 yang digelar di Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Rabu, 21 Desember 2022. Dari acara tersebut, secara garis besar memperlihatkan pemerintah optimistis ekonomi Indonesia tetap kuat meski ekonomi global tahun depan masih diliputi ketidakpastian.
Presiden Jokowi menjamin, dalam menghadapi gejolak ekonomi global, pemerintah berusaha konsisten melakukan reformasi struktural pada perekonomian, mulai dari hilirisasi industri, mempersempit kepemilikan asing di pasar surat berharga negara, menjaga defisit fiskal di bawah 3% dengan memperkuat fungsi belanja negara agar tepat sasaran, mempertahan daya tarik investasi, hingga menjaga sinergi antara otoritas fiskal dan moneter.
Optimisme juga disampaikan Gubenur BI Perry Warjiyo yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 masih bisa tumbuh di kisaran 4,5-5,3%. Terutama didukung oleh tingkat konsumsi masyarakat yang terjaga, masih berlanjutnya dukungan fiskal pemerintah, investasi yang masih terus masuk hingga kinerja ekspor yang masih akan terjaga tumbuh. Adapun Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar juga meyakini bahwaindustri jasa keuangan masih akan gencar menyalurkan kredit untuk menggerakkan perekonomian.
Melihat prediksi yang disuarakan para pemangku kepentingan di negeri ini, nada positif penuh keyakinan tetap baik-baik saja sepertinya masih dominan ketimbang suara pesimis mengenai kondisi Indonesia tahun 2023. Merawat optimisme menjadi tindakan rasional menyambut tahun 2023 dengan tetap tak mengabaikan dinamika-dinamika lain baik yang datang maupun pergi menyambangi Indonesia.
(ynt)